- Oleh MC KAB BATANG
- Sabtu, 26 April 2025 | 10:09 WIB
: Sejumlah pegawai BPS Batang, meninjau panen padi di Kabupaten Batang.
Oleh MC KAB BATANG, Minggu, 16 Maret 2025 | 04:33 WIB - Redaktur: Tri Antoro - 261
Batang, InfoPublik – Kabupaten Batang mengalami penurunan produksi padi pada 2024. Berdasarkan laporan Berita Resmi Statistik (BRS) No. 17/03/33/Th. XIX yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah pada 3 Maret 2025, luas panen padi di Kabupaten Batang tahun 2024 tercatat sebesar 25,54 ribu hektare, mengalami penurunan 4,32 persen atau sekitar 1,15 ribu hektare dibandingkan tahun 2023 yang mencapai 26,69 ribu hektare.
Menurut Kepala BPS Batang, Heni Djumadi, produksi padi tahun 2024 diperkirakan mencapai 139,93 ribu ton Gabah Kering Giling (GKG), turun 6,43 ribu ton GKG atau 4,39 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 146,35 ribu ton GKG. Produksi beras pun mengalami penurunan dari 84,16 ribu ton di tahun 2023 menjadi 80,47 ribu ton di tahun 2024.
“Penurunan produksi ini disebabkan oleh beberapa faktor, terutama fenomena El Niño yang menyebabkan curah hujan lebih rendah dan musim tanam bergeser. Akibatnya, musim panen diperkirakan mundur ke Maret–April 2024,” jelas Heni Djumadi saat ditemui di Kantor BPS, Kabypaten Batang, Rabu (12/3/2025).
Meskipun mengalami penurunan, produksi padi di Jawa Tengah, termasuk Kabupaten Batang, tetap memberikan kontribusi besar terhadap kebutuhan pangan nasional. Pada akhir 2024, produksi padi di Jawa Tengah mencapai 8.891.297 ton, dengan luas panen 1.554.777 hektare, menyumbang 16–17 persen dari total kebutuhan pangan nasional.
Dalam pemantauan produksi padi, BPS menggunakan Metode Kerangka Sampel Area (KSA), sebuah pendekatan berbasis pengamatan langsung dan teknologi satelit.
“KSA memungkinkan pemantauan pertumbuhan padi dengan citra satelit dan observasi lapangan. Data diperoleh dari lebih dari 230.193 titik amatan yang tersebar di berbagai daerah, memastikan estimasi luas panen dan produksi lebih akurat dibandingkan metode konvensional,” tambahnya.
Beberapa tahapan dalam metode KSA meliputi pemantauan pertumbuhan padi menggunakan citra satelit dan pengamatan langsung, penentuan luas panen berdasarkan titik sampel yang telah ditetapkan, estimasi hasil produksi melalui kombinasi data pengamatan, dan analisis spasial.
Metode ini digunakan sejak 2018 dan terus dikembangkan untuk meningkatkan keakuratan data pertanian, terutama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
Berdasarkan analisis BPS, beberapa faktor utama yang mempengaruhi produksi padi di Kabupaten Batang meliputi:
“Selain cuaca dan hama, penerapan teknologi pertanian juga berperan besar dalam produksi padi. Penggunaan benih unggul dan metode pertanian modern sangat diperlukan agar hasil panen tetap optimal,” ungkap Heni.
Pemerintah Kabupaten Batang, melalui Dinas Pertanian, terus berupaya meningkatkan produksi padi dengan berbagai langkah strategis, antara lain pendampingan kepada petani untuk meningkatkan pemahaman dalam penerapan teknologi pertanian modern, optimalisasi irigasi guna memastikan ketersediaan air selama musim tanam, distribusi benih unggul, dan pupuk bersubsidi agar petani dapat meningkatkan produktivitas lahan mereka.
Selain itu, dengan penggunaan Metode Ubinan—yaitu pengukuran produktivitas berdasarkan sampel lapangan dengan petak berukuran 2,5 m × 2,5 m—diharapkan estimasi hasil panen lebih akurat.
“Dengan dukungan teknologi dan inovasi pertanian, kami optimistis produksi padi di Kabupaten Batang dapat meningkat di tahun-tahun mendatang guna menjaga ketahanan pangan nasional,” tutup Heni Djumadi.
(MC Batang, Jateng/Budi Santoso/Jumadi)