:
Oleh MC KAB BATANG, Kamis, 22 Juni 2023 | 16:40 WIB - Redaktur: Yudi Rahmat - 359
Batang, InfoPublik - Kerupuk biasanya digoreng menggunakan minyak goreng pada proses masaknya. Tapi ada salah satu yang berbeda yakni kerupuk usek yang proses masaknya menggunakan pasir pantai.
Contohnya kerupuk usek khas Kabupaten Batang. Kerupuk usek atau kerupuk yang dimasak dengan pasir memang cukup laris di pasaran. Menurut pendapat masyarakat sekitar, banyak yang menganggap lebih sehat karena tidak digoreng dengan minyak.
Melihat kesempatan itu puluhan ibu-ibu yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) Maju Makmur Jaya di Desa Ujungnegoro, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang untuk membuat usaha kerupuk usek.
KUB Maju Makmur sendiri hingga sekarang sudah mempunyai 21 anggota yang tugasnya dibagi dua yakni ada yang menggoreng dan ada yang menjual. Mereka memasak kerupuk usek dengan cara tradisional menggunakan pasir Pantai Ujungnegoro yang tidak jauh dari lokasi usaha.
“Dimasaknya pakai pasir pantai, pasirnya tetap dipilih-pilih, yaitu yang bagian dalam, bukan yang atas, setelah diambil, pasirnya dibersihkan, dijemur lagi, baru dipakai,” kata Ketua KUB Maju Makmur Astuti saat ditemui di Ruang Produksi Kerupuk Usek Desa Ujungnegoro, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang, Kamis (22/6/2023).
Dijelaskannya, pasir pantai yang digunakan memasak kerupuk usek hanya dapat dipakai sekali saja. Jika ingin menggoreng lagi harus diganti dengan yang baru supaya hasil kerupuknya tidak gosong.
“Untuk memproduksi 25 Kilogram kerupuk usek membutuhkan sekitar 5 Kilogram pasir pantai dengan waktu memasak hanya 2 jam saja,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan, bahwa memasak secara tradisional menggunakan pasir sebagai minyak dan kayu bakar sebagai bahan bakarnya, jadi biaya produksinya menjadi lebih murah. Karena semua bahan yang dibutuhkan tadi bisa ditemukan di sekitar lokasi untuk memproduksi kerupuk usek.
“Alat yang digunakan pun masih tradisional, yaitu berupa tungku berbentuk tabung yang diputar dan dipanasi di bagian bawahnya. Kemudian pasir dimasukkan ke salah satu bagian dari tungku itu. Kerupuk dimasukkan ke lubang tungku, sembari diputar, pasir pantai itu sedikit demi sedikit jatuh dalam tungku, ikut mematangkan kerupuk,” terangnya.
Tidak hanya memproduksi satu jenis kerupuk, KUB Makmur Jaya dapat membuat 10 jenis dengan total produksinya saat ini mencapai 3 kwintal atau 300 Kilogram.
Astuti menerangkan, bahwa untuk ibu-ibu menjual hasil produksinya ke sekitar kampung sedangkan para bapak menjual hingga ke luar desa.
Berdirinya KUB Makmur Jaya pada 2014 berasal dari Corporate Social Responsibility (CSR) PT Bhimasena Power Indonesia (BPI). Dengan awal jumlah anggota hanya 15 saja.
“Para ibu-ibu mendapat Rp10 juta sebagai modal awal, rinciannya penggunaan dana yaitu Rp8 juta untuk pembelian alat, lalu sisanya Rp2 juta untuk bahan baku,” ujar dia. (MC Batang, Jateng/Roza/Jumadi)