Mos Latuconsina: Komunikasi dan Koordinasi Akuntabilitas Merupakan Key Factor untuk OBT

:


Oleh MC KAB MALUKU TENGGARA, Kamis, 6 Oktober 2022 | 06:02 WIB - Redaktur: Kusnadi - 578


Langgur, InfoPublik - Widyaiswara Madya Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Maluku (BPSDM), Mosalam Latuconsina, mengatakan, komunikasi dan koordinasi merupakan bagian integral dari system dan tatanan kehidupan sosial dalam praktek-praktek pemerintahan dalam hubungan antara ASN/PNS dengan pimpinan dan antar pimpinan dalam tiap-tiap level/hirarki oragnisasi/lembaga.

Pendapat tersebut disampaikan Mosalam Latuconsina, saat memberikan materi pembelajaran klasikal tentang Akuntabilitas Kinerja kepada 40 Peserta Pelatihan Kepemimpinan Administrasi (PKA) Angkatan VI kepada ASN lingkup Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah, Maluku Tenggara, Buru, Seram Bagian Barat, Kepulauan Aru,Kota Tual,Kota Ternate dan Maybrat di Gedung seminar BPSDM Maluku Kota Ambon, Rabu (5/10/2022).

Latuconsina jelaskan, komunikasi dan koordinasi akuntabilitas dengan atasan merupakan key factor bagi organisasi berkinerja tinggi (OBT).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Sedangkan koordinasi adalah perihak mengatur suatu organisasi atau kegiatan sehingga peraturan dan tindakan yang akan dilaksanakan tidak saling bertentangan atau simpang siur. Koordinasi dan hubungan kerja adalah dua pengertian yang saling kait mengait karena koordinasi hanya dapat dicapai sebaik-baiknya dengan hubungan kerja yang efektif.

Pola koordinasi menjadi hal yang vital bagi semua pemimpin diberbagai tingkat untuk mencapai tujuan tim. Jika pola koordinasi baik maka tujuan tim akan mempunyai lebih besar kemungkinan untuk tercapai jika dibandingan dengan pola koordinasi yang buruk.

Koordinasi merupakan tali pengikat dalam organisasi dan manajemen yang menghubungkan peran para actor dalam organisasi dan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi dan manajemen. Dengan kata lain,adanya koordinasi dapat menjamin pergerakan actor organisasi ke arah dan tujuan bersama.

Mos Latuconsina menyebutkan, praktek-praktek berkomunikasi yang baik dengan atasan antara lain, mendengarkan, bertanya dan memberi tanggapan,menggunakan kalimat bersifat positif dan Bahasa yang efektif, menjaga profesionalisme, bahasa tubuh dan raut wajah, kontrol emosi, jangan menggurui dan melaporkan.

Selanjutnya aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam membangun koordinasi yang baik dalam organisasi antara lain perencanaan yang matang, pentingnya menyamakan presepsi, pemehaman materi pembicaraan, sikap terbuka dan saling menghargai, minta feedback, penegasan dan motivasi serta membangun komunikasi informal.

“Para pemimpin dalam komunikasi dan kordinasi akuntabilitas harus menjadi teladan, mendengarkan  pendapat orang lain, memotivasi, mentoring dan memampukan,” ungkap Mos Latuconsina.

Peran pimpinan membangun komunikasi dan koordinasi dengan atasan diwujudkan melalui cara atasan dan bawahan harus terasah dalam hal berkomunikasi,proses memberi dan menerima umpan balik harus dipelajari dan terus dilatih.

Terkadang pimpinan merasa memberikan umpan balik tapi belum spesifik sehingga membingungkan bawahan. Pimpinan tidak hanya mengatakan performa anda baik atau perfoma anda buruk. Namun ada baiknya sebagai atasan dapat memberikan komentas yang disertai dengan rincian bukti baik buurknya performa bawahannya tersebut secara spesifik dan objektif.

“Kesenjangan komunikasi yang juga kerap timbul adalah rasa sungkan menegur orang/baawahan, ini adalah bagian dari kultur orang Indonesia yang sudah tertanam sejak lama,” ujar Latuconsina.

Ketika menemukan kesalahan, atasan yang lebih muda biasanya sungkan menegur bawahan yang lebih tua usianya atau yang sudah lebih lama di unit bisnis yang dia pimpin.

Lingkungan kerja atau suasana yang kondusif memang bisa memicu keharmonisan hubungan komunikasi antara atasan dan bawahan.

Namun, ada beberapa aspek yang juga dinilai penting, seperti penghargaan terhadap suatu ide atau masukan yang konstruktif bagi perusahaan, rasa saling percaya satu sama lain, pemahaman yang baik terhadap suatu perubahan dan keinginan saling membantu antar kelompok pekerja atau antar individu dalam organisasi.

“Tuhan Tidak Menjanjikan Bahwa Langit Itu Selalu Biru,Bunga Selalu Mekar Dan Mentari Selalu Bersinar.  Tetapi ketahuilah bahwa Tuhan akan memberi Pelangi setelah badai. Senyum di setiap air mata, berkah di stiap cobaan dan jawaban di setiap doa,” pungkas Mos Latuconsina. (MC. Maluku Tenggara/Adolof Labetubun)