Waspada Tiga Resiko Ekonomi Global

:


Oleh DT Waluyo, Selasa, 31 Mei 2022 | 11:17 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 1K


Jakarta, InfoPublik – Optimisme perbaikan kondisi perekonomian bangsa, meluap di tengah masyarakat. Memasuki bulan Mei 2022, persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi semakin meningkat.

Hal ini sejalan dengan adanya penurunan kasus COVID-19, pelonggaran PPKM, dan pembolehan mudik. Mobilitas masyarakat pun meningkat dengan aktivitas konsumsi juga yang meningkat cukup signifikan.

Di sisi lain, data positif kasus COVID-19 (baik global maupun domestik) menunjukkan perbaikan. Merujuk data Satgas per Senin (30/5/2022), penambahan kasus baru di Indonesia sebanyak 218 kasus. Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan pada Rabu (25/5/2022), yakni 315 kasus.

Adapun total mereka yang terpapar sebanyak 6.054.633 dan mereka yang sembuh sebanyak 5.895.176 kasus (lihat table).

Berdasarkan data Satgas Penanganan COVID-19, Senin (30/5/2022), untuk kasus kematian harian tercatat bertambah 12 jiwa. Jadi, total kasus kematian akibat serangan virus di Indonesia sebanyak 156.586 jiwa. Adapun untuk total kasus aktif di Indonesia sebanyak 2.871 orang.

Membaiknya akselerasi vaksinasi menjadi instrumen utama untuk transisi dari pandemi menuju ke endemi. Terkendalinya pandemi semakin mendukung peningkatan mobilitas manusia dan perekonomian, utamanya saat Idul Fitri di mana antusiasme mudik melonjak setelah dua tahun pembatasan. 

"APBN masih menjadi instrumen yang luar biasa penting, di dalam mengelola seluruh perekonomian kita, baik dalam situasi pandemi, walau sudah mulai bisa dikelola dengan baik, maupun instrumen untuk mendukung pemulihan ekonomi yang menghadapi tantangan baru," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat Konferensi Pers APBN KiTa Bulan Mei 2022.

update Covid-19 300522

Sumber: https://covid19.go.id/artikel/2022/05/30/situasi-covid-19-di-indonesia-update-30-mei-2022

Kemenkeu menunjukkan data adanya peningkatan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi. Tren positif itu terlihat sepanjang April lalu. Hal itu tergambar dari IKK bulan April 2022 sebesar 113,1, lebih tinggi dari 111,0 pada Maret 2022. Selain faktor di atas, ditambah pemberian tunjangan hari raya (THR), dan gaji ke-14 terbukti meningkatkan aktivitas penjualan ritel masyarakat di bulan April yang diperkirakan meningkat secara bulanan 6,8 persen (mtm).

Penjualan ritel itu terutama dari kelompok makanan, minuman dan tembakau, kelompok peralatan informasi dan komunikasi, serta subkelompok sandang.

Tiga ancaman global

Pergerakan ekonomi di dalam negeri yang membaik, diikuti pula kinerja perdagangan yang terus meningkat. Hal itu terlihat neraca perdagangan  di bulan April 2022 yang melanjutkan tren surplus (USD7,56 miliar) selama 24 bulan berturut-turut. Realisasi tersebut ditopang ekspor yang naik mencapai USD27,32 miliar dan impor USD19,76 miliar. Surplus meningkat terutama di sektor nonmigas (komoditas SDA dan manufaktur).

Pemulihan ekonomi di tahun 2022 yang terus terus berlanjut dan makin kuat, tentu menggembirakan. Sekalipun demikian, Pemerintah menyatakan akan terus waspada. Terlebih dengan perkembangan ekonomi global pada 2022 yang diprediksi IMF menurun, dari sebelumnya 4,4 persen (yoy) menjadi 3,6 persen (yoy).

Setidaknya ada 3 risiko global dan domestik yang bias mempengaruhi pertumbuhan ekonomi RI. Ketiganya adalah;  (1) kenaikan inflasi, (2) kenaikan cost of fund serta (3) perlambatan ekonomi sebagai ancaman pemulihan ekonomi akibat dari  eskalasi geopolitik Rusia-Ukraina dan dinamika kebijakan moneter Amerika Serikat.

Dalam menghadapi hal itu, Pemerintah berharap APBN menjadi shock absorber atas berbagai gejolak dan tekanan global. Ke depan, sebagaimana diungkap Menkeu Sri Mulyani,  harus terus diseimbangkan tiga tujuan yang semuanya sama penting, yaitu: a) menjaga kesehatan dan keselamatan rakyat; b) menjaga kesehatan dan pemulihan ekonomi; dan c) mengembalikan kesehatan APBN. 

"Guncangan yang terjadi sekarang ini, baik karena kemarin pandemi, sekarang bergeser menjadi guncangan dari sisi komoditas, jadi itulah instrumen APBN sebagai stabilizer, atau shock absorber, atau counter cyclical, semuanya itu adalah terminologi di dalam menggambarkan APBN selalu menjadi instrumen utama dan pertama yang diandalkan rakyat dan perekonomian," pungkas Menkeu. (*)