DP3AP2KB PPU Sosialisasikan Pencegahan KTP/A dan TPPO

:


Oleh MC KAB PENAJAM PASER UTARA, Senin, 25 Oktober 2021 | 14:36 WIB - Redaktur: Juli - 267


Penajam, InfoPublik - Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Pencegahan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak (KTP/A) serta Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) Senin (25/10/2021). Giat tersebut bertempat di Aula lantai I Kantor Bupati PPU.

Bupati PPU Abdul Gafur Mas'ud (AGM), dalam hal ini diwakili oleh Plt. Kepala DP3AP2KB Siti Aminah, dalam sambutannya menyatakan bahwa, kekerasan terhadap perempuan dan anak telah memberikan dampak negatif dan luas tidak hanya terhadap korban, tetapi juga berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak dalam kehidupan satu keluarga.

Hal ini lanjutnya, dengan mengingat kekerasan terhadap perempuan dan anak seringkali terjadi di lingkungan domestik dalam rumah tangga, di samping terjadi di lingkungan publik maupun umum atau komunitas.

"Banyak faktor yang menyebabkan perempuan dan anak mengalami permasalahan, antara lain karena faktor salah persepsi yang menganggap wajar apabila kekerasan dilakukan terhadap perempuan dan anak sebagai salah satu cara mendidik," terangnya.

Siti Aminah menambahkan, faktor yang sering terjadi tersebut disebabkan pula faktor budaya, kemiskinan, dan faktor lain yang tidak memberikan perlindungan serta perlakuan khusus terhadap perempuan dan anak. Sehingga mengakibatkan kekerasan, eksploitasi, diskriminasi dan perampasan hak-hak perdata perempuan dan anak.

"Begitu juga terkait tindak pidana perdagangan orang. Di mana, TPPO ini, seringkali disebut sebagai perbudakan modern dan merupakan tindak kejahatan yang menguntungkan yang melanggar hak asasi manusia sehingga memengaruhi individu, masyarakat hingga negara," tutup dia.

Sementara itu, Dwitta Salverry sebagai narasumber dalam kegiatan menekankan bahwa, kekerasan khususnya dalam rumah tangga dapat dicegah salah satunya dengan menghindari pola asuh otoriter.

"Sementara kurangnya pendidikan seksual pada anak jadi faktor penyebab risiko korban pelecehan seksual dan perdagangan orang " tutupnya. (Rev/Sis)