Hari Bahasa Ibu Internasional, Joni: Keberagaman Bahasa Harus Tetap Terpelihara

:


Oleh MC PROV RIAU, Senin, 21 Februari 2022 | 16:36 WIB - Redaktur: Tobari - 5K


Pekanbaru, InfoPublik - Asisten III Setdaprov Riau Joni Irwan, menghadiri dan memberikan sambutan pada kegiatan Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional 2022 di Hotel Royal Asnof, Pekanbaru, Senin (21/2/2022).

Sebagai informasi, Hari Bahasa Ibu Internasional berawal dari gerakan bahasa oleh orang-orang Bangladesh yang waktu itu masih disebut orang Pakistan Timur.

Pada 1948, Pemerintah Pakistan mendeklarasikan bahasa Urdu sebagai satu-satunya bahasa nasional. Akibatnya, rakyat Pakistan Timur yang berbahasa Ibu Bangla atau Bengali melakukan protes dan meminta pemerintah juga mengakui bahasa Bangla sebagai bahasa nasional.

"Protes dan demontrasi itu berjalan ricuh, karena pada 21 Februari 1952, demonstrasi itu berakhir dengan adanya korban jiwa. Peristiwa inilah yang kemudian dijadikan sebagai tonggak dari Hari Bahasa Ibu Internasional oleh Unesco dimana terjadi peristiwa yang dianggap sebagai pembelaan terhadap bahasa ibu," ujar Joni.

Joni menyebutkan, Indonesia beruntung karena dari 718 bahasa daerah yang terdata sampai saat ini yang menjadi sebagian besar bahasa ibu masyarakat Indonesia, tidak membuat Indonesia terpecah-belah.

"Para pendahulu kita telah mengajarkan kita menghargai keberagaman. Keragaman bahasa daerah yang ada di Indonesia harus tetap terpelihara," imbuh Joni.

Selain itu, Joni mengungkapkan keragaman bahasa inilah yang hendaknya dapat memupuk kesadaran akan keberagaman yang ada di masayrakat, juga dapat memunculkan sikap toleran terhadap keberagaman tersebut.

"Peristiwa di Bangladesh cukup menjadi pelajaran bagi kita untuk tidak terjatuh pada situasi yang sama. Perpecahan dan konflik hanya akan merugikan bangsa ini," ungkap Joni.

Joni juga menyebutkan, bahwasanya Hari Bahasa Ibu Internasional ini mengangkat tema 'Menggunakan Teknologi untuk Pembelajaran Multibahasa: Tantangan dan Peluang'.

"Tema ini diangkat berkenaan dengan potensi dan peran teknologi guna memajukan pendidikan multibahasa dan mendukung pengembangan pengajaran dan pembelajaran yang berkualitas untuk semua," sebut Joni.

Joni menambahkan, tekonologi memiliki potensi untuk mengatasi beberapa tantangan terbesar dalam pendidikan saat ini. Sejalan dengan tema itu, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mengangkat tema 'Menjaga dan Melestarikan Bahasa Ibu di Era Digital'.

"Dunia digital sekarang ini membuat sekat dunia seolah tidak ada. Apapun yang ada di belahan dunia lain, dapat dengan cepat menyebar," tambahnya.

Sementara itu, Kepala Balai Bahasa Riau, Muhammad Muiz menyatakan dengan melihat dari peristiwa dari awal mula terwujudnya Hari Bahasa Ibu Internasional ini menjadi pelajaran besar bagi banyak negara di dunia agar tidak memainkan aspek bahasa dalam berbangsa dan bernegara.

"Sebagai negara kesatuan kita bersyukur bahwa Indonesia tidak mengalami kejadian tersebut. Tetapi kita harus tetap menjaga itu dengan baik agar dapat memberikan keharmonisan kepada masyarakat," tutur Muiz.

Ia juga menjelaskan, konsep bahasa ibu ini untuk memudahkan sesama dalam berkomunikasi, menyampaikan informasi yang juga dalam konteks negara Indonesia, bahasa ibu ini juga pada umumnya bahasa daerah.

"Gunakanlah bahasa bapak ibu masing - masing dalam tataran nonformal seperti didalam keluarga, pergaulan sehari - hari. Akan tetapi, jika dalam acara formal dan resmi anda wajib menggunakan bahasa Indonesia rangkap formal," jelasnya.

Muiz juga menyampaikan bahwa Balai Bahasa Riau pada Tahun 2021 telah menerbitkan beberapa terbitan seperti Dua Puluh Tiga Buku Cerita Anak Berbahasa Daerah, Kamus Indonesia Melayu Siak, Majalah Serindit, Jurnal Madah, Anologi Esai Alinea Riau Pos dan Cerita Anak dari Bumi Lancang Kuning.

Selain itu, ia berharap dengan beberapa terbitan ini dapat memperkaya kosa kata bahasa daerah di Indonesia khususnya di Provinsi Riau.

"Mari kita rawat dan pertahankan bahasa daerah yang ada di Indonesia ini dengan baik," kata Muiz. (Mediacenter Riau/nb/toeb)