Indikator Pendukung Ekonomi RI Tumbuh 7,07 Persen

:


Oleh DT Waluyo, Senin, 9 Agustus 2021 | 10:19 WIB - Redaktur: Ahmed Kurnia - 703


Jakarta, InfoPublik – Ekonomi Indonesia tumbuh 7 persen. Prediksi angka pertumbuhan itu disampaikan Presiden Joko Widodo dalam pembukaan Munas VIII Kadin yang disiarkan secara virtual, Rabu, 30 Juni 2021 lalu. Menurut Presdien, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II sebesar 7 persen. Angka itu lebih tinggi dari kuartal I yang sebesar minus 0,74 persen. "Kita semua masih optimistis di kuartal kedua, sebelumnya kuartal I minus 0,74 persen, di kuartal II kita optimistis insya Allah tumbuh di kurang lebih 7 persen," kata Presiden.

Selang lima (5/8/2021) hari kemudian, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menyodorkan data pendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia Semester I 2021 dibandingkan dengan Semester I 2020 tumbuh 3,10 persen," kata Margo dalam konferensi pers secara virtual. Data tersebut, kata dia, telah memperhatikan catatan peristiwa sepanjang triwulan II 2021.

Lebih detil Margo menguraikan, bahwa  Produk Domestik Bruto Indonesia (PDB) atas dasar harga berlaku pada kuartal II 2021 mencapai Rp4.175,8 triliun. Adapun PDB atas dasar harga konstan adalah sebesar Rp2.772,8 triliun.

Artinya, pertumbuhan ekonomi Indonesia bila dibandingkan dengan kuartal I 2021 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 3,31 persen. Pada kuartal I, PDB ADHK Indonesia Rp2.684 triliun dan PDB ADHB-nya Rp3.970,5 triliun.

Sementara itu, apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, ekonomi Indonesia pada kuartal II 2021 tumbuh 7,07 persen. Pasalnya, pada kuartal II 2020, PDB ADHK tercatat Rp 2.589,8 triliun dan PDB ADHB Rp3.687,8 triliun.

Dilihat dari Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia, juga telah membaik. Sebelum pandemi angka PMI 51, sekarang pada posisi 55,3 (per Mei 2021). Artinya ada optimisme di situ. Sisi supply juga sama, produksi mulai menggeliat.

Sektor Pendukung Pertumbuhan

Optimisme pertumbuhan ekonomi, disampaikan juga oleh kalangan pengusaha. Dalam pandangan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) misalnya, kinerja ekonomi kuartal II/2021 disokong oleh berbagai indikator pemulihan yang mulai terakselerasi. Antara lain; pertama, tercermin dari indikator Purchase Manager's Index (PMI) yang sangat ekspansif selama periode April-Juni 2021. PMI Bulan April menunjukkan angka 54,6. Kemudian pada bulan April terus ekspansif ke angka 55,3 dan sedikit turun di periode bulan Juni menjadi sebesar 53,5. Selama 3 bulan penuh PMI menunjukkan indikasi yang konsisten ekspansif

Kedua, adalah mobilitas masyarakat yang mulai pulih dikarenakan efek kebijakan pelonggaran sejak terjadinya pandemi COVID-19 di awal Maret tahun lalu.  Sekalipun ada pembatasan mobilitas masyarakat pada momentum Idul Fitri. Namun, di tengah pembatasan tersebut, kondisi likuiditas mengalir ke masyarakat sejalan dengan pemberian tunjangan hari raya (THR). Diperkirakan ada lebih dari RP150 triliun dana yang berputar pada momen tersebut. Sehingga tetap terjadi daya ungkit ekonomi yang relatif signifikan.

Indikator berikutnya yang membuat laju pertumbuhan adalah melesatnya harga batu bara acuan (HBA) secara konsisten di periode kuartal kedua ini dan berangsur meningkat. Pada Bulan April 2021, HBA di kisaran 86,68 dollar AS per ton, naik sekitar 2,6 persen. Kemudian pada bulan Mei 2021, HBA meningkat menjadi 89,74 dollar AS per ton, atau setara dengan peningkatan 3,53 persen dan peningkatan ini dilanjutkan hingga Juni menjadi 100,33 dollar AS per ton. Peningkatan nilai komoditas batubara ini memberikan multiplier effect yang cukup positif dalam ekonomi nasional.

Di mata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, capaian pertumbuhan ekonomi 7,07 persen pada kuartal II 2021 menunjukkan arah pemulihan ekonomi sudah benar. Bendahara Negara ini mengungkapkan, tepatnya strategi pemulihan tak lepas dari kebijakan yang diambil selama pandemi COVID-19 dan besarnya peran APBN sebagai instrumen countercyclical.

"Jadi cerita kuartal II menggambarkan arah pemulihan ekonomi sudah benar dan strategi pemulihan ekonomi juga sudah benar dan sudah menghasilkan dampak atau hasilnya," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers, Kamis (5/8/2021).

Merujuk indikator pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2021, tidak lepas dari pulihnya semua mesin pertumbuhan pembentuk PDB. Tercatat konsumsi rumah tangga tumbuh 5,9 persen, investasi tumbuh 7,5 persen, ekspor meningkat di kuartal II dengan pertumbuhan mencapai 31,8 persen, dan impor tumbuh 31,2 persen.

Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan sekarang semua mesin pertumbuhan sudah mulai berkontribusi dan aktif mendukung pertumbuhan.

Sementara dari sisi produksi, sektor manufaktur yang berkontribusi hampir 20 persen pada PDB sudah tumbuh 6,6 persen. Sektor lain dengan andil besar terhadap PDB seperti sektor perdagangan tumbuh 9,4 persen, dan sektor konstruksi dengan share 10,8 persen sudah tumbuh 4,4 persen.

Kemudian, sektor transportasi dan akomodasi tumbuh dobel digit sebesar 25,1 persen disebabkan oleh faktor base effect yang rendah di kuartal II 2020. Demikian pula sektor akomodasi, makanan dan minuman yang tumbuh 21,6 persen (yoy) dari -22 persen.

Dalam Bahasa Sri Mulyani, semua indicator yang ada menunjukkan bahwa seluruh sektor sudah mulai menggeliat dan berfungsi. Dan sebagian adalah karena policy-policy dari pemerintah yang terus mengintervensi baik demand dan supply

Namun, sebelum itu semua berjalan normal, pemerintah dengan APBN-nya akan tetap dibutuhkan perannya dalam melakukan ekspansi fiskal. Konsumsi pemerintah yang menjadi satu-satunya sumber pertumbuhan tentu tidak akan menghasilkan hasil optimal, mengingat konsumsi rumah tangga menjadi kontribusi terbesar terhadap PDB.

"Jadi pemerintah menjadi satu-satunya faktor yang coba menarik faktor ekonomi sendiri. Tentu tidak akan bisa menghasilkan hasil yang optimal, sehingga kuartal II ini seluruh mesin pertumbuhan sekarang sudah pulih kembali," pungkas Menkeu Sri Mulyani.*

Ilustrasi, aktivitas terus meningkat di Pelabuhan Kuala Tanjung Port and Industrial Estate (Dok. Pelindo I).