Seminar dan Lokakarya Hasil Study Kelayakan: Penyusunan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT))

:


Oleh MC GEREJA PROTESTAN MALUKU, Kamis, 21 Juli 2022 | 09:47 WIB - Redaktur: Kusnadi - 404


Ambon, InfoPublik - Biro Pemberdayaan Ekonomi, Sosial, Budaya dan Politik,  Sinode GPM menggelar Seminar dan lokakarya hasil Study Kelayakan Untuk Penyusunan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT) pada tanggal 17 – 18 Juli 2022 di Klasis Pulau Ambon Timur, Jemaat GPM Passo, bertempat di Greja Nafiri.

Sesuai dengan PIP-RIP GPM,  arah pengembangan program ini adalah Meningkatkan Ketahanan Ekonomi Umat untuk Menurunkan Jumlah Penduduk Miskin. Sasarannya adalah peningkatan kemandirian penyandang masalah kesejahteraan sosial, masyarakat KAT terhimpun dalam kelompok penyandang masalah kesejahteraan sosial.

Ini adalah realitas empirik di tengah kehidupan bermasyarakat dan bergereja di Maluku dan Maluku Utara. Sebagai langkah awal, GPM telah melakukan Pemetaan Sosial, dan Study Kelayakan pada tiga lokasi warga KAT yaitu: Maneo, Roho/Waeputi-puti di wilayah Seram Utara, dan Oping di wilayah Seram Utara Barat, oleh team study kelayakan.

Kegiatan ini dibuka oleh Ketua MPH Sinode GPM, Pendeta E. T Maispatella. Dalam arahannya, Pendeta E. T Maispatella menyampaikan, kita perlu memaknai SEMILOKA sebagai bentuk peran gereja masa kini dalam menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah di dunia lewat setiap peran dan kontribusi gereja dalam membangun umat dan masyarakat.

Warga Komunitas Adat Terpencil ini sering digiurkan dengan kemegahan dunia seperti barang-barang baru hasil perkembangan teknologi. Barang-barang baru tersebut  diberikan kepada warga Komunitas Adat Terpencil, dengan   tujuan untuk merampas apa yang menjadi kekayaan dan hak dari warga Komunitas Adat Terpencil. Misalnya kayu-kayu yang mahal dibeli dengan harga yang sangat murah.

"Karena itu, ekonomi makro boleh  berkembang, namun masyarakat adat terpencil ini tetap miskin. Karena itu, masyarakat Komunitas Adat Terpencil ini membutuhkan hati yang mau melayani dan semoga kegiatan ini memberikan manfaat yang besar bagi  masyarakat Komunitas Adat Terpencil dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat," kata Pendeta E. T Maispatella

Kegiatan ini melibatkan para akademisi UNPATI, UKIM dan IAKN, serta MPH Sinode, Biro dan Komisi Pemberdayaan Ekonomi sebagai narasumber dan fasilitator, dan 60 pelayan dari  Klasis-klasis  se-GPM, yang menyebar di wilayah Maluku dan Maluku Utara.

Karena sebaran masyarakat KAT masih mendominasi  wilayah pelayanan GPM maka para peserta pun telah menyiapkan sejumlah data instrumen.

Sekalipun Pulau Ambon diliputi hujan deras, angin, banjir dan tanah  longsor, tetapi tidak mengurangi semangat para narasumber, fasilitator dan peserta juga  semua pihak terkait untuk menyukseskan kegiatan tersebut.

Karena sebaran masyarakat KAT masih mendominasi wilayah pelayanan GPM, maka SEMILOKA  tersebut menghasilkan Model Pemberdayaan Ekonomi masyarakat KAT  & Model Kemitraan Antar Jemaat dan Klasis. Dalam hal ini, membangun kemitraan antara klasis-klasis produsen dan klasis-klasis di pusat-pusat pertumbuhan untuk membuka peluang pasar berbasis jemaat. Juga untuk membangun sistem distribusi dan pemasaran.

Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini ditutup oleh Sekretaris Umum MPH Sinode GPM Pendeta S.I Sapulette. Dalam arahannya, Pendeta Sapulette menegaskan bahwa “Sebaran masyarakat KAT menyatu dengan wilayah pelayanan GPM. Dalam perencanaan GPM, pelayanan kepada masyarakat KAT merupakan cara gereja untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah. Melalui Semiloka ini, kesadaran kita dikuatkan bahwa Tuhan ada bersama kita dalam mengemban amanat Injil Kerajaan Allaah. Model Pemberdayaan yang telah didesain harus disesuaikan dengan karakter masyarakat KAT disetiap pulau. Para pendeta harus menerapkannya di jemaat dalam sinergitas dengan klasis dan sinode. Kita mengembangkan sinergitas dan mengawal dengan proses-proses yang berkelanjutan”.