Pelatihan Tanjak dan Kain Sampin di Pontianak: Lestarikan Budaya Melayu dan Dorong Ekraf

: Pj Wali Kota Puji Produk Kampung Tanjak | Foto : MC Pontianak


Oleh MC KOTA PONTIANAK, Kamis, 13 Februari 2025 | 08:09 WIB - Redaktur: Untung S - 87


Pontianak, InfoPublik – Kemahiran Suherman dalam membuat tanjak dan kain sampin kini tak hanya untuk diri sendiri. Ilmu yang ia pelajari secara otodidak melalui kanal YouTube, kini ditularkannya kepada peserta pelatihan di workshop Kampung Tanjak miliknya.

Kampung Tanjak yang didirikan sejak 2017 telah mampu meningkatkan perekonomian lokal dengan menjual tanjak dan kelengkapan pakaian adat Melayu. Workshop yang berlokasi di Jalan Selat Panjang Gang Amal, Kelurahan Siantan Hulu, Kecamatan Pontianak Utara itu juga memberikan pelatihan kepada siapa saja yang ingin belajar membuat tanjak dan kain sampin.

Bekerja sama dengan PT Telkom, Suherman mendapatkan dukungan dari BUMN tersebut untuk memberikan pelatihan kepada 10 orang peserta yang berasal dari berbagai latar belakang. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dalam membuat kain sampin dan tanjak, sebagai pelengkap pakaian adat Melayu.

Penjabat (Pj) Wali Kota Pontianak, Edi Suryanto, menyampaikan bahwa pengembangan keterampilan masyarakat merupakan upaya yang sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan, termasuk keterampilan membuat kain sampin. Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak berkomitmen untuk memfasilitasi pengembangan produk ekonomi kreatif (ekraf) seperti yang dilakukan Suherman, agar produk tersebut memiliki nilai jual yang tinggi, baik di pasar lokal maupun internasional.

“Ini bukan hanya tentang memberi ikan, tetapi bagaimana memberikan kail agar mereka bisa mendapatkan ikan yang banyak. Dengan keterampilan yang ditingkatkan, masyarakat bisa menghasilkan produk yang layak jual dan meningkatkan pendapatan mereka,” ujar Edi usai meninjau pelatihan tersebut, Rabu (12/2/2025).

Edi juga menyoroti pentingnya kualitas dan kreativitas dalam menciptakan produk lokal yang memiliki potensi besar. "Kualitas dan kreativitas produk dari Kampung Tanjak milik Pak Suherman luar biasa. Kita harus memastikan orang luar Pontianak tahu bahwa produk kita bagus," tambahnya.

Untuk memperluas pasar, Edi mengusulkan agar produk-produk lokal dipamerkan di tempat strategis seperti bandara, hotel, dan lokasi lainnya. "Kami dari Pemkot Pontianak akan memikirkan cara terbaik untuk menampilkan produk-produk ini," jelasnya.

Terkait pemasaran internasional, Edi mengungkapkan bahwa Pemkot Pontianak siap memfasilitasi produk-produk lokal untuk menembus pasar luar negeri, salah satunya melalui pameran di negara tetangga seperti Malaysia. "Kami akan mendampingi masyarakat dalam urusan administrasi ekspor agar produk mereka bisa diterima di pasar internasional," imbuhnya.

Suherman, pengrajin tanjak dan kain sampin dengan label produk ‘Kampung Tanjak’, menjelaskan bahwa pelatihan ini selain memberikan keterampilan kepada peserta, juga bertujuan untuk melestarikan budaya Melayu. “Selain itu, ini juga bertujuan untuk membantu meningkatkan pendapatan masyarakat,” imbuhnya.

Sejak 2020, Suherman mulai memberikan pelatihan pembuatan tanjak dan kain sampin. Ia berharap agar budaya Melayu tetap dikenal dan diapresiasi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. “Awalnya saya belajar membuat tanjak sendiri karena sulitnya mendapatkan referensi, namun kini saya bisa berbagi ilmu ini dengan peserta pelatihan,” ungkapnya.

Salah satu peserta pelatihan, Abdul Rasif (57) atau yang akrab disapa Asep, mengungkapkan bahwa dirinya tertarik mengikuti pelatihan ini untuk memperluas keterampilan dalam dunia menjahit, khususnya untuk pakaian Melayu. "Awalnya saya kesulitan membuat kelengkapan pakaian adat Melayu seperti kain sampin dan tanjak, tapi sekarang saya mulai menguasainya berkat bimbingan Pak Suherman," ujarnya.

Manager Shared Service and General Support Telkom Kalbar, Andri Dwi Astuti, dalam sambutannya mengatakan bahwa pelatihan ini melibatkan 10 peserta yang bergerak di bidang kerajinan tangan, khususnya pembuatan produk berbasis kain tradisional Melayu. “Kami berharap para peserta dapat mengadopsi ilmu yang diberikan dan menciptakan produk khas Pontianak yang memiliki nilai tambah,” pungkasnya. (prokopim/Jemi Ibrahim)

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh MC KOTA PONTIANAK
  • Jumat, 21 Maret 2025 | 23:05 WIB
Pemkot Pontianak Batasi Operasional Kendaraan Angkutan Barang Jelang Idulfitri
  • Oleh MC KOTA PONTIANAK
  • Jumat, 21 Maret 2025 | 23:03 WIB
Pemkot Pontianak Terapkan Jam Malam untuk Cegah Kenakalan Remaja
  • Oleh MC KOTA PONTIANAK
  • Jumat, 21 Maret 2025 | 23:02 WIB
SPMB Gantikan PPDB, Jadi Inovasi Penerimaan Siswa Baru di Kota Pontianak
  • Oleh MC KAB BATANG
  • Jumat, 21 Maret 2025 | 06:40 WIB
Batang Siap Jadi Motor Ekonomi dengan KEK Industropolis
  • Oleh MC KOTA PONTIANAK
  • Jumat, 21 Maret 2025 | 07:33 WIB
Peran RT/RW Penting dalam Sinergitas Pemerintahan di Pontianak
  • Oleh MC KOTA PONTIANAK
  • Jumat, 21 Maret 2025 | 07:31 WIB
Meriam Karbit: Warisan Budaya Pontianak yang Butuh Dukungan
  • Oleh MC KOTA PONTIANAK
  • Jumat, 21 Maret 2025 | 07:07 WIB
Pontianak Terbaik Kedua dalam Indeks Pencegahan Korupsi Daerah