Indragiri Hilir, “Negeri Seribu Parit, Hamparan Kelapa Dunia”

:


Oleh MC KAB AGAM, Kamis, 2 Februari 2023 | 17:18 WIB - Redaktur: Tobari - 2K


Agam, InfoPublik - Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau, adalah negeri “nyiur melambai”. Maksudnya, sejauh mata memandang, kabupaten ini ditumbuhi oleh pohon kelapa.

Lebih dari 60 persen wilayah darat kabupaten ini adalah kebun kelapa. “Tak heran Kabupaten Indragiri Hilir dijuluki ‘Negeri Seribu Parit, Hamparan Kelapa Dunia’,” ujar Bupati Indragiri Hilir H M Wardan saat memberikan presentasi di depan Tim Juri Anugerah Kebudayaan PWI Pusat 2023 beberapa waktu lalu.

Luasnya kebun kelapa rakyat di Inhil bagi Wardan adalah anugerah yang memberinya motivasi kuat untuk terus berupaya agar potensi tersebut dimanfaatkan dengan maksimal. Bahkan ia merasa bangga Inhil terkenal dengan kelapanya.

Salah satu gebrakan Wardan adalah menyelenggarakan Festival Kelapa Internasional (FKI) di Indragiri Hilir pada 2017. Kabupaten ini mendapat kepercayaan sebagai daerah pertama yang menjadi penyelenggaraan FKI.

Festival ini dihadiri delegasi dari Malaysia, Belanda, Singapura, Thailand, India, Sri Langka, Tiongkok, dan sejumlah pemerintah daerah penghasil kelapa di Indonesia.

“Kendati FKI telah berakhir tapi kerja belum selesai, berbagai inovasi, regulasi dan kebijakan terus digencarkan demi berkembangnya budidaya tanaman kelapa dan peningkatan kesejahteraan petani,” tekad Bupati Wardan yang bangga mengenakan tanjak kelapa.

Selain itu, demi kelapa, Bupati Wardan pun kerap melakukan ekspose baik di tingkat nasional ataupun kepada tamu dari negara luar terkait potensi kelapa di Inhil.

Ia memang mempunyai impian besar tentang kelapa. Ia berencana membangun museum kelapa, mendirikan politeknik perkebunan kelapa, satu rumah satu produk kelapa, dan agrowista kelapa.

Muaranya untuk kesejahteraan masyarakat Inhil dengan tagline “Kelapa Menjulang Masyarakat Gemilang”.

Sejarah kelapa di Indragiri Hilir ternyata panjang. Kelapa sudah mulai dikenal sejak zaman Hindia Belanda. Kabupaten ini dikenal sebagai penghasil kelapa terkemuka, bahkan sampai saat ini.

Pada tahun 1918, Mufti Indragiri Tuan Guru Syekh Abdurrahman Shiddiq bersama keluarga dan muridnya membuat parit-parit untuk mengatur sirkulasi air pasang dan surut air laut. Kita mengenalnya sekarang sebagai sistem kanalisasi.

Parit atau kanal berfungsi menyuplai kebutuhan air bagi tanaman kelapa agar tidak kekurangan air saat kemarau dan tidak terendam saat air pasang atau hujan. Kanal juga digunakan sebagai sarana pengangkut kelapa.

Sejak saat itu, sistem kanalisasi secara turun temurun dilakukan oleh masyarakat dan perkebunan kelapa mulai menghasilkan produksi yang meningkat.

Sampai saat ini, bagi masyarakat Indragiri Hilir kelapa tak hanya sebagai primadona sumber ekonomi masyarakat, tapi lebih dari itu. Kelapa menjadi identitas dan jati diri Kabupaten Indragiri Hilir hingga dijuluki “Negeri Seribu Parit, Hamparan Kelapa Dunia”.

Jadi, kelapa adalah denyut kehidupan penduduk Indragiri Hilir. Kalau ada masalah dengan kelapa, mereka langsung risau. Mereka memang hidup dari dan bergantung pada kelapa.

Pernah datang sekitar 50 orang petani kepala menemui saya. Mereka datang sambil menangis. Mereka katakan, tak bisa lagi menyekolahkan anak.

"Tak bisa lagi berusaha karena kebun kelapa mereka rusak akibat hama kumbang. Saya sedih sekali mendengar cerita ini,” ujar Wardan.

“Semua akan saya lakukan agar petani kelapa di Indragiri Hilir sejahtera. karena saya dulunya anak petani yang kini jadi Bupati,” janjinya dan itu ia laksanakan dan wujudkan dalam sejumlah peraturan daerah yang dapat menjamin kedaulatan kelapa.

Misalnya, Keputusan Bupati Indragiri Hilir tahun 2019 tentang penetapan pakaian Melayu dan tanjak dari kelapa pada tiap Jumat bagi ASN di lingkungan Pemkab Indragiri Hilir.

Bila kehidupan penduduk Kabupaten Indragiri Hilir sangat bergantung pada pohon kelapa, memang wajar. Pohon kelapa disebut-sebut sebagai “pohon kehidupan”.

Dikatakan demikian, karena dari akar sampai pucuk daun pohon kelapa semuanya dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Daun kelapa, misalnya, dapat dimanfaatkan untuk atap rumah, ketupat, janur, dan sapu lidi.

Dari buahnya, masyarakat mendapatkan air kelapa yang sangat bermanfaat sebagai pengganti ion tubuh. Daging buahnya selain untuk es kelapa muda, buah yang tua dapat dijadikan minyak kelapa yang manfaatnya banyak.

“Produksi dari buah kelapa ini banyak. Selain santan juga ada, VCO, coco fiber, Nata De Coco, Kara, Dydor Coco, carbon, briket, dan gula,” jelas Bupati Wardan yang bangga dipanggil sebagai “bupati kelapa”.

Tempurung kelapa selain untuk arang, juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai kerajinan. Sedangkan serabutnya dapat dimanfaatkan untuk cocofit dan coco fiber.

Batang kelapa bisa dijadikan bahan bangunan. Mutunya bagus. Batang kelapa juga dapat digunakan untuk perabot rumah tangga dan kerajinan. Akarnya ternyata berkhasiat sebagai obat dan juga untuk kerajinan dan pewarna makanan.

Bupati Wardan juga mendorong lahirnya seni budaya yang berbasis kelapa. Misalnya, Keputusan Bupati Indragiri Hilir tahun 2019 tentang penetapan pakaian Melayu dan tanjak dari kelapa pada tiap Jumat bagi ASN di lingkungan Pemkab Indragiri Hilir.

Kelapa telah pula memberi inspirasi seni kepada penduduk Indragiri Hilir. Sebut saja adanya tanjak kepala khas kabupaten itu. Lalu ada kegiatan budaya seperti tarian kelapa, prosesi tepung tawar, dan pembuatan batik tulis motif kelapa khas Indragiri Hilir.

Selain FKI, event lain yang berkaitan dengan kelapa dari Inhil yang telah mendunia adalah terciptanya dua rekor MURI, yaitu rekor MURI sajian 500 jenis makanan berbahan kelapa dan rekor MURI meminum serentak 10.000 butir kelapa muda.

Maka, tak berlebihan bila komponis Ismail Marzuki memuji Indonesia sebagai negeri nyiur melambai dalam lagunya “Rayuan Pulau Kelapa” sebagai bukti tanah yang makmur.

Kabupaten Indragiri Hilir di bawah kepemimpinan Bupati H M Wardan telah membuat nama kabupaten itu mendunia karena kelapa. (MC Agam/toeb)