:
Oleh MC KAB KEP TANIMBAR, Kamis, 27 Juli 2023 | 22:59 WIB - Redaktur: Fajar Wahyu Hermawan - 640
Saumlaki, InfoPublik - Berdasarkan data survey Pemantauan Status Gizi (PSG) dan Survey Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI), prevelensi balita stunting di Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT) sejak tahu 2016 – 2020 angkanya fluktiatif.
Tahun 2016 sebesar 28,8%, tahun 2017 sebesar 31,7%, 2018 sebesar 28,8% dan tahun 2019 sebesar 37,39%. Sementara di tahun 2020 dengan menggunakan data Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) presentasi balita stunting sebesar 15,2% dari jumlah balita tercatat pada aplikasi e-PPGBM sebesar 30%.
Dan tahun 2022 berdasarkan data SSGI sebear 31,5%, sementara sampai pada bulan Mei 2022 sesuai data by name by address sebanyak 537 balita stunting.
“Angka-angka tersebut menunjukan masih cukup tingginya Balita Stunting di Kabupaten Kepulauan Tanimbar sehingga perlu dilakukan intervensi secara khusus,” Kata Penjabat (Pj) Bupati Kepulauan Tanimbar, Ruben Benharvioto Moriolkossu di Serbaguna Hotel Galaxy, Jl. Ki Hajar Dewantara, Saumlaki, Kamis (27/7/2023).
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi. Penyebab langsung masalah gizi pada anak termasuk stunting adalah rendahnya asupan gizi dan status kesehatan. Penuruanan stunting menitikberatkan pada penanganan penyebab masalah gizi, terdiri dari faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan khususnya akses terhadap pangan bergizi.
Lingkungan sosial yang berhubungan dengan praktik pemberian makanan bayi dan anak, akses terhadap pelayanan untuk pencegahan dan pengobatan, serta kesehatan lingkungan yang meliputi tersedianya sarana air bersih dan sanitasi.
“Keempat faktor tersebut mempengaruhi asupan gizi dan status kesehatan ibu dan anak. Intervensi terhadap keempat faktor tersebut diharapkan dapat mencegah masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan,” Katanya.
Intervensi paling menentukan dapat menurunkan prevelensi stunting perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kelahiran (HPK) dari anak balita. “Hal ini telah disepakati oleh para ahli di seluruh dunia sebagai periode yang terpenting dalam hidup seseorang,” Jelas Moriolkossu.
Karena itu untuk mencetak anak Indonesia yang sehat dan cerdas, langkah awal yang paling penting adalah pastikan kecukupan pemenuhan gizi ibu dan bayi selama masa kehamilan hingga anak menginjak usia 2 tahun.
“Jika tidak terpenuhi maka anak akan mengalami malnutirisi,” tegasnya.
Mengakhiri sambutannya dalam kegiatan Rembug Stunting tersebut, Moriolkossu mengajak semua elemen untuk berkomitmen dan bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mencegah stunting.
“karena apa yang kita lakukan sekarang merupakan inverstasi bagi masa depan anak-anak kita yang juga adalah masa depan bangsa kita,” pungkasnya. (MC Kabupaten Kepulauan Tanimbar/Jean)