Membangkitkan Gerakan Petani Mandiri JUntuk Meningkatkan Kesejahteraan

:


Oleh MC KAB BLORA, Minggu, 23 Januari 2022 | 16:41 WIB - Redaktur: Tobari - 9K


Blora, InfoPublik - Cuaca Blora yang cerah memberi semangat untuk tetap optimis, maju dan mantap dalam kehidupan spiritual yang terus dijalani serta dinikmati di tahun bernuansa omicron.

Tentu saja dengan support menciptakan kebiasaan positif, rajin bersilahturahmi dan niat baik dalam setiap melangkah dalam kehidupan saat ini.

Ungkapan itu disampaikan Bambang Sulistya, Ketua PWRI yang juga mantan Sekda Blora, Minggu (23/1/2022) setelah berkesempatan silaturahmi dengan tokoh andalan petani Blora.

"Saya, pada Sabtu (22/1/2022) berkesempatan bersilahturahmi dengan seorang tokoh andalan petani Blora. Sering disebut Kyai Lemhanas, yaitu Anton Sudibdyo yang berdomisili desa Japah Kecamatan Japah," ucapnya.

Menurutnya, ia satu-satunya petani yang pernah mengikuti khusus di Lemhanas dan sebagai mantan anggota DPRD Blora.

Berbagai komoditas pertanian yang saat ini dibudidayakan oleh Anton, mulai dari tanaman tebu ada 50 ha tanaman tebu yang dikelola.

Ia dikenal sebagai petani penyangga dan petani jangkar di Pabrik Gula PT Gendis Multi Manis (GMM) Bulog Kabupaten Blora, pabrik gula moderen yang ada di Jawa Tengah.

Kemudian selain berusatani tebu juga penanam lombok, padi, porang dan talas yang daunnya untuk bahan utama rokok herbal yang saat ini baru ngetren.

"Disamping itu Kyai Lemhanas juga memiliki pemikiran cerdas bahwa ke depan petani tidak boleh lagi terjangkit penyakit musiman," tuturnya.

Maksudnya, setiap musim tanam tiba petani dihadapkan pada penyakit berupa harga pupuk unorganik mahal dan terkadang masih terjadi kelangkaan, harga benih naik dan harga pestisida tak terjangkau.

"Diharapkan agar petani bebas dari penyakit tersebut .Sehingga harus ada upaya yang mampu menumbuhkan sebuah Gerakan Petani Mandiri (GPM) yang siap berdikari, yaitu berdiri diatas kaki sendiri untuk menyediakan terhadap kebutuhan sarana produksi usaha tani," jelasnya.

Pada kesempatan itu Anton mengajak kepada seluruh petani di Bumi Nusantara khususnya para petani di Bumi Samin Blora untuk segera beralih dari sistem pertanian konvensional menjadi sistem pertanian organik yang tidak lagi tiap tahun dihantui oleh harga pupuk yang makin mahal terkadang masih sulit didapat.

Disamping itu dengan sistem pertanian organik mampu menghasilkan produk hasil pertanian yang berkualitas, tentu dengan harga yang menguntungkan bagi petani sehingga dapat berkontribusi positif bagi peningkatan Kesejahteraan petani.

"Apalagi dengan penerapan pola pertanian organik ini juga akan menjaga keseimbangan ekosistem menjadi lebih baik dan melestarikan kesuburan tanah," kata Anton.

Bahkan dengan beralihnya ke pertanian organik juga ikut mendukung kebijakan pemerintah tentang subsidi pupuk.

Diungkapkannya, dengan beralih ke pertanian organik petani memiliki peluang usaha untuk mencapai kemandirian dalam hal membuat sarana produksi pertanian baik berupa pupuk dan pestisida organik dengan menggunakan bahan bahan yang sudah tersedia dilingkungan petani.

Untuk membuktikan ide cemerlangnya itu Anton saat ini sudah merintis pembuatan kompos cacing tanah atau yang sering terkenal dengan nama casting di laboratorium pekarangan rumahnya.

Ia menjelaskan pembuatan kompos cacing tanah yang dilakukan menggunakan bahan dari kotoran hewan, blotong limbah produksi pabrik gula, gedebok pisang, bekatul, dolomit dan dua jenis formula super.

Untuk menambah referensi berkaitan bahan kompos dapat menggunakan sisa sayuran dan dedanunan atau limbah organik lainya.

Kemudian jenis cacing yang digunakan pengomposan adalah lumbricus rubellus yang dibeli dari Malang lewat komunitas pembudidayaan cacing dengan harga Rp75.000 per kg.

Jenis cacing yang bisa dimanfaatkan selain itu masih ada jenis eisenia foetida dan pheretima asiatica.

"Mengapa menggunakan cacing dalam pengomposan. Karena cacing tanah dapat mempercepat proses pengomposan dengan mengurai bahan organik terlebih dahulu sebelum diurai oleh mikro organisme lainnya," tuturnya.

Sehingga dalam proses pengomposan ini ada kerja sama antara cacing tanah dan mikro organisme. Hasil dari proses vermikomposting ini berupa Casting yang merupakan kotoran cacing berguna untuk pupuk organik.

Kandungan Casting mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman seperti netrogin, phospor, mineral dan vitamin.

"Karena mengandung unsur yang lengkap,apalagi kalau nilainya C/N kurang dari 20 maka Casting dapat digunakan sebagai pupuk masa depan yang ramah dengan lingkungan," ungkapnya.

Disamping itu cacing sendiri juga bisa memberi nilai tambah bagi peningkatan pendapat bagi petani. Karena bisa dijual sebagai bibit cacing juga dapat dijual untuk konsumsi makanan ikan yang kaya akan protein.

Anton juga sudah memanfaat hasil karyanya untuk tanaman talas bening, tanaman porang, alpukat, durian, anggur, klengkeng dan tanaman pisang cavendis dengan hasil yang menunjukkan penampilan vegetatif yang menggembirakan.

Dirinya terus mengenalkan dan mempromosikan karya pupuk masa depan kepada para petani di sekitarnya agar mau beralih ke budaya pertanian organik.

Bahkan Anton kerap menghadirkan para ahli/pakar/dosen di bidang pertanian agar ada teknologi terapan yang bisa mendukung penerapan budidaya pertanian organik yang cepat diadopsi oleh para petani.

Cepat atau lambat bahwa kalau melihat kondisi perubahan yang begitu cepat dan komplek saat ini khususnya di bidang pertanian, maka menumbuhkan Gerakan Petani Mandiri adalah sebuah keniscayaan dan harus dimulai saat ini mumpung peluang masih terbuka luas.

Semoga Anton Sudibdyo memberi sentuhan rohani dan mampu menggerakan hati kepada siapapun yang peduli kepada para petani untuk sesarengan mbangun Pertanian dengan sistem organik.

Penyebaran luasan pupuk Casting juga dipublikasikan melaluhi siaran langsung Radio Suara Tani di Blora. (MC Kab. Blora/Teguh/toeb).