Lawang Sakepeng Adat Pengantin Dayak Ngaju 

:


Oleh MC KOTA PALANGKA RAYA, Minggu, 18 November 2018 | 14:25 WIB - Redaktur: Juli - 4K


Palangka Raya, InfoPublik - Gendang dan gong mengiringi pengantin pria dan rombongan yang terus berjalan menuju halaman rumah pengantin perempuan, namun mereka tidak dapat masuk sebelum membuka Lawang Sakepeng dengan cara memutuskan benang-benang perintang, yang dijaga oleh pesilat pesilat dari pihak perempuan.

Lawang Sakepeng merupakan salah satu rangkaian dalam perkawinan adat Dayak Ngaju, Kalimantan Tengah yang artinya semacam pintu gerbang atau gapura. 

Lawang Sakepeng berbentuk gapura diberi rintangan benang,  pada  benang penghalang dibuat berbaris  3 dan dipasang bunga agar kelihatan indah dan menarik.

Acara ritual Lawang Sakepeng ini disaksikan oleh awak media center pada Jum'at sore (16/11/2018) di tempat kediaman Margo Toemon, di Jl. Rajawali V nomor 83 Palangka Raya, yang melaksanakan pernikahan putrinya bernama Martaisa Toemon dan Danny menurut adat dayak ngaju (pemenuhan hukum adat) Kalteng. 

Mengutip pernyataan  Sosiolog dari Universitas Palangka Raya Sidik R.  Usop, Lawang Sakepeng merupakan simbol perjuangan untuk memulai hubungan yang baru, lebih dekat, dan lebih akrab dalam rumah tangga.

Sementara itu, Ridwan seorang penggiat seni dari sanggar Tut Wuri Handayani menuturkan, filosofi Lawang Sakepeng merupakan sebuah rangkaian perkawinan adat Dayak Ngaju yang menggambarkan sebuah rintangan atau halangan dalam menghadapi sebuah kehidupan.

"Di sana tersimbol ada punggawa baik perwakilan dari pengantin perempuan, maupun pengantin laki-laki yang saling berhadap-hadapan memainkan silat," ujarnya.

Adapun filosofi benang atau tali satu menggambarkan putusnya halangan marabahaya yang terdapat dalam hidup dan kehidupan berkeluarga, tali kedua menggambarkan putusnya hubungan yang tidak baik antara keduanya untuk melakukan aktivitas berumah tangga, dan tali ketiga adalah memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan maut.

 (MC. Isen Mulang/Tina).