:
Oleh MC GEREJA PROTESTAN MALUKU, Selasa, 14 September 2021 | 09:38 WIB - Redaktur: Kusnadi - 1K
Ambon, InfoPublik - GPM melalui Partisipasi Pembangunan yang disingkat PARPEM melakukan “Gerakan GPM menanam”, Sabtu, 11 September di Jemaat Uraur Klasis Kairatu. Faktanya, sudah 10 tahun GPM bergerak dalam orientasi teologi keutuhan alam, keutuhan semesta, bukan hanya sebatas pemberitaan saja melainkan juga dalam bentuk yang konkrit.
Kegiatan ini diawali dengan kebaktian yang dipimpin oleh Pendeta Leny Bakarbessy/R. Dalam khotbahnya, Pendeta Bakarbessy mengungkapkan bahwa kondisi dan keadaan alam sekarang ini tidak selalu pasti karena cuaca yang sering berubah-ubah tetapi juga kerusakan-kerusakan ekologi. Karena itu, GPM menjawabnya dengan melakukan kegiatan pencanangan Keluarga GPM Menanam.
"Hari ini kita tanam, bukan berarti langsung berbuah. Tujuan dari menanam ini bukan menumbuhkan tanaman tetapi menjaga kehidupan agar tetap berlanjut selama-lamanya," ucap Pendeta Leny Bakarbessy/R.
Disampaikan, keberlanjutan hidup dapat diprediksikan tahun 2035 sejak hari ini, bahwa jika gerakan ini dilakukan serempak di seluruh wilayah GPM maka kita bisa melihat dengan baik kehidupan ekonomi GPM 14 tahun yang akan datang.
"Ini adalah program dari pemimpin-pemimpin yang memiliki visi yang jelas untuk keberlanjutan hidup. Pemimpin bukan saja MPH Sinode GPM, bukan saja pimpinan Klasis, bukan saja para pendeta tetapi pemimpin juga adalah kepala-kepala keluarga dalam rumah tangga yang bertanggung jawab untuk melaksanakan keberlanjutan kehidupan. Karena itu, kegiatan ini tidak boleh hanya berawal disini dan berakhir disini. Harus dilanjutkan secara berkelanjutan," tuturnya.
Ketua PARPEM GPM, Edwin. A. Huwae menjelaskan bahwa dasar pikir kegiatan ini adalah cara gereja menyikapi situasi pandemic Covid-19 telah memukul seluruh aspek ekonomi masyarakat dan karena itu ketahanan ekonomi keluarga mesti ditingkatkan secara simultan, bersama dengan pemerintah agar beban ekonomi masyarakat bisa dikuatkan.
Selanjutnya, GPM melalui PARPEM juga akan memulai Community Collage atau konsep membangun komunitas masyarakat melaui kemitraan yang strategis dan terintegrasi melalui pendidikan dan pelatihan yang terfokus pada peningkatan skill dan kemampuan individu dan jemaat tentang cara mengelola potensi sumber daya alam dan mempersiapkan jejaring produksi dan distribusi serta mendekatkan seluruh hasil produksi untuk dipasarkan. Sinode GPM melalui PARPEM memilih SBB sebagai lokasi yang bertepatan dengan keberadaan PARPEM di Negeri Uraur. Dalam perencanaan 5 tahun kedepan lokasi ini akan dijadikan sebagai tempat agrowisata serta tempat pendidikan dan pelatihan untuk menyiapkan SDM dari jemaat.
“Oleh karena itu lokasi ini akan dilengkapi dengan spot-spot peternak ayam petelur dan pedaging, budidaya ikan air tawar dan juga ternak sapi yang sudah ada,” ungkapnya.
Di tahun pertama ini, PARPEM akan melakukan penataan lokasi guna menyiapkan seluruh infrastruktur sebagai tempat pendidikan dan pelatihan untuk mendidik dan melahirkan SDM yang terampil melalui kegiatan Focus Group Discussion(FGD) dan rapat kerja PARPEM yang akan akan dilaksankan pada pertengahan bulan ini dalam rangka membangun rencana kerja untuk 5 tahun mendatang dan juga menuju satu abad GPM tahun 2035.
