Cintai Cagar Budaya dengan Karya Tulis

:


Oleh MC KAB BATANG, Kamis, 21 Maret 2019 | 09:55 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 1K


Batang, InfoPublik - Salah satu upaya dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Batang, untuk menanamkan kecitaan terhadap situs-situs bersejarah yang termasuk benda cagar budaya adalah dengan menyelenggarakan Lomba Karya Tulis Ilmiah Tentang Cagar Budaya untuk tingkat SMA, SMK dan MA di Hotel Dewi Ratih Kabupaten Batang, Rabu (20/3/2019).

Kepala Disdikbud Kabupaten Batang, Achmad Taufiq yang diwakili Sekretaris Disdikbud Bambang Suryantoro Sudibyo, mengatakan, melalui lomba karya tulis ini diharapkan akan timbul rasa cinta dan bangga dengan benda cagar budaya yang ada di Kabupaten Batang.

“Dalam proses pembuatannya pasti mereka melakukan observasi ke lokasi, supaya mereka lebih mengetahui sekaligus memahami sejarah dan seluk-beluk benda cagar budaya yang akan dituangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah, agar anak didik ikut melestarikan benda cagar budaya,” paparnya.

Ia menerangkan, ada beberapa contoh benda cagar budaya yang bisa dijadikan obyek karya tulis, di antaranya Prasasti Sojomerto di Kecamatan Reban, Batu Gamelan di Kecamatan Bandar dan Arca Ganesha di Desa Silurah Kecamatan Wonotunggal, serta masih banyak lagi benda bersejarah lainnya yang tersebar di 15 Kecamatan.

Dikatakan, tahun 2008 lalu, ada Arca Mahesa (sapi) yang sebelum dicuri oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, namun akhirnya berkat kesigapan seluruh petugas dapat diambil kembali dan dikembalikan ke tempat semula.

“Untuk melindungi benda-benda cagar budaya, Disdikbud membuatkan tempat khusus berbentuk cungkup (bangunan beratap) untuk melindungi arca dari panas dan hujan, agar tetap terjaga keasliannya,” tuturnya.

Bambang menambahkan, jika melihat dari sudut pandang budaya, masih ada beberapa warga yang mempercayai adanya arca yang diberikan sesaji dalam bentuk bunga tujuh rupa atau ayam ingkung (ayam yang dimasak utuh dengan bumbu lengkap) sebagai penghormatan kepada leluhur.

“Saya kira hal itu tidak mengapa, karena itu merupakan wujud dari budaya atau adat istiadat yang ingin dilestarikan, agar anak cucu di masa yang akan datang, bisa terus menyaksikan keberadaan benda bersejarah asli milik Kabupaten Batang,” terangnya.

Bambang berpesan, supaya anak didik tetap mencintai benda-benda cagar budaya peninggalan nenek moyang. Siapa lagi kalau bukan kita yang merawat, supaya nilai kearifan lokal yang diciptakan leluhur dapat terus dikenang dan diambil makna serta falsafah kehidupan untuk diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. (MC Batang, Jateng/Heri/Ardhy)