- Oleh MC PROV RIAU
- Kamis, 19 Juni 2025 | 07:44 WIB
: Analisis sampah di lapangan adalah untuk memahami komposisi sampah
Oleh MC KAB MERAUKE, Jumat, 23 Mei 2025 | 09:01 WIB - Redaktur: Eko Budiono - 225
Merauke, InfoPublik – Pemerintah Kabupaten Merauke melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) bersama WWF Indonesia Program Papua, akademisi, dan masyarakat lokal melakukan studi baseline untuk memetakan komposisi, sumber, dan perilaku pengelolaan sampah.
Kegiatan itu melibatkan Fakultas Pertanian Universitas Musamus (Unmus), UPTD TPA Bokem, Bank Sampah Mandiri, serta masyarakat Kampung Waninggap Nanggo. Tujuannya adalah merancang strategi pengelolaan sampah yang efektif dan berkelanjutan di tengah lonjakan volume sampah mencapai 69 ton per hari.
Kepala DLH Merauke, Dominikus Catur Rizal, mengapresiasi kolaborasi itu sebagai langkah konkret mengatasi keresahan sampah yang kian menggunung.
"Tim turun ke lapangan selama tujuh hari untuk memetakan sampah di hotel, rumah makan, pasar, hingga rumah tangga. Data ini nantinya jadi dasar inovasi pengelolaan, termasuk daur ulang dan pemanfaatan maggot," kata Dominikus, Kamis (22/5/2025).
Menurut Dominikus, studi itu menargetkan tiga jenis sampah utama yakni plastik, kertas/karton, dan sisa makanan.
"Dengan komersialisasi sampah, hanya residu yang dibawa ke TPA," tambah Dominikus.
Lokasi sampling meliputi Swissbelhotel Merauke, Rumah Makan Pinang Sirih, Pasar Wamanggu, Bank Sampah, serta permukiman di Kampung Waninggap Nanggo dan Kelurahan Mandala.
Hasil analisis akan menjadi acuan kebijakan pengurangan emisi gas metana dan pembentukan ekonomi sirkular.
"Pendampingan bank sampah yang dibiayai dana Otsus juga krusial agar fungsi mereka optimal,"* tegas Dominikus.
David Rahawarin dari WWF Indonesia menekankan, studi ini adalah respons atas tingginya limbah makanan di Merauke yang mencapai 50-70 ton/tahun pada 2024.
"Data primer dari lapangan akan mendorong kebijakan pengurangan sampah organik sekaligus menekan emisi metana," ujarnya.
David menegaskan, peningkatan volume sampah menjadi tantangan serius, namun kolaborasi multisektor ini diharapkan mampu menciptakan solusi berbasis ekonomi hijau.
Inovasi seperti maggot dan daur ulang tidak hanya mengurangi beban TPA tapi juga membuka peluang usaha bagi masyarakat.
"Sampah tak bisa dihindari, tapi volumenya bisa ditekan dengan edukasi dan teknologi tepat guna," pungkas David.(McMrk/Get/Ngr)