Widiarti, Petani Padi di Padang Panjang yang Sukses Memilih Jalur Alami

:


Oleh KOTA PADANG PANJANG, Selasa, 22 Februari 2022 | 21:32 WIB - Redaktur: Kusnadi - 420


Padang Panjang, InfoPublik - Peaanan 15 karung beras organik, total 150 kg, dari ibu-ibu anggota Polwan Polda Sumbar, tersedia di ruang tamu rumah Widiarti (63). Beras itu menunggu dijemput di kediaman pensiunan ASN ini, di Kelurahan Koto Panjang, Kecamatan Padang Panjang Timur, Selasa (22/12).

"Permintaan yang ketiga kalinya dipesan bulan ini oleh anggota Polwan," sebut Widiarti.

Ibu empat anak ini juga mempersiapkan beras organik, hasil panennya Jumat (18/2) lalu, untuk langganannya di Pasir Pangaraian. "Alhamdulillah pesanan banyak datang dari luar Kota Padang Panjang," katanya.

Widiarti merupakan petani pemilik lahan 1 hektare yang menanam padi tanpa pupuk kimia, tetapi memilih proses alami. Yakni memakai pupuk kompos dan eco enzym. Beras organik yang dihasilkannya mendapatkan sertifikat pertanian organik dari Lembaga Sertifikasi Organik Sumatera Barat selama tiga kali berturut-turut (2015, 2017, dan 2020). Sertifikat ini tidak didapat begitu saja, karena melewati berbagai penilaian.

Tergabung dalam Kelompok Tani Lembuti, Widiarti menuturkan, menanam padi organik membutuhkan proses, waktu, tenaga dan kesabaran. Diceritakannya, kesabaran itu diawali tahun 2012. Padi yang sebelumnya menggunakan pupuk kimia, secara bertahap dikurangi.

"Awalnya pupuk kimia dikurangi menjadi 70%. Lalu berangsur dihilangkan hingga tanpa pupuk kimia. Butuh tiga tahun menstabilkan unsur hara tanah," katanya. Hingga akhirnya, 2015 ia mendapatkan sertifikat pertanian organik.

Di tahun 2015, Widiarti melalui pembinaan dari Penyuluh Dinas Pangan dan Pertanian, mulai menggunakan pupuk kompos yang dicampur eco enzym. Secara konsisten, hal itu berjalan sampai saat ini.

Widiarti menuturkan, dari 6 ton gabah yang dipanen di lahan 1 hektare miliknya, 52% menjadi beras. "Sekitar 3,2 ton beras hasilnya. Per 1 kg beras, dijual dengan harga Rp 15.000. Panen dua kali dalam setahun," ungkapnya.

Di tengah tingginya harga pupuk, Widiarti mengajak para petani mau beralih bertani secara organik. "Bertani secara organik memang butuh proses. Memakan waktu dan tenaga. Namun kalau dijalani dengan tekun, insyaa Allah bisa. Biaya pupuk organik jauh lebih murah," pungkasnya. (Harris Suyata)