Remaja Lintas Iman, Jalin Hidup Toleransi Antar Agama

:


Oleh MC GEREJA PROTESTAN MALUKU, Minggu, 24 Oktober 2021 | 22:24 WIB - Redaktur: Tobari - 685


Ambon, InfoPublik - Klasis GPM Pulau Ambon melalui Jemaat Bethesda melakukan kegiatan “Remaja Bakumpul” bersama dengan remaja dari Pohon Mangga (Taman Makmur) dengan tema “Membangun Toleransi Lintas Iman”.

Sebanyak 91 anak remaja mengikuti kegiatan tersebut yang berlangsung di gedung Aula Denzibang 1/Ambon, selama 3 hari dari tanggal 15-17 Oktorber 2021.

Kegiatan ini secara resmi dibuka oleh Pendeta Lenny Bakarbessy/R-Wakil Ketua I MPH Sinode GPM.

Dalam arahannya, Pendeta Bakarbessy mengatakan bahwa ini adalah sebuah kegiatan yang memiliki dampak positif dan berjangka panjang dalam ikatan persaudaraan yang menepis perbedaan diantara agama, suku, budaya dsb.

Bagi Pendeta Bakarbessy, ini bukti dari generasi yang menginginkan hidup damai dan bertoleransi tanpa saling terlibat dalam kekerasan dan hujatan kebencian.

Remaja bisa membuat perubahan di tengah-tengah kehidupan masyarakat jika sudah dibentuk dari dini yang dibekali dengan integritas yang kuat melalui moral, etika dan kepribadiannya.

Menurutnya, membentuk kepribadian remaja itu bukan hanya kewajiban orang tua saja dirumah tapi juga tanggungjawab komponen bangsa ini, didalamnya tokoh masyarakat, tokoh agama atau lembaga soisal lainnya.

“Semoga ini menjadi salah satu imun dan vitamin bagi remaja kita agar tidak terjangkit virus intoleransi yang bisa menghancurkan hidup bersama di bumi Maluku ini,” imbuhnya, Minggu (24/10/2021).

Ia juga berpesan kepada para peserta “Remaja Bakumpul” untuk dapat manfaatkan dan mengisi waktu remaja dengan hal-hal yang baik, serta jangan sia-siakan masa remaja yang hanya datang sekali saja.

Terkait kegiatan ini, Pendeta Ricardo Rikumahu – Ketua Klasis GPM Pulau Ambon menjelaskan bahwa ini sebetulnya merupakan rangkaian dari kegiatan lintas iman Klasis GPM Pulau Ambon beberapa tahun terakhir. Ini juga merupakan kegelisahan Klasis karena selama ini fokus hanya pada generasi pemuda.

“Pertemuan-pertemuan lintas iman yang melibatkan tokoh-tokoh pemuda dan masyarakat sudah seringkali kami lakukan dan kurang lebih sebulan yang lalu kegiatan yang sama juga dilaksanakan oleh pemuda-pemuda jemaat GPM Amahusu dengan pemuda-pemuda di Pohon Mangga, Taman Makmur yang beragama Muslim,” tuturnya.

Lebih lanjut, Pendeta Rikumahu menjelaskan bahwa ada satu segmen yang harus dijangkau oleh gereja yaitu remaja. Menurutnya, generasi ini masih sangat polos dalam berpikir dan bertindak.

Oleh karena, itu cara berpikir mereka sudah harus dikonstruksikan dalam sebuah kehidupan masyarakat sosial yang lebih luas melalui tema-tema perdamaian, saling menghormati, saling menghargai.

Ini sudah selayaknya diketahui oleh anak-anak diumur 13-15 tahun ini. Kegiatan ini juga merupakan keinginaan dan inisiatif dari anak Remaja dan Para pengasuh dari Jemaat Bethesda.

“Covid 19 masih menjadi perhatian namun itu tidak membatasi kami untuk mengambil langkah-langkah yang lebih luas tentang kehidupan bersama yang jauh lebih panjang dan jauh lebih berarti,” ungkap Pendeta Rikumahu.

Sementara itu, Mayor Inf Akmal Syarif – Wadan Denintel Kodam XVI/Pattimura mendukung kegiatan yang dilangsungkan oleh Klasis Pulau Ambon.

Ia mengatakan bahwa di daerah sekitar sini sering terjadi konflik interen menyangkut masalah agama antar pemuda Muslim maupun Kristen dan kegiatan ini sebagai cara untuk menyatukan perbedaan itu.

“Kami sangat berterima kasih kepada panitia terutama Klasis GPM Pulau Ambon yang sudah melaksankan kegiatan ini ditempat kami, sebagai motivasi juga untuk mengajak anak-anak ataupun remaja disekitar binaan kami agar dapat menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat terutama kerukunana antar umat beragama,” tuturnya.

Ucapan terima kasih juga dari Ketua RT Taman Makmur, Ibu Suryani sekaligus penanggungjawab remaja muslim kepada Klasis GPM Pulau Ambon.

Menurutnya, ini merupakan gerakan untuk menjalin hubungan remaja antara Muslim dan Kristen. Ibu Suryani mengatakan bahwa para remaja muslim sudah dipersiapkan dari jauh hari setelah mendapat undangan.

“Kami berkordinasi dengan para orang tua bukan semata-mata bahwa kami hanya menerima kegiatan ini saja, akan tetapi kami juga memberikan penjelasan terkait manfaat dari kegiatan ini kepada orang tua agar dijelaskan kepada anak-anak,” tuturnya.

Harapannya agar kegiatan ini tidak berhenti disni, tetapi harus terus dilakukan supaya para remaja ini dapat bersatu dan hidup bertoleransi antar umat beragama.

Kegiatan dikemas dengan baik melalui ceramah-ceramah dan game-game yang membangun rasa saling percaya antar satu anak remaja dengan yang lainnya.

Akhir dari kegiatan ini, para remaja diajak untuk menulis tulisan-tulisan perdamaian dengan tujuan untuk memberi pesan hidup bertoleransi bagi gereja, masyarakat di Maluku maupun dimana saja yang membacanya.

Para remaja ini juga secara bersama-sama mengikrarkan “Peace Promise” sebagai bentuk dari ikatan hidup toleran antar agama. (GPM/toeb)