Strategi BI Halau Taper Tantrum

:


Oleh DT Waluyo, Sabtu, 27 Maret 2021 | 09:53 WIB - Redaktur: Untung S - 1K


Jakarta, InfoPublik - Taper tantrum atau pembalikan kebijakan moneter global, menjadi perbincangan hangat di kalangan pelaku usaha belakangan ini. Mereka khawatir hal itu akan membawa resiko buruk bagi perekonomian.

Kondisi ini dipicu oleh perubahan kebijakan pemerintah Amerika Serikat (AS) yang menggelontorkanan stimulus fiskal senilai US$1,9 triliun. Selain itu, resiko juga muncul karena  pemulihan ekonomi yang cepat di negara China.

Menanggapi hal itu, pemerintah pun bersiaga penuh. Yakni, terus menjaga fundamental ekonomi sehingga saat kebijakan ekternal (spill over) terjadi, maka tidak membuat ekonomi tergelincir di tengah gejolak pasar keuangan dan perekonomian global

Bank Indonesia (BI) pun meyakinkan,  risiko taper tantrum sebagaimana pernah terjadi  pada 2013 tak akan terulang di 2021 ini. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi baik domestik maupun internasional yang lebih baik daripada satu windu silam.

“Kita harus ingat, kondisi pada saat 2013 dengan kondisi sekarang jauh lebih beda. Secara keseluruhan, kita sudah siap dengan kemungkinan yang bakal terjadi bahkan sebelum COVID-19,” ujar Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Riza Tyas, Kamis (25/3/2021) lalu.

Pertama, BI akan melakukan intervensi. Tak hanya satu, tetapi BI memiliki tiga intervensi (triple intervention), yaitu di pasar spot, pasar Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), juga intervensi di pasar sekunder Surat Berharga Negara (SBN).

Namun, kapan triple intervention ini dilakukan? Tentu harus menggunakan strategi operasional yang matang dan dengan melihat kondisi pergerakan pasar.

Kedua, adanya koordinasi yang membuat Sistem Stabilitas Keuangan (SSK) yang lebih tangguh. Koordinasi antara bank sentral ini dilakukan dengan pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), maupun otoritas lain yang terkait.

"Kita sudah siapkan. Sehingga kalau sudah ada persiapan, maka SSK domestik juga akan terjaga lebih kuat," tambah Riza.

Ketiga, BI memliki kerja sama internasional yang diperluas. Salah satunya, adalah kerja sama transaksi perdagangan bilateral dan investasi langsung atau local currency settlement (LCS) dengan beberapa negara, seperti Malaysia, Thailand, Jepang, dan sedang dalam proses penjajakan dengan China.

Keempat, bank sentral bersama dengan pemerintah juga rutin melakukan koordinasi internasional, seperti contohnya dalam forum G20, pertemuan rutin IMF, dan lain-lain. Dari pertemuan ini, Indonesia bisa tahu bagaimana respons dari negara lain dalam menghadapi krisis.

Namun ke depan, Riza tak menampik masih ada risiko maupun gejolak kecil yang bisa mempengaruhi Indonesia. Namun, Riza yakin, Indonesia lebih siap dalam menghadapinya.

"Juga karena tak hanya perekonomian Amerika Serikat saja yang membaik, ekonomi Indonesia juga membaik tapi dalam kecepatan yang tak salam. Kami sudah siapkan langkah, untuk taper tantrum maupun risiko jangka panjang," imbuhnya. (Foto: ANTARA FOTO)