- Oleh MC KAB SUMENEP
- Senin, 23 Juni 2025 | 15:24 WIB
:
Oleh MC KAB SUMENEP, Senin, 19 Mei 2025 | 06:21 WIB - Redaktur: Pasha Yudha Ernowo - 227
Sumenep, InfoPublik — Suasana haru dan khidmat menyelimuti halaman Pondok Pesantren Taretan di Desa Tarate Pandian, Sabtu malam (17/5/2025), saat Madrasah Aliyah Zainal Arifin (Mazarif) menggelar acara Lepas Pisah dan Wisuda Tahfidz bagi siswa-siswi kelas XII.
Namun, lebih dari sekadar seremoni pelepasan, acara ini menjadi momen refleksi mendalam tentang peran pendidikan agama, masa depan generasi muda, hingga realita sosial di lingkungan masyarakat.
Dengan mengangkat tema "Dengan Jiwa Qur’ani Meraih Ridho Ilahi", kegiatan ini juga dirangkai dengan pengukuhan para santri tahfidz, menandai keberhasilan mereka dalam menghafal ayat-ayat suci Al-Qur’an.
KH. Abd. Rahem Usymuni, pengasuh Ponpes Taretan, tak hanya mengungkapkan rasa syukur atas terselenggaranya acara, tapi juga menyentil realitas masyarakat yang kerap menjadikan kelulusan dari Madrasah Aliyah sebagai titik akhir pendidikan formal.
“Biasanya, begitu anak lulus MA, banyak orang tua sudah menyiapkan tenda nikah. Kami tidak bisa melarang, tapi hanya bisa mendoakan yang terbaik. Tapi alangkah baiknya kalau bisa lanjut kuliah dan terus menuntut ilmu,” ungkapnya disambut tawa dan tepuk tangan hadirin.
Pernyataan tersebut bukan tanpa makna. Di banyak wilayah pedesaan Madura, termasuk Sumenep, fenomena menikah muda pasca lulus MA masih menjadi pilihan sebagian masyarakat. Di tengah kondisi ini, pesan Kiai Rahem menjadi seruan halus agar para lulusan tetap memprioritaskan pendidikan sebagai bekal hidup yang lebih luas.
Sementara itu, Kepala Madrasah Mazarif, K. Moh. Agus Saleh, S.Pd.I, mengingatkan para siswa agar tidak berhenti belajar hanya karena sudah lulus. Menurutnya, nilai dari ilmu bukan sekadar hafalan atau ijazah, tapi dalam pengamalannya dan keberkahannya.
“Teruslah belajar, jangan tinggalkan ilmu agama. Hormati guru, cari ridho guru. Tanpa itu, ilmu akan menjadi kering dan tak membawa manfaat,” ujarnya tegas.
Ia juga berpesan agar para lulusan tetap menjaga nama baik almamater, pondok pesantren, dan para guru, terutama dalam berinteraksi di tengah masyarakat.
Acara dilanjutkan dengan ceramah agama oleh KH. Hairudin, yang menyampaikan pentingnya tatakrama dalam menuntut dan mengamalkan ilmu. “Berilmu tanpa adab ibarat membawa pedang tanpa sarung. Bisa melukai siapa pun, termasuk diri sendiri. Hormati ulama, ustaz, dan guru kalian, karena mereka yang membawa cahaya bagi kehidupan kita,” tuturnya.
Selain prosesi wisuda siswa-siswi kelas XII, momen penting dalam acara ini adalah pengukuhan para penghafal Al-Qur’an (tahfidz). Mereka bukan hanya dibanggakan karena hafalannya, tapi juga karena komitmen spiritual yang menyertainya.
Ponpes Taretan berharap acara tahunan ini bukan hanya menjadi seremoni semata, melainkan pemicu semangat untuk terus menuntut ilmu, memperkuat iman, dan membentuk akhlak mulia generasi muda Sumenep di tengah gempuran arus modernisasi.
Di akhir acara dilakukan pemberian hadiah kepada para wisudawan-wisudawati dan tahfidz terbaik, serta penghargaan kepada para peraih berbagai bidang kejuaraan yang diperoleh siswa-siswi Mazarif di tingkat Kabupaten Sumenep. (Ren/Fer)