(LP2M) UNHAS Sasar Masyarakat Pangkep Cegah Stunting Melalui Pemeriksaan Gigi dan Mulut

:


Oleh MC KAB PANGKAJENE DAN KEPULAUAN, Rabu, 10 Agustus 2022 | 11:35 WIB - Redaktur: Kusnadi - 292


Pangkep, InfoPublik — Stunting adalah kondisi status gizi buruk kronis pada periode kritis perkembangan anak. Hal ini yang memengaruhi tinggi anak yang tidak sesuai dengan usia anak.

Kasus stunting dianggap sebagai salah satu indikator utama kesejahteraan anak dan kondisi sosial ekonomi sebuah bangsa. Dimana anak-anak dapat menyebabkan masalah kesehatan dan perkembangan mental juga akan menurunkan produktivitas dan kapasitas intelektual.

Melihat hal ini, Pusat Penelitian dan pengembangan (Puslitbang) Kesehatan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Hasanuddin. Melaksanakan kegiatan kajian riset dan Penyuluhan terkait hal tersebut.

Bekerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian, serta Pengembangan daerah (Bapelitbangda) kabupaten Pangkep. Melaksanakan Penyuluhan kesehatan dan juga menyasar Pemeriksaan gigi mulut anak Stunting. di Desa Bulu Cindea, Kabupaten Pangkep, Selasa (09/08/22)

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan pada LP2M, Prof Dr drg Muhammad Harun Achmad Sp. KGA (KKKA)., M.Kes., FSASS mengatakan kesehatan mulut adalah komponen penting dalam kesehatan tubuh yang secara komprehensif. 

Rongga mulut yang sehat dapat memfasilitasi konsumsi makanan bergizi dengan benar, menjaga kualitas hidup, dan menjaga produktivitas. 

“Makanya dengan dilakukannya pemeriksaan gigi mulut anak-anak di Pangkep  merupakan salah satu langkah penting dalam menjaga kesehatan dan pertumbuhan anak secara komprehensif. Sehingga mencegah terjadinya stunting,” ucapnya.

Kata Prof Harun, kebetulan kegiatan pemeriksaan dan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut ini, juga terkait dengan bagian dari riset dan kajian penanganan stunting di Sulsel. Dimana sebelumnya telah dilakukan di beberapa Kabupaten, salah satunya di Jeneponto.

“Kalau di Pangkep itu ada sekitar 61 anak yang diajak memeriksakan gigi dan mulutnya. Mereka ini sudah didata dari  Dinkes setempat. Ini juga bagian dari upaya kami sebagai team dari SDGs Unhas yang salah satu fokusnya adalah tentang stunting,” ucapnya.

Kata Staf pengajar dan peneliti yang meraih gelar guru besarnya di usia 47 tahun tersebut juga mengatakan bahwa harapannya bukan hanya Pangkep sebagai daerah sasaran riset dan pengabdian, tetapi beberapa kabupaten lagi akan disasar sesuai dengan kesiapan daerah tersebut. Sebab program ini akan dilihat  jangka panjangnya terkait stunting di beberapa daerah.

Mereka akan membuat kajian dan mencoba menjadikan desa sasaran sebagai desa binaan, melihat apa permasalahan yang muncul di permukaan yang ada di Kabupaten terkait kesehatan anak dan upaya maksimal dalam mencegah kejadian stunting.

“Rencananya kita usahakan semua Kabupaten di Sulsel, tetapi tentunya harus  dibicarakan dan mendapat persetujuan ketersediaan komunikasi dengan pemerintah setempatnya. Ini kami mau bidik lagi untuk Kabupaten Maros,” ucap pria yang merupakan spesialis kedokteran Gigi Anak Konsultan. 

Output dari kegiatan tersebut adalah dalam bentuk rekomendasi kebijakan strategis terkait stunting dan Bagaimana kedepan puslitbang kesehatan dan LP2M Unhas.

Kata Prof Harun, ini bersama para Dosen dengan kompetensi kesehatan terkait, termasuk dokter spesialis anak, ahli gizi, spesialis gigi anak dalam melakukan pemeriksaan dan penyuluhan kesehatandi kabupaten se-Sulawesi Selatan.

Semuanya berupaya menekan angka kejadian Stunting. Sebab hal tersebut sudah menjadi persoalan nasional.  Persoalan stunting, merupakan salah satu yang mempengaruhi kecerdasan anak yang merupakan generasi bangsa.

Salah satu hasil rekomendasi kebijakan yang dihasilkan, yakni memperkuat dan membuat strategi monitoring dan evaluasi tingkat kabupaten. Ini terhadap program dan pelaku program penanganan stunting, upaya yang lebih baik dan terstruktur. 

Kata Prof Harun, diperlukan penetapan sasaran output dan outcome yang sistematis program penanganan stunting kabupaten. Visi Zero stunting 2026 sudah baik, namun tiap tahun, diperlukan sasaran-sasaran antara berupa output dan outcome yang terukur.

Salah satu hal yang bisa menjadi tolok ukur keberhasilan, utamanya program penanganan stunting daerah adalah kesesuaian data stunting. Juga malnutrisi lain, yang dilaporkan secara internal dengan audit eksternal seperti data Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dilaksanakan tiap tahun. 

“Bisa pula Pemerintah Daerah melakukan audit dengan bantuan pihak eksternal, seperti dari perguruan tinggi atau yang lain. Ini untuk evaluasi outcome program yang sementara dan telah berjalan. Tujuannya untuk mengetahui efektifitas program dan merencanakan perbaikan-perbaikan program jika diperlukan,” ucapnya. (Mcpangkajene)