Gladi Lapang Gempa dan Tsunami di SDN Trisik

:


Oleh MC Kabupaten Kulonprogo, Rabu, 8 Maret 2017 | 20:39 WIB - Redaktur: Tobari - 745


Wates, InfoPublik - BPBD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bersama Pemkab Kulonprogo menggelar prosesi gladi lapang/simulasi bencana gempa berpotensi tsunami, di SDN Trisik Banaran Galur, Rabu (8/3), dengan melibatkan seluruh elemen sekolah, masyarakat sekitar, organisasi, dan SKPD terkait. 

Seusai menyaksikan prosesi gladi lapang, Penjabat Bupati Kulonprogo Ir.Budi Antono,MSi, meresmikan SDN Trisik menjadi Sekolah Siaga Bencana (SSB) ditandai dengan penandatanganan prasasti, pembukaan selubung papan nama SSB serta pembentangan kaos SSB oleh Pj.Bupati bersama SKPD siswa dan tamu undangan. 

Dalam kesempatan ini, Budi Antono juga melakukan penyerahan bantuan perlengkapan SSB kepada SDN Trisik berupa perlengkapan dapur umum, tenda darurat serta dragbar rambu sistem peringatan dini. 

Terkait penanganan bencana, Budi Antono menyampaikan adanya tiga tahapan, Pra Bencana, Saat Bencana dan Pasca Bencana.  Ketika pra bencana, semua pihak harus melakukan kesiapsiagaan pencegahan. Ketika saat terjadi bencana semua dalam kedaruratan. Ketika pasca bencana semua harus melakukan rehabilitasi dan rekontruksi. 

“Sekarang ini masuk dalam tahap kesiapsiagaan, dan pencegahan. Ini lebih baik akan kita lakukan siaga bencana kepada siapapun, termasuk hari ini kepada sekolah,” katanya. 

Budi Antono menambahkan, melalui simulasi bencana, anak-anak dilatih, sehingga jika ada bencana mereka diharapkan sudah bersiap diri. Tidak hanya dilatih teori tapi juga harus digladi-lapangkan.  

“Ada semacam action langsung di lapangan. Ada action di lapangan saja terkadang jika terjadi bencana masih ada kekeliruan-kekeliruan seperti tempat titik kumpul, menghubungi siapa, dsb, apalagi tidak ada,” tambah Budi Antono. 

Maka dari itu suport diberikan Pemerintah Kab Kulonprogo untuk melakukan gladi lapang, sesuai dengan potensi daerah masing-masing. Di daerah pesisir, dengan potensi gempa dan tsunami, di Kulonprogo wilayah utara kemungkinan bencana tanah longsor dan sebagainya, sehingga hal tersebut berbeda penanganannya.

Ia berharap memang dari APBD Kab. Kulonprogo maupun dari provinsi bisa mengembangkan sekolah siaga bencana. Di Kulonprogo masih terbatas, dan masih mengharap APBD Prov DIY dan APBN.

“Dan kami akan selalu komunikasi dengan BPBD DIY untuk menyempurnakan sekolah-sekolah yang berpotensi terkait dengan bencana alam,” kata Budi Antono.

Kepala BPBD DIY Drs.Kridho Suprayitno,SE,MSi menyampaikan, tahun ini memprogramkan SSB ada 6 sekolah di 2 di Kulonprogo, 1 Sleman, 1 Bantul dan 2 di Gunungkidul. 

“Inilah program yang menyentuh kepada struktur pada anak sekolah terutama pendidikan, bahwa mereka itu dibekali sejak usia dini, ini edukasi sejak awal termasuk melibatkan masyarakat sekolah,” kata Kridho Suprayitno. 

Masyarakat sekolah adalah masyarakat di lingkungan sekolah, termasuk komite sekolah harus belajar bagaimana menangani adanya kebencanaan, sesuai dengan kondisi, seperti tsunami, termasuk kerjasama dengan forum PRB. Dengan sekolah di sekitar saling mendukung, saling terkait ketika ada musibah mereka sudah tahu rencana konsijensi.

“Ini masuk dikurikulum, sehingga informasi kebencanaan di usia dini sudah melekat karena melekat di kurikulum. Inilah yang berbeda dengan sekolah yang belum memiliki berbasis SSB,” kata Kridho Suprayitno.

Adapun manfaatnya yaitu memberikan informasi kepada sekolahan, dan masyarakat sekolah, anak didik mengenai kesiapsiagaan apabila terjadi rawan bencana. Meskipun ada bencana, sekolah tetap berjalan, sehingga tidak mengenyampinkan pendidikan. 

“Melalui SSB sudah sedemikian rapi, terstruktur dan tersistem yang mana melalui mata pelajaran memberikan informasi berkait bencana. Misalnya matematika, ada hitungan, disini 500 meter dari pantai berpotensi adanya rawan tsunami. Perhitungan cuaca, informasi awal dari BMKG diberi informasi kepada anak didik .

Kepala SDN Trisik Purwanto menyampaikan, dengan adanya SSB ini tanggapan komite sekolah dan masyarakat sangat positif, dan mendukung pelaksanaan kegiatan gladi lapang/simulasi bencana ini. Karena dengan kegiatan ini menyiapkan anak-anak dan bapak ibu semua, jika seandainya terjadi sesuatu, misalnya terjadi tsunami anak-anak lebih siap daripada sebelumnya.

Adapun skenario yang dilaksanakan saat gladi lapang, Wahyu Staf Kesiapsiagaan BPBD DIY menyampaikan, skenario diawali siswa saat belajar mengajar seperti biasa di SDN Trisik, tiba tiba terjadi gempa bumi 8,2 SR di selatan Kab Kulonprogo yang merusakkan bangunan sekolah.

Kemudian sekolah melakukan proses evakuasi, Kepala Sekolah mengkoordinasikan guru dan siswa agar keluar ke titik kumpul, kemudian dilakukan pendataan dan penghitungan. Ada beberapa siswa tidak sempat keluar, karena terjebak kemudian Kepala Sekolah memerintahkan tim siaga melakukan evakuasi.  

Ditengah itu ada informasi akan terjadi informasi. Karena terjadi hal yang luar biasa, kepala sekolah bekerjasama dengan masyarakat sekitar melakukan evakuasi mandiri dengan menggunakan kendaraan masyararakat. Siswa dapat dalam kondisi selamat, meski ada beberapa yang luka. 

Kemudian ada  aparat dari BPBD bersama TNI, Polri, Puskesmas, PMI  melakukan penyisiran di wilayah untuk memastikan bahwa sudah tidak ada lagi korban tertinggal di kawasan. Kemudian kembali ke Posko Utama di Lapangan Cubung dengan jarak 5 km dari pantai.(at@humaskp/toeb)