Mengangkat Kembali Pamor Sorgum

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Rabu, 22 Juni 2022 | 11:27 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 2K


Jakarta, InfoPublik - Ancaman krisis pangan ada di depan mata. Bencana kelarapan sudah melanda kurang lebih 13 juta orang di dunia. Saat ini, 22 negara pengekspor pangan sudah mulai menyetop ekspornya untuk cadangan pangan mereka.

"Hati-hati mengenai ini. Kalau kita tidak bisa mandiri urusan pangan ini juga bisa menyebabkan bahaya bagi negara kita," kata Presiden Joko Widodo dalam sambutan peringatan HUT ke-50 Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), Jumat (10/6/2022).

Untuk mengatasi dampak dari krisis itu, pemerintah berencana melakukan diversifikasi pangan. Jokowi ingin agar lebih banyak alternatif bahan pangan selain padi. Tanaman pangan itu bisa ditanam dan diproduksi di Tanah Air. Banyak tanaman pangan lokal yang bisa dimanfaatkan untuk alternatif pengganti padi.

Tanaman-tanaman itu rata-rata sudah dikenal oleh masyarakat kita. Ada jagung, ketela, sorgum, sagu, porang, dan lainnya.

“Tidak hanya tergantung pada beras karena kita memiliki jagung, sagu, dan juga sebetulnya tanaman lama kita adalah sorgum," kata Jokowi.

Sorgum sudah dicoba di Kabupaten Sumba Timur, seluas 60 hektare. Hasilnya juga bagus. Satu hektare bisa menghasilkan minimal lima ton sorgum. Sejauh ini, produksi pangan sorgum cukup menguntungkan yakni sekitar Rp50 juta per hektare dalam satu tahun.

“Jadi per bulan sudah mencapai kurang lebih Rp4 jutaan. Ini sebuah hasil yang tidak kecil,” ujar Jokowi.

Jokowi meyakini, jika budi daya sorgum dapat dikelola dengan baik maka upaya itu akan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor pangan seperti gandum. Apalagi, sorgum ini tumbuh dengan cukup baik dan subur di Sumba Timur, NTT.

“Kita ingin setelah dari uji coba ini, ketika sudah ketemu kendalanya, apa kita akan perbesar tanaman sorgum di NTT dengan harapan kita memiliki alternatif pangan dalam rangka menghadapi krisis pangan dunia. Kalau berlebih ada stok, tidak apa-apa, justru itu yang ingin kita ekspor dan akan menghasilkan devisa bagi negara,” paparnya.

Jokowi benar. Di NTT sebenarnya sorgum pernah menjadi makanan utama masyarakat setempat sebelum Orde Baru menggantikannya padi. Gara-gara penyeragaman itu, sorgum (Sorghum bicolor (L.)Moench) tenggelam dan kehilangan pamornya. Padahal sebenarnya di sana ada cerita kearifan lokal tentang sorgum ini.

Sorgum merupakan salah satu jenis rumput dalam famili poaceae, yang meliputi fescue, serai, dan bambu. Sorgum adalah tanaman yang tahan kekeringan. Tumbuhan ini sangat dicari, terutama di daerah yang curah hujannya jarang, atau di daerah gersang.

Sebagai pengganti beras, sorgum memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan, yakni:
1. Meningkatkan kesehatan jantung
Kandungan mineral, vitamin, dan nutrisi dalam sorgum menjadikannya biji-bijian yang menyehatkan jantung. Sorgum ini kaya serat, magnesium, dan kalium. Kandungan ini berperan penting dalam kesehatan jantung yang baik.

Serat membantu menurunkan kolesterol dan tekanan darah yang mana kondisi ini yang bisa meningkatkan risiko masalah jantung.

2. Mengelola gula darah untuk diabetes
Serat pada sorgum dapat membantu mengelola gula darah (glukosa). Serat dapat membantu memperlambat penyerapan glukosa ke dalam aliran darah.

3. Menurunkan kolesterol
Sorgum tidak hanya menurunkan kolesterol melalui kandungan seratnya. Sorgum membantu menurunkan kolesterol LDL yang berbahaya, karena merupakan biji-bijian utuh yang memiliki banyak senyawa bioaktif yang terkait dengan sifat penurun kolesterol, termasuk sterol.

4. Aman untuk penyakit celiac
Gluten ditemukan pada gandum dan gandum hitam. Penyakit celiac adalah penyakit autoimun yang terjadi akibat mengonsumsi gluten. Pada penderita penyakit celiac, protein dalam gluten dapat merusak usus halus dan mengurangi penyerapan nutrisi penting.

Selain itu, kandungan tersebut juga bisa menimbulkan gejala seperti kembung atau diare. Untuk itu, sorgum bisa menjadi pilihan yang pas untuk dikonsumsi, karena bebas dari gluten.

Edukasi dan Sosialisasi
Menurut ekonom CELIOS Bhima Yudhistira, diversifikasi pangan bisa dilakukan sebagai strategi jangka panjang dalam menghadapi ancaman krisis pangan global.

Agar pamor sorgum bisa menandingi beras dibutuhkan inovasi baru. Selain itu, peran Bulog harus berperan menyerap hasil produk pangan lokal ini.

Tantangannya, bagaimana pemerintah melakukan edukasi dan sosialisasi massif produk pangan lokal itu agar bisa diterima bukan hanya oleh masyarakat setempat, tetapi merata di seluruh pelosok Tanah Air.(*)

(Tanaman sorgum. Foto: tangkapan layar instagram @tani.sorgum)