- Oleh MC KAB LUMAJANG
- Selasa, 17 Juni 2025 | 05:45 WIB
:
Oleh MC KAB LUMAJANG, Kamis, 22 Mei 2025 | 16:21 WIB - Redaktur: Tri Antoro - 730
Lumajang, InfoPublik — Penyuluh agama kini memainkan peran yang lebih luas sebagai penjaga moralitas umat dan agen perubahan dalam menghadapi krisis iklim.
Melalui pendekatan ecoteologi yang menggabungkan nilai keagamaan dengan kepedulian lingkungan, mereka bergerak menjadi pelopor gerakan ekologis dari akar rumput.
“Menanam pohon bukan hanya tindakan ekologis, tapi juga spiritual. Lingkungan adalah amanah Tuhan. Ini bagian dari ibadah kita,” ungkap Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Lumajang, Agus Rohman Rozaq, di kawasan sumber mata air Sumber Pakel, Desa Tanggung, Kecamatan Padang, Kabupaten Lumajang, Kamis (22/5/2025).
Kepala Kantor Kemenag Lumajang, Achmad Faisol Syaifullah, menegaskan bahwa agama memiliki peran penting dalam membentuk etika ekologis masyarakat. Ia menyampaikan bahwa tugas penyuluh agama kini tak sebatas membahas aspek spiritual semata, melainkan juga harus menyentuh isu-isu lingkungan.
“Agama dan lingkungan tak bisa dipisahkan. Ecoteologi adalah jembatan antara iman dan aksi. Penyuluh hari ini harus mampu bicara tentang air, pohon, dan sampah bukan hanya surga dan neraka,” katanya.
Ia berharap perluasan peran penyuluh agama menjadi cikal bakal perubahan sistematis yang mengangkat penyuluh agama sebagai penggerak perubahan di tingkat komunitas.
Kemudian, dapat menjadi gerakan nasional, yang dimulai dari desa dan berkembang ke tingkat nasional. “Dari Lumajang untuk Indonesia yang lebih hijau, lebih sadar, dan lebih bertanggung jawab,” kata Achmad.
(MC Kab. Lumajang/Fad/RAA/An-m)