:
Oleh MC KOTA BANDA ACEH, Senin, 26 Desember 2022 | 20:25 WIB - Redaktur: Tobari - 217
Banda Aceh,InfoPublik - Memperingati bencana gempa dan tsunami yang meluluhlantakkan Kota Banda Aceh pada 18 tahun silam, Gampong Merduati menggelar Zikir dan Doa Bersama di Lapangan Kompleks SDN 8 Gampong Merduati, Senin (26/12/2022).
Dalam zikir dan doa bersama yang dipimpin Tgk. Hamdani dari Majelis zikir Muhibburrahman tampak jamaah yang terdiri dari masyarakat Gampong Merduati khusyuk dan terhanyut dalam zikir dan doa untuk saudara-saudara mereka yang tertimpa musibah tsunami tahun 2004.
Gampong Merduati merupakan salah satu gampong yang berada di wilayah Kecamatan Kuta Raja dimana hampir seluruh wilayahnya hancur akibat gempa dan tsunami serta 75% penduduknya menjadi korban bencana tsunami Aceh.
“Jumlah penduduk kami dulunya berkisar 3000 jiwa namun setelah tsunami hanya berjumlah 500 jiwa,” kata Keuchik Gampong Merduati Muktar Latif
Namun demikian Muktar Latif menyampaikan tetap menyikapi peristiwa memilukan tersebut dengan sabar dan tabah hingga timbul solidaritas dunia untuk memberikan bantuan kepada masyarakat Aceh tanpa terkecuali bagi Gampong Merduati.
Rasa syukur ia panjatkan atas rehabilitasi dan rekonstruksi kembali wilayah dan penduduk Gampong Merduati dengan dibangunnya rumah-rumah penduduk dan infrastruktur lainnya.
“Untuk selanjutnya tinggal bagaimana menyikapi masa depan dengan membangun ketangguhan bencana dan tentunya mitigasi ini berbasis spiritual dan kearifan lokal,” tegas Keuchik Gampong Merduati.
Sementara itu Kadis Kominfotik Kota Banda Aceh Fadhil yang merupakan salah satu jamaah dalam zikir dan doa bersama tersebut mengatakan bahwasanya peristiwa gempa dan tsunami Aceh adalah peristiwa yang sangat dahsyat dan mengharukan.
Fadhil pun mengenang kembali pada hari kejadian ia sedang melakukan perjalanan ke Langsa untuk menjemput sang istri sedangkan rumahnya di Merduati digunakan untuk acara 7 bulanan keponakannya.
Dalam perjalanan pulang ke Banda Aceh sempat putus komunikasi akibat bencana tersebut. Setibanya di Banda Aceh ia melihat begitu banyak mayat di sekitar rumah tapi tidak menemukan satupun sanak saudaranya.
Ia pun kehilangan 16 sanak saudara yang sampai saat ini tidak ditemukan jenazahnya. “Semoga para korban mendapatkan kemuliaan Allah dan mendapatkan pahala syahid,” tutur Fadhil haru. (Zie/Hz/toeb)