Agenda Indonesia Soal Kelautan dan Energi Terbarukan Masuk pada COP 25 Madrid

:


Oleh Wisnubro, Sabtu, 28 Desember 2019 | 19:15 WIB - Redaktur: Admin - 311


JPP JAKARTA - Para Negosiator Indonesia telah berhasil memperjuangkan kepentingan nasional di COP25 United Nations Framework Climate Change Conference (UNFCCC) atau Konferensi PBB untuk Kerangka Kerja Perubahan Iklim. Isu kelautan serta energi baru dan terbarukan masuk menjadi agenda global.

Pada konferensi yang diselenggarakan sejak 2 -15 Desember 2019 di Kota Madrid, Spanyol, Para Negosiator Indonesia berhasil memasukkan isu Laut/Ocean ke dalam Decision nomor 1 COP25 melalui pengajuan proposal “Integrating Ocean-Climate Change Issues into the UNFCCC”. Selanjutnya dua orang Negosiator Indonesia juga berhasil mendapatkan posisi pada beberapa badan di bawah UNFCCC, tepatnya di “Compliance Comittee Under Kyoto Protocol” dan “Alternate Member of the Local Communities and Indigenous People Platform (LCIPP)”.

"Isu ocean menjadi salah satu yang berhasil diadopsi dalam keputusan bersama dengan Fiji, Panama, Kosta Rica, Seychelles, dan Chile," ujar Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong pada sambutannya di acara Pertemuan Komunikasi Hasil Negosiasi UNFCCC (COP25/CMP15/CMA2, SBSTA51, SBI51) Madrid Spanyol, di Jakarta, Jumat (27/12/2019).

Kemudian Wamen Alue juga menyatakan bangga atas terpilihnya dua orang negosiator Indonesia, yaitu Ratnasari Wargahadibrata dari Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Yuli Prasetya Nugroho dari Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) KLHK untuk menduduki posisi pada beberapa badan di bawah UNFCCC.

Selain itu Indonesia juga berhasil mendorong isu energi baru dan terbarukan (EBT) supaya menjadi arus utama dalam rangka perwujudan National Determination Contribution (NDC) Indonesia ke depan.

"Seperti yang sudah diresmikan Presiden bahwa kita mendukung energi baru terbarukan dengan Program bahan bakar campuran biodiesel dengan bahan bakar nabati, yang saat ini B30 hingga ke depan nanti sampai B50 bahkan B100," imbuh Wamen.

Selain keberhasilan yang dicapai dalam COP 25, masih ada cacatan negosiasi yang belum dapat dituntaskan/pending issues. Beberapa isu krusial masih belum dapat mencapai konsensus para negara pihak, akibat perbedaan kepentingan, seperti diantaranya masih belum ada keputusan mengenai kerja sama internasional yang tertuang pada Pasal 6 Paris Agreement, isu teknis metodologis di bawah enhanced transparency framework, isu Loss and Damage, serta isu pendanaan baik di adaptasi maupun Long-term Finance.

Wamen menekan jika sebetulnya Indonesia sangat berkepentingan terhadap pengaturan Pasal 6 Paris Agreement, hal ini mengingat saat ini Indonesia dalam proses membangun skema perdagangan karbon. Hasil perundingan pada isu ini akan mempengaruhi operasionalisasi perdagangan karbon baik di dalam maupun di luar negeri, baik melalui mekanisme pasar dan mekanisme kerja sama lainnya.

"Menurut saya kita tetap komitmen dengan rencana kita yaitu menurunkan emisi GRK sebesar 29% sebagaimana Ratifikasi Paris Agreement yang telah ditandatangani Presiden Joko Widodo, sekaligus mulai mengembangkan pasar karbon domestik. Ini sebagai persiapan kita kalau di COP26 ke depan pasar karbon disepakati," tegas Wamen Alue Dohong.

Pada gelaran UNFCCC di Madrid ini secara rinci Negosiator Indonesia berhasil mencapai hasil seperti, untuk COP25 terdapat 19 agenda item, dengan hasil 15 agenda decided. Kemudian CMP15 terdapat 15 agenda item dengan hasil 11 agenda decided. Selanjutnya CMA2 terdapat 15 agenda item dengan hasil 13 agenda diusulkan untuk diputuskan. Berikutnya SBSTA-51 terdapat 15 agenda item, dengan 12 agenda item dapat diadopsi. Terakhir SBI51 dengan 21 agenda item dengan hasil lima belas agenda item dapat diadopsi.

"Hampir 80-90 persen dari item yang diagendakan Indonesia sudah diselesaikan," jelas Dirjen PPI, Rhuanda Agung Sugardiman.

Delegasi RI pada gelaran ini secara keseluruhan berjumlah 437 peserta dengan komposisi Laki-laki : 151 peserta dan Perempuan : 286 peserta. Untuk gelaran UNFCCC di Madrid kali ini secara total diikuti oleh 197 Parties dan Observer State dengan jumlah 11.414 orang. Kemudian 1.176 observer organization (UN bodies, Specialized organizations, IGOs, NGOs) dengan jumlah 8.775 orang. Selanjutnya 884 media organization dengan jumlah 2.165 orang. Sehingga secara keseluruhan gelaran ini dihadiri total 2.217 organisasi dengan jumlah 22.354 orang.

Acara Pertemuan Komunikasi Hasil Negosiasi UNFCCC (COP25/CMP15/CMA2, SBSTA51, SBI51) Madrid Spanyol ini dihadiri juga oleh para Negosiator Indonesia di UNFCCC.(lhk)