- Oleh MC KAB SUMENEP
- Senin, 12 Mei 2025 | 21:15 WIB
:
Oleh MC KAB SUMENEP, Selasa, 22 April 2025 | 09:08 WIB - Redaktur: Juli - 183
Sumenep, InfoPublik – Peringatan Hari Kartini setiap 21 April menjadi momen refleksi akan peran dan perjuangan perempuan Indonesia dalam membangun kesetaraan. Namun, jauh sebelum nama R.A.Kartini dikenal luas, tanah Madura, khususnya Sumenep, telah melahirkan tokoh-tokoh perempuan hebat yang menorehkan jejak emas dalam sejarah.
Salah satunya adalah Raden Ayu Rasmana, atau dikenal juga dengan nama Raden Gadinara, sosok pemimpin perempuan dari Dinasti Yudanegara yang berkuasa pada abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-18 di Madura Timur.
“Perempuan-perempuan Kedaton saat itu bukan sekadar pelengkap dalam istana, mereka adalah pemegang kekuasaan de facto, pengambil keputusan penting dalam pemerintahan,” ungkap Faiq Nur Fikri, Ketua Komunitas Sumenep Tempo Dulu, Senin (21/4/2025).
Faiq menjelaskan bahwa dalam banyak literatur lokal dan catatan asing, perempuan di lingkungan istana Sumenep memainkan peran strategis dalam urusan suksesi dan pemerintahan. Bahkan, Raden Ayu Rasmana tercatat sebagai penguasa yang berani menunjuk suaminya yang berasal dari luar keraton, dan anak tirinya sebagai penerus tahta.
Langkah ini menjadi simbol keberanian dan kebijaksanaan, menandakan bahwa kepemimpinan perempuan bukan hal baru di Madura.
“Ratu Rasmana adalah contoh nyata bagaimana perempuan mampu menggerakkan perubahan besar dari dalam sistem monarki,” imbuh Faiq.
Pemerhati sejarah dari Komunitas Ngopi Sejarah (Ngoser), R.B.Ja'far Shodiq, menambahkan bahwa tokoh-tokoh perempuan dari Sumenep layak mendapat tempat dalam narasi sejarah nasional.
“Kita sering bicara tokoh laki-laki dalam sejarah lokal. Padahal, perempuan seperti Raden Gadinara itu punya peran luar biasa yang harus terus dikenang lintas generasi,” ujarnya.
Selain Gadinara, perempuan-perempuan dari Dinasti Yudanegara dikenal tidak hanya karena darah biru mereka, tetapi juga karena kemampuan intelektual dan kepemimpinan yang kuat. Ini membuktikan bahwa perempuan di masa lalu tidak kalah unggul dibandingkan pria dalam urusan strategis dan politik.
“Sudah saatnya sejarah perempuan Sumenep dikedepankan, bukan hanya karena Hari Kartini, tapi sebagai bagian dari identitas dan kebanggaan daerah,” tutup Ja'far