:
Oleh MC KABUPATEN TUBAN, Jumat, 24 Februari 2023 | 20:50 WIB - Redaktur: Tobari - 1K
Tuban, InfoPublik - Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky mendukung penuh pengembangan kesenian Thak-thakan khas Kecamatan Tambakboyo untuk go nasional hingga internasional.
Hal tersebut disampaikan Mas Bupati saat kunker di Kecamatan Tambakboyo, Kamis (23/2/2023) kemarin.
Mas Lindra mengungkapkan, Thak-thakan telah berhasil dihakpatenkan sebagai inventarisasi kekayaan intelektual komunal ekspresi budaya tradisional, dengan kustodian komunitas bleduk kenanti, jenis ekspresi budaya tradisional, teater sandiwara rakyat, oleh Kikomunal Direktorat Jenderal Kekayaan Budaya Intelektual Kementerian Hukum dan HAM akhir tahun 2022.
Misi untuk mempromosikan Thak-thakan hingga tingkat nasional maupun internasional harus digarap dengan serius. Salah satunya dengan membuat suvenir dan pernak-pernik Thak-thakan, yang bisa memunculkan potensi ekonomi warga sekitar.
“Pemdes harus bisa menangkap peluang itu dengan menggandeng anak muda dan memberdayakan ibu-ibu untuk membuat suvenir khas,” ujar Mas Lindra.
Menurutnya, souvenir hasil buatan ibu-ibu bisa dijual dan menjadi cinderamata khas Kabupaten Tuban sebagai ajang promosi budaya. “Saya bisa membawa cinderamata berbentuk Thak-thakan itu ke nasional, atau dipamerkan saat ada event nasional,” ucapnya.
“Termasuk menjadi cinderamata wajib untuk para tamu penting yang dolan ke Tuban,” sambung Mas Lindra.
Selain suvenir, ke depan juga perlu dibuat pelatihan Thak-thakan di seluruh lembaga pendidikan setempat, hingga nantinya sekolah lain dari luar kecamatan bisa belajar tentang Thak-thakan.
“Konsepnya bisa seperti Saung Mang Ujo Bandung, itu bagus sekali. Misi budaya ada, ekonomi juga terbangun di sana,” kata Mas Lindra.
Lebih jauh, dengan promosi yang masif, dan melibatkan masyarakat, diharapkan desa-desa di Tambakboyo yang memiliki paguyuban Thak-Thakan bisa berkembang menjadi desa devisa, seperti dua desa di Kecamatan Kerek yang telah berhasil menjadi Desa Devisa melalui Batik Tulis Tenun Gedog-nya.
“Tambakboyo harus menyusul dengan potensi Thak-thakan yang dimiliki di hampir setiap desanya,” tutur Mas Lindra.
Sementara itu, salah seorang seniman maestro Thak-thakan yang memiliki paguyuban bernama Bledug Kinanti asal Desa Kenanti, Tambakboyo Dikan (75) tahun, mendukung langkah tersebut. Ia berharap, seni Thak-thakan khas pesisir ini dapat diakui secara nasional.
Mbah Dikan, maestro Thak-thakan ini biasa disapa menjelaskan, sudah lebih dari 35 tahun ia mementaskan seni pertunjukan yang memiliki daya tarik magis ini.
Saat ini, karena usianya yang tak lagi muda, ia mewariskannya kepada sang anak, namun masih terus memantau jika ada pertunjukan.
Melalui alunan musik, nyanyian, hingga tokoh yang dimainkan seperti karakter penggangu, yaitu genderuwo, kuntilanak, karakter kirik-kikkik, dan karakter utama barongan yang berbentuk menyerupai naga dan singa ini.
Thak-thakan menjadi pertunjukan seni tradisional otentik khas Tambakboyo yang selalu dinantikan aksinya oleh masyarakat.
Dikan menyebutkan, setidaknya ada 12 desa yang memiliki paguyuban Thak-thakan di Kecamatan Tambakboyo, meliputi Desa Tambakboyo, Kenanti, Klutuk, Sobontoro, Dasin, Pulogede, Cokrowati, dan Belikanget. “Semuanya memiliki ciri khas masing-masing,” ungkapnya.
Ia berharap, Thak-thakan bisa lebih dicintai masyarakat Tuban dan nasional, hingga mendunia. “Bisa tampil secara nasional adalah salah satu mimpi kita,” katanya. (nurul jamilah/hei/toeb)