- Oleh MC KOTA TIDORE
- Kamis, 16 Januari 2025 | 20:16 WIB
: Simposium publik dan workshop di Rektorat Unkhair, Senin (9/12/2024). (Foto: Humas Unkhair).
Oleh MC KOTA TIDORE, Selasa, 10 Desember 2024 | 16:27 WIB - Redaktur: Inda Susanti - 126
Ternate, InfoPublik – Dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan terhadap ancaman bencana, Pusat Tangguh Bencana bersama Kantor Urusan Internasional Universitas Khairun (Unkhair) Ternate, Maluku Utara, menggelar simposium publik dan workshop di Rektorat Unkhair, Senin (9/12/2024).
Kegiatan tersebut mengangkat tema “Penguatan Kesiapsiagaan Berbasis Kepulauan dan Penggunaan Teknologi Virtual Reality sebagai Upaya Pengurangan Risiko Bencana”.
Acara ini menghadirkan tiga narasumber utama, yakni Jo Hukum Soa Sio Kesultanan Ternate, Gunawan Yusuf Radjim, Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Kota Ternate Deddy Arif, dan perwakilan dari Pusat Tangguh Bencana Unkhair, Maulana Ibrahim.
Ketua Forum PRB Kota Ternate, Deddy Arif, dalam paparannya menjelaskan ragam ancaman bencana yang dihadapi Kota Ternate, termasuk gunung api, banjir lahar, abrasi, longsor, hidrometeorologi, tsunami, likuifaksi, dan gempa bumi.
"Pembangunan kota sering kali menyentuh kawasan yang seharusnya tidak aman untuk dibangun. Selain itu, akses antar pulau masih terbatas, dan pemahaman masyarakat mengenai ancaman bencana serta pentingnya mitigasi juga belum merata," ujar Deddy.
Dia juga menyoroti tantangan dalam membangun kesiapsiagaan bencana di wilayah kepulauan seperti Maluku Utara, seperti keterbatasan ruang, minimnya pemahaman masyarakat tentang kebencanaan, serta kurangnya sinergi lintas sektor.
Kegiatan ini menjadi istimewa dengan pengenalan teknologi virtual reality (VR) sebagai inovasi dalam penguatan mitigasi risiko bencana.
Teknologi VR memungkinkan simulasi bencana yang realistis sehingga dapat meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap ancaman bencana dan langkah-langkah mitigasi.
Menurut Deddy, keberhasilan dalam pengurangan risiko bencana memerlukan empat faktor utama yakni pengetahuan, perencanaan, aksi, dan kolaborasi berkelanjutan.
"Jika hal ini diimplementasikan dengan baik, maka upaya pengurangan risiko bencana dapat tercapai," tambahnya.
Acara ini diharapkan mampu memperkuat sinergi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana.
Dengan pendekatan berbasis kepulauan dan teknologi, Ternate dapat menjadi contoh kesiapsiagaan bencana yang lebih baik di wilayah Indonesia Timur.
Hadir dalam acara ini berbagai pihak, termasuk tokoh masyarakat, akademisi, dan perwakilan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ternate. (MC Tidore)