Industri Pertahanan Dalam Negeri Indonesia Semakin Mandiri

:


Oleh Ahmed Kurnia, Minggu, 31 Oktober 2021 | 04:58 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 2K


Jakarta, InfoPublik – Indonesia semakin mandiri dalam memenuhi kebutuhan alat utama sistem pertahanan (alusista). Terbukti, dua kapal perang jenis angkut tank AT-8 dan AT-9 berhasil dibuat anak bangsa.

Kedua kapal perang itu diserahkan Menteri Pertahanan Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto kepada Kepala Staf TNI AL Laksamana Yudo Margono di galangan kapal milik PT Bandar Abadi, Tanjung Uncang, Batam, Kepulauan Riau, Selasa (26/10/2021).

Sebelumnya, Indonesia juga sudah mampu memproduksi kapal selamnya sendiri. Ini menunjukkan  Indonesia menjadi satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang mampu membangun kapal selam.

Kapal selam buatan PT PAL Indonesia (Persero) itu diberi nama Alugoro 405 dan diserahterimakan oleh Menhan Prabowo Subianto kepada TNI-AL, di Surabaya beberapa waktu lalu (17/3/2021).

Proses pembuatan kapal selam itu memakai skema transfer teknologi dengan perusahaan Korea Selatan, Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering Co Ltd (DSME). 

Kini PT PAL juga sedang menyiapkan dua kapal perang jenis fregat Arrowhead 140 (AH 140) yang dibuat dengan lisensi desain dari Rosyth Royal Dockyard Ltd. (Babcock), Inggris melalui kontrak kerja sama dengan PT PAL. Rencananya dua kapal Fregat AH140 akan dikerjakan dalam kurun 69 bulan di galangan kapal yang letaknya di Surabaya.

Ini menunjukkan bahwa industri pertahanan dalam negeri semakin dapat diandalkan dan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap industri pertahanan luar negeri.

Dua kapal perang jenis angkut tank itu – masing-masing diberi nama KRI Teluk Weda-526 dan KRI Teluk Wondama-527 – merupakan pesanan Kementerian Pertahanan yang diproduksi oleh industri pertahanan dalam negeri PT Bandar Abadi. Pembangunannya selesai dalam waktu 25 bulan saja atau lima bulan lebih cepat dari waktu yang ditentukan, yaitu 30 bulan.

Kehadiran dua kapal perang itu diharapkan dapat memperkuat pertahanan Indonesia – sekaligus memperkuat kemandirian industri pertahanan dalam negeri. "Presiden Republik Indonesia telah menugaskan saya untuk merancang pembangunan kekuatan TNI untuk beberapa ke depan. Tekad kita adalah kita harus memiliki TNI AL yang kuat," ujar Menteri Prabowo dalam keterangan tertulisnya pada Rabu (27/10/21).

Penamaan KRI Teluk Weda-526 diambil dari nama sebuah Teluk yang terletak di Halmahera Tengah Kecamatan Weda Tengah Maluku Utara, yang terkenal akan keindahan taman bawah lautnya, dengan kehidupan ikan melimpah, salah satunya spesies Hiu Kaki Langka.

Adapun nama KRI Teluk Wondama-527, diambil dari nama Teluk di daerah Kepala Burung Pulau Papua, yang dianggap sebagai surga terapung karena keindahan alamnya di sebelah Raja Ampat.

Dua kapal perang tersebut memiliki panjang keseluruhan  117 M, lebar 16,40 m, tinggi 7,80 m dengan kecepatan maksimum 16 knot. Kapal itu juga memiliki endurance 20 hari dan diawaki 111 orang kru. Selain itu, dua kapal angkut tank itu mampu membawa 367 orang pasukan, 15 unit tank BMP-3F serta satu unit helikopter.

"Kita membutuhkan penjaga yakni TNI AL yang kuat untuk mengibarkan merah putih dan menegakkan kedaulatan negara," kata Prabowo dalam keterangan resminya. Prestasi yang ditoreh galangan kapal PT Bandar Abadi – yang menyelesaikan pembuatan dua kapal perang hanya dalam dua tahun itu menunjukkan bahwa industri pertahanan Indonesia sudah dapat diandalkan – dan sekaligus dapat mengurangi ketergantungan kepada industri pertahanan luar negeri, khususnya dalam hal pengadaan kapal perang.

Kini TNI AL memiliki tujuh kapal fregat, 24 kapal korvet, lima kapal selam, 179 kapal patroli, 10 kapal penyapu ranjau. Dengan jumlah 282 kapal perang ini seperti dikutip dari laman Globalpowerfire, kekuatan militer Indonesia berada di peringkat 16 dunia dari 140 negara yang disurvei pada 2021.

Global Firepower pada tahun 2019 menyebutkan, Indonesia mengeluarkan anggaran belanja militer senilai US$6,9 miliar. Nilai anggaran itu setara dengan Rp98 triliun. Besaran anggaran tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara dengan nilai anggaran militer terbesar kedua setelah Singapura di ASEAN.

Sementara itu PT. PAL Indonesia (Persero) kini sedang membuat kapal fregat Arrowhead 140 (AH140) yang akan menjadi calon armada TNI AL yang nantinya bakal dilengkapi dengan rudal canggih untuk pertahanan udara. Kapal itu nantinya memuat spesifikasi peluncur rudal permukaan ke udara vertikal jarak sedang (vertical launcher missile surface to air medium range) sebanyak 24 buah.

Kapal perang AH140 juga akan dilengkapi dengan peluncur rudal vertikal ke udara jarak jauh (vertical launcher missile surface to air long range) 32 buah, dan peluncur rudal vertikal ke permukaan jarak jauh (vertical launcher missile surface to surface long range) sebanyak 16 unit.

Kapal perang itu dibuat dengan lisensi desain dari Rosyth Royal Dockyard Ltd. (Babcock), Inggris melalui kontrak kerja sama dengan PT PAL. Rencananya dua kapal Fregat AH140 akan dikerjakan dalam kurun 69 bulan di galangan kapal yang letaknya di Surabaya.

Pada bagian mesin, kapal AH140 dibekali dengan mesin utama berspesifikasi 4x9100 kW dan diklaim mampu dipacu hingga kecepatan maksimal 28 knot atau 52 kilometer per jam. Kapal ini juga diperkirakan mempunyai daya tahan (endurance) hingga menempuh jarak sejauh 9.000 mil laut pada kecepatan 18 knot.

Pemerintah memang sangat serius membenahi kualitas alutsista – dan sekaligus memperdayakan industry pertahanan dalam negeri. Ini tercermin dari program modernisasi alutsista yang mendapatkan alokasi anggaran di APBN 2022 yang lebih besar dari APBN 2021.

Secara keseluruhan, untuk meningkatkan kemampuan tempur TNI dalam pertahanan negara, pemerintah memberikan alokasi anggaran program modernisasi alutsista, non alutsista, dan sarana prasarana pertahanan senilai Rp43,26 triliun dalam APBN 2022. Nilai tersebut meningkat 33,19% dari APBN 2021 sebesar Rp 32,48 triliun dan setara dengan 32,26% dari total anggaran Kementerian Pertahanan senilai Rp 134,1 triliun.(*)

 

Keterangan foto: Dua Kapal Perang Baru TNI AL, KRI Teluk Weda-526 dan KRI Teluk Wondama-527 (Dokumentasi Kementerian Pertahanan)