- Oleh MC GEREJA PROTESTAN MALUKU
- Senin, 16 Juni 2025 | 12:03 WIB
:
Oleh MC GEREJA PROTESTAN MALUKU, Senin, 28 April 2025 | 21:14 WIB - Redaktur: Tri Antoro - 229
Ambon, InfoPublik — Sekretaris Umum Majelis Pekerja Harian (MPH) SinodeGereja Protestan Maluku (GPM), Pendeta S. I. Sapulette, menekankan pentingnya Pendidikan Oikumene sebagai upaya yang sadar, terencana, dan berkelanjutan untuk menyiapkan kader oikumenis yang mampu berperan aktif di berbagai tingkatan, mulai dari tingkat lokal, nasional, hingga global.
Kegiatan ini merupakan langkah strategis dalam mengimplementasikan Desain Strategis Oikumene GPM yang bertujuan untuk membangun kehidupan gereja dan masyarakat yang lebih relasional, inklusif, serta berwawasan lintas iman.
“Pelaksanaan Pendidikan Oikumene ini merefleksikan komitmen GPM untuk mempererat relasi antar gereja dan lintas agama, serta membangun kesaksian gereja di ruang publik,” ujar Sapulette di Gereja Solacsriptura, Kota Ambon pada Senin (28/4/2025).
Program ini didasarkan pada Kurikulum Pendidikan Oikumene GPM, yang terdiri dari dua kategori materi, yaitu materi dasar dan materi lanjutan (advance). Pendidikan Oikumene akan dilakukan dalam empat tahap berturut-turut. Tujuannya tidak hanya untuk mengembangkan pengetahuan teologis tentang kesatuan gereja, tetapi juga membentuk karakter spiritualitas oikumenis yang berfokus pada relasi lintas batas agama dan budaya.
Melalui program ini, GPM berharap dapat melahirkan kader-kader gereja yang memiliki kapasitas berpikir kritis, kontekstual, terbuka, dan responsif terhadap tantangan kemanusiaan, kebangsaan, dan ekologi. Peserta diharapkan mampu menjadi mediator dalam konflik, menjunjung tinggi nilai kasih Kristus dalam relasi sosial, serta menjadi saksi kebenaran di ruang-ruang publik.
“Indonesia sebagai bangsa yang plural membutuhkan gereja-gereja yang aktif membangun persatuan. Gereja tidak boleh tertutup, tetapi harus menjadi mitra aktif dalam memperjuangkan keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan,” tegas Pendeta Sapulette.
Pendidikan Oikumene ini juga dianggap sebagai wujud nyata peran gereja dalam merespons krisis-krisis yang terjadi, baik di aras gereja, bangsa, maupun dunia, dengan membentuk pelayan-pelayan gereja yang peka terhadap pluralitas dan tantangan zaman.
Program ini juga diharapkan dapat memperkokoh semangat Bhineka Tunggal Ika serta pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kegiatan ini diinisiasi oleh Departemen Pengembangan Oikumene Semesta, Biro Pengembangan Kerjasama Antar Agama, Denominasi Gereja dan Aliran Kepercayaan GPM, serta didukung oleh Komisi Kerja dan bagian infrastruktur Sinode GPM. Seluruh peserta kegiatan ini adalah para pendeta GPM yang mewakili 34 Klasis.
Peserta diharapkan dapat mengikuti seluruh tahapan pendidikan dengan baik hingga selesai, dan pada gilirannya menjadi duta-duta oikumenis gereja yang aktif dalam memperjuangkan keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan di tengah dunia yang semakin kompleks.