Dampak Penurunan Tarif PPnBM, Penjualan Mobil Mulai Menggeliat

:


Oleh DT Waluyo, Rabu, 17 Maret 2021 | 10:42 WIB - Redaktur: Ahmed Kurnia - 2K


Jakarta, InfoPublik - Efek positif atas berbagai stimulan pemerintah mulai dirasakan sejumlah sektor. Di sektor otomotif misalnya, sejumlah perusahaan melaporkan adanya peningkatan penjualan secara signifikan paska pemberlakukan penurunan tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP). “Sejak dikeluarkannya kebijakan ini beberapa hari lalu, perusahaan otomotif melaporkan peningkatan penjualan,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (13/3/2021).

Febri merujuk pada data penjualan mobil sejak Maret 2021. Dalam catatan Kemenperin, berbasis laporan beberapa perusahaan sektor otomotif mengalami peningkatan penjualan yang cukup tajam sejak kebijakan ini bergulir.  “Dari data 1-8 Maret 2021, untuk Avanza, Sienta, Rush, dan Yaris, SPK-nya naik sekitar 94-155% kalau dibandingkan dengan SPK bulan Februari di tanggal yang sama,” jelas Marketing Director PT Toyota Astra Motor, Anton Jimmy.

Indikator kenaikan penjualan mobil tersebut, jelas menggembirakan. Hal ini mengingat, industri otomotif termasuk sektor yang terpukul sejak merebaknya COVID-19 di tanah pada Maret 2020.  Pabrik otomotif sempat tutup. Sejumlah pameran mobil yang telah lama dirancang pun batal karena pembatasan sosial untuk menghindari penularan wabah. Alhasil, penjualan mobil sepanjang tahun 2020 pun turun.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), mencatat penjualan mobil secara wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) sepanjang 2020 hanya 532.027 unit. Padahal, tahun 2019 penjualan mobil 1.030.126 unit. Saat itu rata-rata per bulan pabrikan otomotif yang terdaftar dalam anggota Gaikindo bisa menjual 80 ribu sampai 90 ribu unit.

Dibanding 2019, penjualan mobil pada 2020 turun 48,35 persen. Angka penjualan pada 2020 mulai anjlok drastis pada April 2020. Saat itu, industri otomotif hanya mampu mengirim 7.868 unit mobil baru, padahal sebelumnya mampu menjual 80-90 ribu unit per bulan.

Kondisi 2020 itu berlanjut hingga awal 2021.  Merujuk data Gaikindo, penjualan mobil pada Februari 2021 hanya sebanyak 46.943 unit. Angka itu turun 15% dibanding Januari 2021 yang tercatat sebanyak 53.996 unit.

Sementara angka wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) turunnya tak terlalu drastis. Wholesales mobil baru pada Februari 2021 hanya turun 7,5%. Data Gaikindo mencatat, wholesales Februari 2021 sebanyak 49.202 unit. Angka itu turun dari 52.909 unit pada Januari 2021 lalu.

Untuk urusan merek mobil terlaris masih dipegang oleh Toyota. Pabrikan asal Jepang itu pada Februari 2021 tercatat menjual belasan ribu unit mobil baru. Pada bulan kedua 2021, Toyota mengirim 15.144 unit mobil baru ke dealer. Sementara penjualan mobil langsung ke konsumen tercatat sebanyak 12.537 unit.

Di posisi kedua diisi oleh saudaranya, yakni Daihatsu. Wholesales Daihatsu pada Februari 2021 sebanyak 9.412 unit. Sedangkan retail sales Daihatsu mencapai 8.414 unit.

Kemudian di posisi ketiga ada Honda dengan wholesales 6.812 unit dan retail sales 6.018 unit. Diikuti Mitsubishi Motors (kendaraan penumpang dan niaga ringan Mitsubishi) dengan wholesales 4.887 unit dan retail sales 5.842 unit.

Untuk lebih jelasnya, berikut data penjualan 10 merek mobil terlaris pada Februari 2021.

Wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer):
1. Toyota: 15.144 unit
2. Daihatsu: 9.412 unit
3. Honda: 6.812 unit
4. Mitsubishi Motors: 4.887 unit
5. Suzuki: 4.600 unit
6. Mitsubishi Fuso: 2.680 unit
7. Isuzu: 1.833 unit
8. Hino: 1.443 unit
9. Wuling: 534 unit
10. Mazda: 266 unit.


Retail sales (penjualan dari dealer ke konsumen):

  1. Toyota: 12.537 unit
    2. Daihatsu: 8.414 unit
    3. Honda: 6.018 unit
    4. Mitsubishi Motors: 5.842 unit
    5. Suzuki: 5.132 unit
    6. Mitsubishi Fuso: 2.340 unit
    7. Isuzu: 1.814 unit
    8. Hino: 1.323 unit
    9. Nissan: 985 unit
    10. WulinL 861 unit.

Berharap Terus Membaik

Bangkitnya industri otomotif di Bulan Maret 2021, membuat Kemenperin optimis dan berharap mampu mengakselerasi upaya pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi COVID-19. Di awal tahun, kalangan industri otomotif memprediksi  akan pulih sebesar 60 persen. Faktor pendorongnya, selain vaksinasi yang telah berjalan dengan baik, juga adanya pemulihan ekonomi secara global.

Masih mengutip rilis Kemenperin, sejumlah mobil yang mengalami akselerasi penjualan, antara lain mobil Toyota. Menyusul kemudian Vios, yang mendapatkan diskon terbesar hingga Rp65 juta imbas dari insentif ini, penjualannya naik lebih besar lagi karena sebelumnya permintaannya memang tidak banyak.

Peningkatan SPK juga terjadi pada penjualan mobil Honda yang meningkat penjualannya sekitar 40-50% dibandingkan dengan periode yang sama bulan sebelumnya.

Sementara itu, Daihatsu mencatatkan kenaikan SPK terjadi dalam seminggu saat berlakunya insentif pajak pembelian mobil baru tersebut. Tidak hanya pada model-model yang mendapatkan insentif ini, tetapi juga model yang tidak mendapatkan insentif.

Untuk model yang mendapatkan insentif seperti Xenia, Terios, Luxio, dan Gran Max MB, SPK-nya melonjak sekitar 40%. Sedangkan model-model lainnya seperti Ayla, Sigra, Sirion, Gran Max PU, Gran Max Blindvan penjualannya naik sekitar 20%.

Peningkatan juga terjadi penjualan mobil yang dikelola PT Suzuki Indomobil Sales (SIS). Disebutkan, hanya dalam empat hari berlakunya relaksasi PPnBM, permintaan mobil Suzuki naik 100 persen dibanding periode yang sama bulan Februari 2021. Suzuki memiliki dua model yang mendapatkan relaksasi PPnBM nol persen. Kedua model itu adalah Suzuki Ertiga dan Suzuki XL7

Kementerian Perindustrian optimistis pelaksanaan kebijakan ini dapat berjalan baik, tepat sasaran, dan menguntungkan baik konsumen maupun sektor industri. Sejak relaksasi diberikan pada awal bulan Maret ini, terlihat lonjakan penjualan mobil yang siginifikan.

“Kemenperin mendukung agar industri otomotif serta para distributor kendaraan dapat melakukan fungsi imbauan, controlling, serta supervisi kepada diler, agar penurunan harga kendaraan dapat sesuai dengan harapan dan memenuhi permintaan konsumen sebaik mungkin,” pungkas Febri.

Keterangan Foto: Proses produksi di industri otomotif (Dok. Kemenperin).