Pengajar Universitas Binus Jakarta Inisiasi Seminar di Ranggu

:


Oleh MC KAB MANGGARAI BARAT, Sabtu, 8 Juni 2019 | 06:34 WIB - Redaktur: Tobari - 1K


Manggarai Barat, Infopublik - Mayoritas sekolah yang tersebar di sekitar Hamente Kolang,baik yang berada di kecamatan Kuwus maupun kecamatan Kuwus Barat, Kabupaten Manggarai Barat, disinyalir mengalami kesulitan dalam melaksanakan Managemen Berbasis Sekolah (MBS) ini.

Untuk itu, melalui Divisi Pendidikan dan Literasi Komunitas Ata Kolang (Kontak) kerjasama Universitas Bina Nusantara (Binus) Jakarta, inisiasi menggelar seminar bertajuk "Quo Vadis Pendidikan Kita "

Seminar yang berlangsung di aula Paroki Tri Tunggal Maha Kudus Ranggu,kelurahan GolonRu'u Kecamatan Kuwus ini, membahas Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) untuk membantu, mendorong serta mendampingi pelaksanaan MBS di sekolah-sekolah yang tersebar di Hamente Kolang, kata Ketua Divisi Pendidikan dan Literasi KONTAK, Benyamin Andar, kepada Kominfo Mabar, Jumat (7/6/2019) malam.

Menurutnya MBS tersebut, mempelajari tentang tugas pokok dan fungsi masing-masing komponen warga sekolah, peran serta masyarakat, kreativitas menghimpun berbagai sumber daya dan dana, serta transparasi dan akuntabilitas publik.

Materi tersebut akan dibawakan oleh pembicara-pembicara berkompeten seperti Agustinus Bandur, Ph.D, dosen senior dan Koordinator Penelitian & Kemitraan Program S3- Doctor of Research in Management, Binus University Jakarta, dan Pater Wilfrid Babun, SVD Pastoral pegiat Literasi dari Keuskupan Ruteng Kabupaten Manggarai.

Melalui seminar ini, Benyamin Andar berharap peserta mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan mengungkapkan lika-liku MBS di sekolah masing-masing, katanya.

Terkait Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) tersebut, Agustinus Bandur, mengatakan, desentralisasi pendidikan model MBS merupakan suatu reformasi system pendidikan global melalui pelimpahan kewenangan dari Pemerintah ke sekolah.

Dalam reformasi sistem pendidikan model MBS, pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab pengambilan keputusan ke tingkat sekolah, diyakini dapat menumbuhkan rasa memiliki keputusan meningkatkan partisipasi komunitas sekolah dalam perbaikan mutu layanan pendidikan di sekolah, serta melahirkan komitmen dan loyalitas para penentu kebijakan pendidikan di tingkat sekolah.

Dengan demikian, diharapkan agar melalui MBS, terjadi peningkatan mutu pendidikan secara umum serta perbaikan lingkungan lingkungan belajar-mengajar dan prestasi siswa secara khusus, ujarnya.

Agustinus menambahkan, efektivitas MBS terhadap perbaikan lingkungan belajar-mengajar dan prestasi siswa berbeda-beda antara kabupaten yang satu dengan yang lain.

Secara khusus pula dijelaskan perbedaan hasil MBS di Flores berdasarkan hasil-hasil penelitian di Manggarai Barat (GoloWelu, Lembor, dan Labuan Bajo) terkait tantangan penerapan MBS.

Dosen senior Universitas Binus Jakarta ini menyimpulkan hasil penelitian di Manggarai Barat menunjukkan adanya peran mediasi kepemimpinan kepala sekolah yang positif dan signifikan secara statistik dalam hubungan antara kebijakan MBS dengan perbaikan sekolah.

Hasil penelitian ini mengindikasikan perlunya perhatian semua pihak terutama Pemerintah Daerah dalam mengembangkan mutu pendidikan melalui kepemimpinan dan praktek manajerial kepala sekolah di era MBS.

Para kepala sekolah perlu di beri pelatihan bagaimana menyusun perencanaan strategis sekolah yang di spesifikasi dalam rencana pengembangan sekolah tahunan.

Bersamaan dengan itu, pelatihan terkait implementasi MBS yang efektif perlu menjadi prioritas semua pihak dalam upaya peningkatan prestasi siswa, baik prestasi akademik maupun non-akademik.

Secara khusus berkaitan dengan pengembangan profesionalisme guru, perhatian utama perlu difokuskan pada perubahan budaya akademik di sekolah.

Dari sekadar menerapkan budaya akademik Hindhu-Guru-Murid (kepintaran murid diukur dari sejauh mana mampu mengulangi kembali apa yang telah diajarkan gurunya) menjadi budaya akademik taxonomi (bagaimana guru membantu siswa untuk menemukan pengetahuan yang baru).

Dan budaya akademik Sokrates (bagaimana guru dapat membantu siswa untuk bertanya dan siswa sendiri menemukan jawabannya melalui pengalaman dan pencariannya), ujarnya.

Beberapa peserta seminar, Karolus Jebada dari SMPK Sadar Ranggu mengatakan seminar ini sangat membantu teman- teman guru untuk meningkatkan mutu pendidikan di Hamente kolang.

Sedangkan salah satu peserta dari SDK Kondok, Eris Bahri mengharapkan kolaborasi antara guru dan komite sekolah sangat di butuhkan guna menunjang proses belajar mengajar.

Seminar tersebut diakiri dengan pameran buku dari divisi literasi komunitas Ata Kolang (Kontak) kerja sama dengan Rumah baca Kompak LeNuk, Dadar dan taman baca de Lena, Ranggu. (mckabmanggaraibarat /Hans/toeb)