Ada Kreasi Difabel di Musrenbang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

:


Oleh MC KOTA MALANG, Jumat, 26 November 2021 | 12:39 WIB - Redaktur: Kusnadi - 279


Malang, InfoPublik - Pesan penguatan pembangunan inklusif menjadi isu strategis saat ini dan terus dibangun dalam berbagai kegiatan yang digelar Pemerintah Kota Malang (Pemkot). Salah satunya melalui sajian ruang kreasi disabilitas dalam bazar produk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TSP) yang digelar Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Rabu (24/11/2021).

Dalam deretan meja displai produk UMKM di depan aula lantai 4 Mini Blok office Balai Kota Malang turut dipamerkan pernak pernik cantik, kerajinan tas, hingga makanan olahan dari Rumah Kreatif Disabilitas.

Wali Kota Malang Sutiaji selepas menghadiri musrenbang TSP menyempatkan diri meninjau stan UMKM.

Ia juga sangat mengapresiasi semangat para penyandang disabilitas Kota Malang untuk terus berkarya. "Teruslah berkarya, ubah keterbatasan menjadi kelebihan. Insha Allah kita dukung terus," pesan pria berkacamata tersebut.

Indria Sari, penggagas Rumah Kreatif Disabilitas (RKD) yang terletak di Jalan Vinolia, Jatimulyo, menjelaskan bahwa ia dan rekan-rekannya memulai inisiatif pemberdayaan tersebut atas dasar keinginan membantu adik-adik penyandang disabilitas yang telah lulus sekolah agar semakin mandiri dalam menatap masa depan mereka.

"Awalnya cuma dua kali seminggu kami berkumpul (pelatihan), ternyata peminat semakin banyak sehingga sekarang hampir setiap hari kami lakukan," ujar perempuan berhijab tersebut.

Dua tahun berselang sejak peluncuran pada 12 April 2019, Rumah Kreatif Disabilitas yang dimotori Indri telah mampu mendampingi 25 orang penyandang disabilitas di Kota Malang. Karakternya pun beragam, mulai penyandang tunawicara, grahita, rungu hingga tunadaksa turut bergabung.

Aneka keterampilan mulai laundry sepatu, karya tangan, konveksi dan jahit serta tata boga diajarkan dengan metode yang adaptif terhadap karakteristik disabilitas yang disandang peserta. Tak kalah menarik, pendamping juga banyak dari sesama disabilitas.

"Dengan kebersamaan, peserta jadi lebih terbuka dan tidak malu bertanya," ungkap Indri tentang metode pendampingan di RKD.

Hal tersebut diamini Susi, salah satu anggota RKD asal Sukun yang berkisah bahwa, sebelas bulan lalu ia terpaksa merelakan kakinya diamputasi setelah terkena gigitan ular berbisa. "Jujur saya masih ada rasa malu dengan teman-teman lama. Tapi Alhamdulillah di RKD saya bisa berkumpul dan saling memotivasi," terang Susi.

Kebahagiaan yang dirasakan sesama disabilitas tentu menjadi asupan semangat bagi Indri. Terlebih, banyak pihak tergerak untuk turut menjalin kemitraan dengan RKD.

Ia mencontohkan pelatihan dan peluang pameran yang dihadirkan Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinsos P3AP2KB), pengabdian masyarakat oleh Universitas Brawijaya, kerja sama dengan Mitra Kunci dan Balai Latihan Kerja, serta pendampingan dari USAID Jawa Timur.

"Alhamdulillah belum lama ini, kerja keras temen-temen dihargai pula dengan predikat juara dua Anugerah Inklusi Award Jawa Timur," pungkas Indri dengan wajah berbinar. (ndu/ram)