- Oleh MC PROV GORONTALO
- Rabu, 18 Juni 2025 | 13:17 WIB
: Wakil Gubernur Gorontalo Idah Syahidah Rusli Habibie didampingi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dr. Anang S. Otoluwa logistik penunjang pemeriksaan viral load 2025 kepada petugas di Dinas Kesehatan. (Foto – Nova Diskominfotik)
Oleh MC PROV GORONTALO, Sabtu, 17 Mei 2025 | 10:46 WIB - Redaktur: Eko Budiono - 198
Kota Gorontalo, InfoPublik – Provinsi Gorontalo mencatat akumulasi 1.257 kasus HIV/AIDS sejak 2001 hingga akhir 2024, dengan komposisi 1.015 kasus pada laki-laki dan 242 kasus pada perempuan.
Data Dinas Kesehatan setempat mengungkap tren mengkhawatirkan dalam beberapa bulan terakhir, termasuk kasus penularan dari ibu ke anak dan peningkatan infeksi di kalangan pekerja salon, pelajar, serta kelompok LSL (Lelaki Seks dengan Lelaki).
Wakil Gubernur Gorontalo Idah Syahidah Rusli Habibie, secara tegas menyerukan penghapusan stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dalam acara Technical Assistant Viral Load HIV Program di Grand Q Hotel, Jumat (16/5/2025).
"Pertanyaan sederhana: berapa banyak dari kita yang berani berinteraksi normal dengan ODHA? Berjabat tangan, makan bersama, atau sekadar mengobrol? Inilah inti dari perubahan persepsi yang kita butuhkan," tegas Idah .
Analisis data menunjukkan pola penularan yang kompleks di Gorontalo.
Kelompok GWL (Gay, Waria, Lesbian) menyumbang 591 kasus (47% total), diikuti hubungan heteroseksual (431 kasus) dan biseksual (100 kasus).
Wagub mengungkapkan keprihatinan khusus terhadap temuan kasus baru di kalangan LSL selama program viral load Ramadan lalu.
"Banyak wajah baru yang terinfeksi akibat perilaku seks bebas sesama jenis. Ini alarm bagi kita semua," ujarnya.
Dari sisi demografi, tiga kelompok pekerjaan dominan dalam statistik HIV/AIDS Gorontalo adalah:
- Wiraswasta (217 kasus)
- Pekerja salon/tata rias (132 kasus)
- Pelajar/mahasiswa (127 kasus)
Kabupaten Gorontalo memimpin angka kejadian dengan 358 kasus, disusul Kota Gorontalo (326 kasus). Menyikapi kondisi ini, Idah menggagas strategi tiga pilar: edukasi digital masif, penguatan testing voluntary, dan pendekatan berbasis komunitas.
"Saya mengajak kreator konten lokal membantu menyebarkan informasi pencegahan yang akurat melalui platform digital," ajaknya.