Kain Tenun Gorontalo Akan Diangkat Kembali

:


Oleh MC PROV GORONTALO, Rabu, 3 Oktober 2018 | 14:44 WIB - Redaktur: Kusnadi - 352


Gorontalo, InfoPublik – Gorontalo ternyata memiliki segudang warisan budaya. Tak hanya karawo, sejak dulu Gorontalo juga memiliki kain tenun. Namun sayang , kain tenun tersebut hingga kini belum dilestarikan.

Ketua TP. PKK Provinsi Gorontalo Idah Syahidah mengatakan, kain tenun Gorontalo perlu untuk dikembangkan lagi dengan memberikan pelatihan kepada kaum perempuan.

“Perlu generasi muda untuk meneruskan tradisi ini. Alangkah baiknya jika pengembangan tenun Gorontalo bisa diajarkan kepada generasi muda melalui pelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah,” jelas Idah saat menghadiri kegiatan diskusi bersama bertema  Tenun  Tradisional Gorontalo, Kisah dan Koleksi , yang di adakan oleh Omar Niode Foundation, di Kota Gorontalo, Selasa ( 2/9)

Idah yang juga Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Gorontalo  berharap pelatihan kain tenun Gorontalo bisa dianggarkan tahun depan melalui Dinas Kumperindag.

“Warisan ini kita harus lestarikan, jangan sampai punah. Kita harus menggiatkan kembali tenun Gorontalo,” harap Idah.

Idah pun menyambut baik acara yang diselenggarakan oleh Niode Foundation ini, karena telah membantu menggali warisan budaya Gorontalo.

Sementara itu Ulin Aini, Peneliti dan juga dosen di Universitas Negeri Gorontalo (UNG), mengatakan kain tenun Gorontalo sudah digunakan oleh masyarakat sejak zaman dahulu. Alat dan bahan yang digunakan dalam menenun masih sangat tradisional dan menggunakan kapas putih yang berkualitas baik yang biasa disebut dalam  bahasa  Gorontalo (Ti’Opo) yang kemudian akan dijadikan benang. Lalu ditenun memakai alat, diantaranya huheyidu, Lilitode, Potadenga, Tatanja, Bubutia dan Popato.

Sementara untuk menghasilkan satu buah kain tenun, harus bisa mengumpulkan kapas putih yang apabila dikumpulkan bisa menjadi 10 buah gulungan benang yang panjangnya diperkirakan berukuran 30 cm, sedangkan pewarna benang itu berasal dari alam, seperti warna kunyit, mengkudu dan akar tango.

Ia mengungkapkan di Gorontalo salah satu masalah yang terjadi yakni sulinya menemukan pengrajin kain tenun khas Gorontalo.

“Lalu hanya ada satu orang yang masih sempat ditemui pada tahun 2013 lalu, yaitu  Saida Puluhulawa. Namun ibu Saidah telah meninggal dunia dan tidak sempat lagi dijadikan referensi untuk belajar kain tenun Gorontalo,” katanya.

Penyelenggara kegiatan diskusi, Amanda Katili Niode mengaku sebagai warga Gorontalo, ia sangat tertarik untuk mengembangkan kain tenun Gorontalo.

“Tugas sekarang adalah menghidupkan kembali kain tenun Gorontalo dengan mencari informasi dimana saja masih terdapat para pengrajin kain tenun. Dengan adanya kehadiran ibu gubernur, maka sangat diharapkan peran dari pemerintah untuk bisa melestarikan kembali kain tenun khas Gorontalo ini,” katanya.

Hadir dalam diskusi yang dihadiri 50 peserta tersebut antara lain: Isteri Gubernur Gorontalo yang juga Ketua Dekranasda Provinsi, Kepala Bappeda Provinsi, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi, Para Pejabat Pemprov, Pemkab dan Pemkot, perwakilan media dan LSM serta pemerhati tenun Gorontalo.(mcprovgorontalo/asriani/Kus)