:
Oleh MC GEREJA PROTESTAN MALUKU, Jumat, 1 Oktober 2021 | 20:15 WIB - Redaktur: Tobari - 1K
Ambon, InfoPublik - Kegiatan Jambore Kepala Sekolah Dr. J. B. Sitanala berlangsung dengan baik selama 3 hari dan secara resmi ditutup oleh Pendeta E. T. Maspaitella.
Turut hadir dalam acara ini, Kamis (30/9/2021), Pendeta S.I Sapulette, Pendeta Rudy Rahabeat, Pendeta Nancy Souisa/G, Penatua F. Papilaya.
Acara penutupan diramaikan dengan penampilan tarian Maku-Maku yang dibawakan oleh sanggar tari SMA Kristen Passo. Kemudian juga persembahan puisi, lantunan-lantunan lagu oleh para peserta yang membawakan lagu dengan bahasa daerah.
Diantaranya dari Lemola, “Duan Dia Duan Dia Ita Wok Woka Lepra Wali Lepra Wali Ida Tantoli Ida Maski Emsoa Maski Emsoa Tansi Saida Tansi Saida Pele Uplera Pele Uplera nsilpai manatu ita” artinya hari ini kita berkumpul, besok lusa kita saling berpisah biar begitu tidaklah mengapa nanti kita meminta permohonan kepada Tuhan Sang Pencipta untuk tetap menyertai kita selama-lamanya
Hasil dari kegiatan ini berupa penetapan 17 sekolah yang nantinya akan menjadi Sekolah Model GPM, diantaranya; SD, SMP dan SMA Kristen di P.P Aru, SMP Kristen Piru di Seram Barat, SMP dan SMA Kristen di Tanimbar Selatan.
Serta, SMA Kristen Haruru dan SD Kristen di Masohi. SMA Kristen Tual dan SD Kristen 1 Tual di Kei Kecil dan Kota Tual. SD Kristen Nuruwe dan SMP Kristen (Uraur) di Kairatu.
Pulau Ambon, TK-SMA Rehoboth yang tahun 2023 akan ditata manajemennya sebagai Learning Center GPM untuk pembelajaran YPPK. SD Kristen Hunut di Pulau Ambon Utara. SMA Kristen Passo di Pulau Ambon Timur. Kemudian, meningkatnya mutu kepala sekolah berbasis asesmen.
Senada dengan hal ini, Dr. Sarlota Singerin, M.Pd-Ketua Umum Yayasan menjelaskan bahwa tidak berarti kita mengabaikan Bpk/ibu yang ada pada zona yang tidak tersebut dalam sekolah ini.
Sekolah model ini kemudian menjadi payung sekolah model dan memberi imbas dalam sisi layanan mutu pembelajaran di kelas Ekstrakurikuler yang akan dilakukan secara bersama-sama.
Jika ada kajian-kajian yang akan dilakukan setelah ini akan di dahului dengan survey kelayakan sekolah model mulai dari daya dukung, angka partisipasi kasar dan angka partisipasi murni.
"Dimana kita ada dan pada waktunya kita menetapkan jika Tuhan berkenan bulan Juli tahun 2022 kita launching sekolah model YPPK milik GPM dalam kajian yang akan kita lakukan,” tuturnya.
Terkait dengan asesmen, Pendeta Nancy Souisa/G selaku MPH pendamping YPPK Dr. J. B. Sitanala mengatakan bahwa asesmen yang diperoleh dari kepala-kepala sekolah ini untuk mendapat sebanyak mungkin data-data yang akurat mengenai sekolah-sekolah oleh pengurus yang baru.
Sehingga data-data dapat menunjang berbagai program kedepan bisa berjalan dengan berhasil dan itu juga menunjukan sebenarnya apa kebutuhan sekolah-sekolah YPPK dan bagaimana cara menyumbangkannya.
Ia berharap, data-data yang diperoleh bisa menunjukkan kondisi sekolah-sekolah YPPK dengan penggambaran yang lebih baik, apapun program dan kegiatan bisa tepat guna.
“Pencapaian ke depan seperti apa, kita tunggu hasil Raker yang akan diselenggarakan pada minggu ke 2 bulan oktober,” imbuhnya.
Selanjutnya, Pendeta E. T. Maspaitella dalam arahannya kembali menegaskan bahwa “tekad kita sudah bulat” karena itu rencana dalam hari bersejarah yang digumuli dan ditunggu waktunya sebagai tahun rahmat Tuhan.
Yaitu Juli 2022 untuk memulai langkah membangun sekolah model ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh YPPK Dr. J. B. Sitanala, itu berarti kita tidak sedang membangun cerita tapi kita sedang mengukir sejarah.
Dan sejarah itu adalah sejarah gereja ini yang memang sejak dahulu melaksanakan tanggung jawab pemberitaan injil bersamaan dengan upaya mencerdaskan warga gereja melalui pendidikan.
Kami hendak menegaskan bahwa kita sudah memulai. Maka kita harus terus berjalan. Tidak akan kita berhenti hanya karena tantangan tertentu.
"Justru ketika kita berhadapan dengan tantangan itulah kita harus terus berjalan dengan berkolaborasi memadukan segala karunia yang kita miliki atau bahkan orang lain yang juga berbagi karunianya dalam misi besar, salah satunya keterlibatan sekolah GenIUS,” imbuhnya.
Ia meilustrasikan YPPK sebagai sektor 12 dan klasis 35. Dengan maksud bahwa ibu/bapak guru dapat memahami tugas ini sebagai pelayan Tuhan di gereja. Bagi MPH, YPPK adalah wajah GPM.
“Dia harus berkarakter GPM, mempertahankan identitasnya sebagai GPM maka itu yang akan memastikan sekolah-sekolah kita betul bertumbuh dan sekolah kultur sekolah adalah kultur GPM,” tuturnya.
Pendeta Maspaitella mengajak para kepala sekolah untuk tumbuhkan spiritualitas GPM di dalam seluruh pelayanan dan jambore ini akan didapat dari asesmen yang akan berlangsung di tahun-tahun mendatang sebagai tanda bahwa kita telah memulai cerita kita. (MC GPM/toeb)