:
Oleh MC KAB SORONG, Sabtu, 11 Februari 2023 | 07:13 WIB - Redaktur: Tobari - 260
Sorong, InfoPublik - Sesuai dengan karakter dasar agama Islam, yang mengajarkan keselamatan dan kedamaian, maka Islam harus dibawakan dengan pendekatan yang damai dan menyejukkan.
“Bukan dengan pendekatan yang kekerasan. Dimensi keislaman HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) sedemikian terpancar, dengan jelas dan turut memberikan kontribusi atas citra Islam Indonesia yang berwatak moderat dan toleransi,” jelas Ketua Umum HMI Cabang Sorong Abdul Kadir Loklomin, pada pembukaan festival budaya dan konser amal HMI, di Kampus UMS Sorong, Jumat (10/2/2023).
Dalam situasi yang sedang mengarahkan perhatian kepada fenomena terorisme dan politik indentitas, yang dilakukan dan dibangun oleh kelompok-kelompok Islam garis keras (ekstrim radikal), maka model keislaman HMI sedemikian diperlukan.
“Khususnya, untuk meyakinkan publik dunia tentang hakikat Islam sebagai agama rahmatan lil alamin,” ungkapnya.
Bahkan, HMI menolak pendekatan kekerasan dan fanatikisme di dalam mendakwahkan ajaran agama Islam.
Namun sebaliknya, HMI mengembangkan model keberislaman yang damai, dialogis, moderat, dan toleran di tengah-tengah kehidupan masyarakat Indonesia dan warga dunia yang plural (majemuk).
Kegiatan festival budaya ini, sambung Kadir, merupakan penegasan HMI dalam menerjemahkan pesan-pesan Islam melalui Al-Qur'an dan hadits.
Pandangan keislaman HMI, sebagaimana yang tertuang di dalam NDP (nilai dasar perjuangan) pada dasarnya merupakan penerjemah Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam ( rahmatan lil alamin).
“Corak dan karakter HMI di dalam menerjemahkan dan mempraktikkan Islam tidak bersifat ekstrim. Namun, sebaliknya lebih menonjolkan pada pendekatan yang moderat,” beber dia.
Hal ini ditandai dengan tradisi dialog dan toleransi. Perpaduan antara dimensi keislaman dan ke-Indonesiaan pada HMI memperlihatkan bahwa Islam tidak dipahami dalam konteks yang kaku (statis).
Melainkan, akulturatif dan substantif. Bagi HMI, nilai-nilai moral yang diajarkan oleh Islam (aspek substantif) lebih penting dari pada aspek-aspek simbolik.
Meskipun dalam tataran tertentu, aspek simbolik juga diperlukan di dalam mengembangkan dakwah kultural. Sikap dan pendekatan demikian, tentu saja tidak berarti HMI mengorbankan prinsip-prinsip atau nilai-nilai dasar Islam.
“Namun, justru pendekatan yang dilakukan HMI diharapkan lebih mampu mencitrakan Islam sebagai agama yang tidak di konotasikan sebagai agama yang mengajarkan kekerasan, permusuhan dan terorisme,” bebernya.
Dengan mengedepankan wajah Islam yang moderat di Indonesia, khususnya Papua Barat Daya, maka HMI (dan organisasi-organisasi Islam lain), diharapkan akan memperoleh suatu makna yang positif dan konstruktif bersama-sama dengan komunitas lainnya membangun peradaban dunia yang damai dan sejahtera.
Kita hadir di sini, untuk bersama-sama memperingati milad HMI yang ke-76. Dengan harapan, semoga HMI dapat meningkatkan peran aktifnya dalam mengabdi kepada umat, bangsa dan negara.
Tetap teguh memegang komitmennya untuk meraih kejayaan Islam, kemajuan intelektual, serta solidaritas kebangsaan dan kemanusian, tuturnya.
Adapun tema yang diusung, yakni membentuk generasi emas yang unggul dan berkompoten di bidang Qur'ani untuk mewujudkan masyarakat yang relegius dan moderat.
Turut hadir, Pj Bupati Sorong Yan Piet Moso, S.Sos, MM, diwakili Staf Ahli Bupati Bidang Kemasyarakatan, Danlantamal XIV, Pasmar 3, Dandim 1802 (pejabat yang mewakili), Kepala Kantor Kemenag Kota Sorong, Rektor UMS Sorong.
Serta, Majelis Daerah Kota Sorong, Majelis Wilayah KAHMI Papua Barat Daya, dan para delegasi peserta festival budaya MTQ HMI Cabang Sorong. (MC Kab. Sorong/Richardson RC Tonda/rim/toeb)