20 Bulan Tren Positif Neraca Perdagangan RI

:


Oleh DT Waluyo, Rabu, 19 Januari 2022 | 12:08 WIB - Redaktur: Untung S - 567


Jakarta, InfoPublik – Kabar baik itu terus berlanjut. Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan bahwa neraca perdagangan bulan Desember 2021 kembali surplus sebesar USD1,02 miliar.

Capaian yang disampaikan Kepala BPS, Margo Yuwono, melalui live streaming conference, Senin (17/1/2022) itu, mengkonfirmasi tren positif yang telah berjalan sejak Januari 2021. Secara kumulatif neraca perdagangan selama Januari - Desember 2021, mengalami surplus sebesar USD35,34 miliar.

Menelusuri data yang ada, surplus perdagangan ini terbentuk karena tingginya nilai ekspor dibandingkan impor baik secara bulanan maupun secara kumulatif. Surplus tersebut cukup besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Adalah sektor industri pengolahan yang mencatatkan diri di deretan atas sebagai penyumbang akan positif pada surplus perdagangan pada Desember 2021 itu. Hal itu terlihat dari capaian ekspor yang mencatatkan pertumbuhan paling subur dibandingkan sektor lainnya.

Merujuk data BPS, realisasi ekspor produk industri pengolahan pada periode itu sebesar USD17,08 miliar. Angka ini tumbuh 5,06 persen secara bulanan (month to month / mtom) dan tumbuh 32,28 persen secara tahunan (year on year /yoy).

"Yang tumbuh tinggi komoditas nikel 64,37 persen kenaikannya, minyak kelapa sawit juga naik 19,97 persen dan pakaian jadi dari tekstil naik 17,47 persen," jelas Margo.

Sementara itu ekspor sektor lainnya mengalami penurunan pada akhir tahun lalu. Sektor migas terjadi penurunan 17,93 persen mtom menjadi USD1,09 miliar. Kemudian sektor pertanian, kehutanan dan perikanan turun 6,52 persen menjadi USD0,40 miliar. Lalu untuk sektor pertambangan turun 21,30 persen mtom menjadi USD3,80 miliar.

Dilihat dari struktur ekspor menurut sektornya, ekspor pada Desember 2021 didominasi oleh produk non migas yang mencapai 95,11 persen dari total ekspor sebesar USD22,38 miliar. Secara sektoral industri pengolahan berkontribusi 76,34 persen dari total ekspor.

Selanjutnya sektor tambang memberikan andil sebesar 16,98 persen. Sedangkan untuk sektor migas berkontribusi sebesar 4,89 persen. "Kemudian untuk sektor pertanian hanya sebesar 1,79 persen (andilnya) terhadap total ekspor," pungkas Margo.

Tren Surplus 20 Bulan

Melihat data ke belakang, surplus perdagangan terjadi selama 20 bulan beruntun. Artinya nilai ekspor lebih tinggi dibandingkan impor selama 20 bulan terakhir.

BPS mencatat nilai ekspor pada bulan Desember 2021 sebesar USD22,38 miliar. Angka ini sebenarnya turun tipis -2,04 persen di dibandingkan bulan November 2021 (month to month / mtom). Pada periode November, nilai ekspor tercatat USD22,84 miliar.

Sementara itu ekspor pada Desember 2021 jika dibandingkan periode Desember 2020 (year on year / yoy) mengalami kenaikan signifikan sebesar 35,30 persen. Tercatat pada periode itu nilai ekspornya sebesar USD16,54 miliar. "Kinerja ekspor kita pada Desember ini masih cukup bagus jika dibandingkan Desember 2020 yang naik 35,30 persen," sambung Margo.

Lebih lanjut catatan kinerja ekspor sejak Januari - Desember 2021 mencapai USD231,54 miliar. Ekspor kumulatif ini terjadi kenaikan sebesar 41,88 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun 2020 sebesar USD163,19 miliar.

Untuk kinerja impor pada periode tersebut tercatat sebesar USD21,36 miliar. Angka ini juga naik sebesar 10,51 persen (mtom) sebesar USD19,33 miliar. Sedangkan secara tahunan mengalami kenaikan 47,93 persen dimana saat itu nilai impornya mencapai USD14,44 miliar.

Sementara untuk nilai impor kumulatif pada periode tersebut sebesar USD196,20 miliar atau mengalami peningkatan 38,59 persen dibandingkan periode di tahun 2020 yang mencapai USD141,57 miliar.

"Impor non migasnya tercatat USD170,67 miliar meningkat 34,05 persen jika dibandingkan tahun 2020, jadi impor kita juga meningkat cukup tinggi baik secara total atau khusus non migas," pungkas Margo.

Prediksi Neraca Januari 2022

Mencermati neraca perdagangan Indonesia tersebut, sejumlah analis pun memprediksi surplus akan berlanjut di Januari 2022. Sekalipun dibayangi ada penurunan. Penyebabnya adalah kebijakan pelarangan ekspor batubara serta meningkatnya kegiatan impor akibat pulihnya aktivitas perekonomian nasional.

Kebijakan pelarangan ekspor batubara yang akhirnya dianulir,  akan sedikit menggerus nilai ekspor Indonesia. Sebab, ekspor batubara yan diijinkan dilakukan secara bertahap dan belum penuh. Di sisi lain, pulihnya aktivitas ekonomi, seiring dengan membaiknya penanganan COVID-19, akan mendorong peningkatan impor Januari 2022.

Tren menurunya surplus perdagangan pun terlihat nyata dari data yang dilansir BPS. Dibanding November 2021, surplus neraca perdagangan pada Desember 2021 menurun -2,04 persen. Ini disebabkan kegiatan impor semakin meningkat akibat bertambahnya tingkat permintaan dan industri manufaktur semakin menggeliat.

Sekalipun begitu, ini merupakan sinyal baik bagi pemulihan ekonomi Indonesia yang selama ini terdampak COVID-19. Mobilitas masyarakat yang semakin meningkat, sekalipun ada varian Omicron,  tak lepas dari semakin membaiknya penanganan pandemi COVID-19. (*)

Ilustrasi, aktivitas di pelabuhan ekspor Tanjung Priok, Jakarta (Dok. Setkab)