- Oleh MC PROV RIAU
- Minggu, 15 Juni 2025 | 02:40 WIB
:
Oleh MC PROV RIAU, Jumat, 16 Mei 2025 | 15:14 WIB - Redaktur: Tri Antoro - 176
Pekanbaru, InfoPublik — Dinas Kesehatan Provinsi Riau mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang menunjukkan tren peningkatan signifikan sejak awal tahun 2025.
Hingga akhir April 2025, tercatat sebanyak 1.471 kasus DBD dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Dari jumlah tersebut, sebanyak 17 orang dilaporkan meninggal dunia.
Kabupaten Indragiri Hilir menjadi wilayah dengan angka kematian tertinggi, mencatat enam korban jiwa. Sementara itu, Kabupaten Kampar, Rokan Hulu, dan Kota Dumai masing-masing mencatat tiga kematian. Kota Pekanbaru dan Kabupaten Siak masing-masing melaporkan satu kematian.
“Kami turut prihatin atas kejadian ini. Data hingga 31 April menunjukkan adanya tren peningkatan yang perlu menjadi perhatian bersama,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Riau, Sri Sadono Mulyanto, melalui keterangan pers pada Kamis (15/5/2025).
Sri Sadono menekankan bahwa lingkungan yang tidak terjaga menjadi faktor utama penyebaran virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan.
“Masyarakat perlu lebih peduli menjaga kebersihan lingkungan. Upaya pencegahan perlu dilakukan sejak dini agar nyamuk tidak punya tempat berkembang biak,” jelasnya.
Sebagai langkah konkret, Dinas Kesehatan kembali mengaktifkan kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di berbagai wilayah. Para kader ini ditugaskan melakukan pemantauan langsung ke rumah-rumah warga, memeriksa tempat penampungan air, serta memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan.
Kegiatan pemantauan difokuskan pada lokasi-lokasi berisiko seperti bak mandi, vas bunga, tempat minum hewan, dan saluran air yang jarang dibersihkan. Edukasi juga digencarkan melalui Gerakan 3M Plus, yaitu menguras, menutup, dan mengubur barang yang berpotensi menjadi sarang nyamuk, ditambah penggunaan kelambu dan obat nyamuk.
“Pencegahan jauh lebih baik daripada pengobatan. Jangan menunggu ada yang jatuh sakit baru bertindak. Jaga lingkungan tetap bersih setiap hari,” tegasnya.
Dinas Kesehatan juga telah berkoordinasi dengan rumah sakit dan puskesmas untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam memberikan pelayanan cepat dan tepat bagi pasien DBD. Masyarakat yang mengalami gejala seperti demam tinggi mendadak, nyeri otot, sakit kepala berat, atau muncul bintik merah di kulit, diminta segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat.
“Deteksi dini sangat penting. Penanganan DBD membutuhkan kecepatan dan ketepatan,” katanya.
Sri Sadono mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk pemerintah daerah, tokoh masyarakat, serta pengurus RT/RW untuk bersinergi dalam menanggulangi penyebaran DBD.
“Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Kami butuh dukungan penuh dari seluruh lapisan masyarakat agar wabah ini tidak meluas dan dapat kita kendalikan bersama,” pungkasnya.
(Mediacenter Riau/sa)