Menjaga Momentum Puncak Pertumbuhan Ekonomi RI di 2024-2025

:


Oleh DT Waluyo, Senin, 16 Agustus 2021 | 19:02 WIB - Redaktur: Ahmed Kurnia - 3K


Jakarta, InfoPublik – Optimisme terhadap perekonomian Indonesia, menyeruak paska rilis resmi Badan Pusat Statistik/BPS (5/8/2021). BPS menyebutkan, bahwa  realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2021 sebesar 7,07 % secara year on year (YoY). Angka tersebut, jauh lebih besar dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2021 sebesar 0,74% YoY.

Dalam laporan yang sama, BPS (https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/08/05/1813/ekonomi-indonesia-triwulan-ii-2021-tumbuh-7-07-persen--y-on-y) menyampaikan bahwa, ekonomi Indonesia triwulan II-2021 terhadap triwulan II-2020 mengalami pertumbuhan sebesar 7,07 persen (y-on-y). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 25,10 persen. Dari sisi pengeluaran, Komponen Ekspor Barang dan Jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 31,78 persen.

Menguatkan data pertumbuhan, BPS menyodorkan angka perekonomian Indonesia, berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan II-2021 mencapai Rp4.175,8 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2.772,8 triliun.

Mengacu angka-angka BPS, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun menarik napas lega. Menkeu optimistis pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2021 akan berada di rentang batas bawah 4% dan batas atas 5,7% year on year (yoy). Hal ini tak terlepas dari momentum pemulihan ekonomi yang telah berlangsung di periode sebelumnya.

Pencapaian ekonomi di semester I 2021, jelas Menkeu dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (5/8/2021), mengkonfirmasikan bahwa Indonesia telah keluar dari zona pertumbuhan ekonomi negatif. Terakhir ekonomi minus 0,74% yoy pada kuartal I-2021.

Tidaklah heran, jika Menkeu pun berharap ekonomi akan tumbuh 4% hingga 5,7% di kuartal III. “Ini sebuah tantangan karena kita hanya bisa melakukan pada after end, apabila (virus varian) Delta bisa dikendalikan, dan mobilitas serta kegiatan ekonomi mulai bisa berjalan secara normal kembali,” ujar Menkeu.

Momentum pertumbuhan

Menjaga momentum pertumbuhan tersebut, Pemerintah semakin percaya diri. Sekalipun outlook pertumbuhan ekonomi ke depan masih menyisakan banyak pertanyaan. Hal ini, tidak terlepas dari adanya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sejak 3 Juli 2021 yang terus diperpanjang hingga Agustus 2021, yang menyebabkan penurunan mobilitas masyarakat.

Namun, Pemerintah punya pertimbangan lain. Salah satunya adalah, adanya dana program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Merujuk laporan Kementerian Keuangan, realisasi penggunaan anggaran program (PEN) hingga 30 Juli mencapai Rp305,5 triliun. Angka tersebut setara 41,02% dari pagu anggaran PEN tahun 2021 sebesar Rp744,75  triliun. Artinya dalam periode Agustus-Desember 2021, anggaran PEN masih tersedia sebesar Rp439,25 triliun.

Guna menyokong pertumbuhan ekonomi, Pemerintah mengarahkan PEN fokus untuk mendukung demand side, maupun dari sisi sektor produksi. Dari sisi demand, sebagaimana disampaikan Menkeu, mendorong konsumsi rumah tangga melalui program perlindungan sosial. Selain itu, juga diperkuat dengan peningkatan program bantuan social yang direalisaikan per 16 Juli 2021.

Dukungan pertumbuhan, juga dikuatkan dengan konsumsi pemerintah melalui bantuan untuk sektor usaha baik Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) maupun korporasi. Sehingga dunia usaha bisa bertahan dan tidak memutus hubungan kerja para pegawainya.

Prediksi Bank Indonesia

Ekonomi RI yang mulai menggeliat juga mendapat perhatian khusus Bank Indonesia (BI). Dalam studi yang dilakukan, bank sentral RI itu  memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai puncaknya pada tahun 2024-2025. "Studi kami menunjukkan siklus ekonomi Indonesia itu kurang lebih sekitar lima tahun naik dari bawah sampai ke puncak, sedangkan untuk siklus keuangan atau kredit yaitu tujuh tahun," ucap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam diskusi virtual di Jakarta, Jumat (13/8/2021).

Mendorong pertumbuhan positif tersebut, BI akan memastikan seluruh sinergi bauran kebijakan bank sentral, pemerintah, dan berbagai otoritas lainnya, bekerja sebagaimana mestinya. Dalam hal ini, BI bertugas menjaga stabilitas harga dan mendukung stabilitas sistem keuangan. Yakni, bauran kebijakan suku bunga, nilai tukar, manajemen aliran modal asing, makroprudensial, akselerasi digitalisasi SPUR , dan pendalaman pasar uang.

Selain itu Gubernur BI Perry Warjiyo berpendapat reformasi struktural juga terus dijalankan untuk mencapai pertumbuhan tertinggi melalui produktivitas modal, tenaga kerja, dan teknologi. Kemudian, reformasi di Bidang infrastruktur, iklim investasi, perdagangan, tenaga kerja, ekonomi-keuangan digital, pendalaman sektor keuangan, serta ekonomi dan keuangan hijau.

"Kalau reformasi struktural terus disiplin kita lakukan, termasuk pengembangan SDM unggul, maka ke depannya hasilnya akan lebih banyak meski usahanya hanya sedikit-sedikit," kata Gubernur BI Perry Warjiyo, sebagaimana dikutip Antara (13/8/2021). (*)