: Sejumlah anak-anak pengungsi korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Pos Lapangan (Poslap) Bokang Wolomatang, Sabtu (23/11/2024) tengah asyik bernyanyi dan bermain bersama yang difasilitasi Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPKBP3A) Flores Timur. Kegiatan itu sebagai upaya trauma healing pascabencana lewat metode pendekatan psikososial untuk menghilangkan trauma bagi kelompok rentan yakni anak dan perempuan. Foto: Agus Siswanto InfoPublik/IKP Kemkomdigi
Oleh Taofiq Rauf, Sabtu, 23 November 2024 | 18:49 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 95
Siaran Pers
Posko Komunikasi dan Informasi Erupsi Gunung Lewotobi
Sabtu, 23 November 2024
tentang
Dukungan Psikososial Pulihkan Semangat Anak-Anak Korban Dampak Erupsi Lewotobi
Berbagai pihak kini terus bekerja sama untuk memberikan dukungan psikososial kepada para korban dampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Folres Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Terutama bagi kelompok rentan, seperti anak-anak dan perempuan, yang paling terpengaruh oleh bencana itu.
Dukungan psikososial dilakukan melalui berbagai kegiatan, termasuk psikoterapi yang meliputi katarsis mental, konseling, intervensi krisis, dan pemberian motivasi hidup. Selain itu, terdapat juga terapi bermain untuk anak-anak yang melibatkan sulap dan permainan interaktif yang dapat meredakan stres mereka.
Berdasarkan pantauan pada Sabtu (23/11/2024) di Posko Pengungsian Desa Bokang Wolomatang, Kecamatan Titehena, petugas dari Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPKBP3A) Kabupaten Flores Timur yang menggelar kegiatan seperti bernyanyi, bercanda, serta beraktivitas bersama para pengungsi, khususnya anak-anak dan perempuan.
Metode itu diharapkan dapat mengurangi kecemasan dan panik yang dialami oleh pengungsi, terutama anak-anak, setelah bencana besar tersebut. Selain itu, kegiatan yang menyenangkan ini juga membantu mereka melupakan trauma sementara waktu.
Hal serupa juga terpantau di Posko Cabang SDI Bokang Wolomatang, di mana relawan turut memberikan dukungan psikososial bagi ratusan anak-anak pengungsi yang ada di posko tersebut.
“Fokus kami adalah memulihkan kondisi emosional anak-anak melalui kegiatan seperti bermain dan konseling,” kata Rafael Keraf, Pendamping dari Yayasan Fren, yang bekerja sama dengan Child Fund.
Menurutnya, trauma healing baru dilakukan setelah analisa dan asesmen awal terhadap kondisi anak-anak dilakukan.
Dampak psikologis akibat bencana memang terlihat nyata pada anak-anak, namun dengan adanya dukungan psikososial yang diberikan oleh berbagai pihak, mereka terlihat lebih bahagia dan kembali bersemangat.
Bono Nobo (12), seorang siswa kelas 6 SD, mengaku cukup trauma setelah erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki pada 3 November 2024. Ia dan keluarganya terpaksa mengungsi dan meninggalkan rumahnya yang rawan roboh akibat material letusan. “Saya senang di sini karena banyak aktivitas yang membantu saya semangat, teman-teman juga banyak yang mengalami hal yang sama, tapi kami banyak dibantu oleh pemerintah dan relawan,” ungkapnya.
Celin (10), seorang anak pengungsi lainnya, juga mengaku semula merasa sedih karena kesulitan yang mereka alami. Namun, aktivitas yang ada di posko membuatnya merasa lebih baik. “Sekolah tetap ada meski di sekolah darurat, dan alat tulis juga disediakan, jadi kami tidak perlu repot mengambilnya di rumah yang dipenuhi abu gunung,” tuturnya. Ia berharap bencana ini segera berakhir agar kehidupan mereka kembali normal.
Per 22 November 2024 pukul 20.00 WITA, data dari posko tanggap darurat mencatatkan jumlah pengungsi mencapai 12.962 jiwa. Sebagian besar pengungsi tinggal di enam pos lapangan (poslap) dengan jumlah 5.599 jiwa, sementara sisanya tinggal di rumah warga atau keluarga mereka dengan jumlah 7.363 jiwa.
Sejak erupsi pada 3 November 2024, tercatat sembilan korban meninggal dunia dan empat orang terluka yang dirawat di RSUD Larantuka. Poslap pengungsian yang dibangun oleh pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Sosial (Kemensos), TNI-Polri, serta stakeholders lainnya memiliki fasilitas yang cukup lengkap, seperti tenda pengungsian, dapur umum, fasilitas kesehatan, dan MCK.
Selain itu, hiburan edukatif yang dilengkapi dengan perangkat multimedia dan jaringan telekomunikasi juga sudah tersedia dengan baik berkat koordinasi antara Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) serta berbagai pihak terkait.
“Kondisi para pengungsi saat ini semakin membaik dan stabil, dengan kebutuhan logistik yang terjamin. Pemerintah kini juga fokus pada penanganan pascabencana, seperti relokasi dan pembangunan hunian sementara (huntara),” ungkap Kepala Dinas Sosial Flores Timur, Benediktus B. Herin. (Jhon/US/Taofiq Rauf)
***
Untuk Informasi lebih lanjut, silakan menghubungi kontak di bawah ini.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Flores Timur – Heronimus Lamawuran (Herry) (081239311500).