“Kami optimis dapat menggapai harapan bersama ini tentu dengan terus menjalin komunikasi koordinasi dan kolaborasi yang posit untuk menghadirkan energi baru membangun spirit bersama untuk terus membangun GPM,” tutur Huwae.
Harapannya, PARPEM mendapat dukungan baik melalui Arahan dan bimbinan MPH Sinode serta dari Pemerintah Provinsi Maluku dan Pemerintah Kabupaten SBB.
Mengawali arahannya, Ketua Sinode GPM Pendeta Elifas. T. Maspaitella mengungkapkan bahwa ada 2 problematik berdasarkan pantauan MPH Sinode melalui PIP RIPP GPM, yaitu pengangguran dan kemiskinan. Ini bukan hanya harus diturunkan angkanya tapi harus di selesaikan dengan cara menggerakan sektor ekonomi secara tepat sehingga gereja tidak bekerja sendiri atau berbeda jalan dengan pemerintah. Gereja juga tidak sekedar menyampaikan slogan atau bahkan merumuskan dalam program-program disetiap sidang jemaat tetapi ada realisasinya. Hal ini diwujudnyatakan melalui kerjasama antar komponen yang bisa menggerakan. Karena itu, PARPEM hanya diisi oleh orang-orang yang bukan hanya punya pengetahuan tapi yang dapat berpikir tentang gereja ini supaya ada bukti nyata.
“Karena itu Pak Bupati, sekali lagi kami berterima kasih kepada Pemrintah Kabupaten SBB karena ketika kita berusaha untuk menata lokasi ini, PEMDA SBB memberikan bantuan alat gerak untuk bisa menggusur lokasi ini dan sekaligus mewujudnyatakan mimpi kita bersama di Uraur,” ungkapnya .
Trend Tagline Sinode GPM periode ini adalah Gerakan Keluarga Menanam untuk orientasi pertanian, Gerakan Keluarga Melaut untuk orientasi perikanan dan sektor kelautan. Puncaknya ada pada Gerakan Keluarga Memasarkan Hasil. Inilah yangmenjadi target utama kita. Cara ini akan diikuti oleh seluruh keluarga disemua jemaat. Balitbang GPM sudah melakukan penelitian tentang itu pula. Faktanya akan dilihat dan akan dibentuk kluster untuk mengusahakan langkah berikutnya ke pemasaran.
“Jadi GKM tujuannya untuk menciptakan Gerakan Keluarga Mandiri secara ekonomi. itu cara GPM bekerja bagi masyarakat dan bangsa,” imbuhnya.
Pendeta Maspaitella menambahkan bahwa pada tahun depan gerakan ini segera diresponi oleh seluruh elemen, badan organisasi gereja dan wadah-wadah pelayanan. Hal ini diuraikan seperti anak sekolah minggu akan punya tanaman, kader AMGPM juga akan punya tanaman, kebun bila perlu.
“Dengan demikian kita menabung di tanah kita lewat pohon, sayur yang kita tanam. Itu berarti bahwa semua orang di GPM dapat sejahtra, tuturnya.
Ucapan terima kasih mewakili gereja disampaikan oleh Pendeta Mapaitella kepada PARPEM GPM yang sudah mewujudkan langkah GPM dalam menata segala sesuatu yang berkaitan dengan pemebrdayaan ekonomi GPM. Hal yang sama juga kepada Bupati dan Pemerintah kabupaten Seram Bagian Barat.
Menyambut baik Gerakan GPM menanam, Bupati Seram Bagian Barat Timotius Akerina berterima kasih atas keberlangsungan acara dihari ini serta mengajak masyarakat semua harus menyemangati dan mendorong suksesnya kegiatan ini. Sebab ini merupakan contoh yang harus dipelajari dan akan menjadi motivasi untuk pengembangan ekonomi keluarga di bumi Saka Mese Nusa agar tetap terjaga dan ditigkatkan hingga nantinya akan berimbas pada peningkatan ekonomi masyarakat SBB.
“Melalui kegiatan pencanngan Keluarga Menanam ini semoga menjadi penggerak kehidupan mandiri, kreatif, inovasi, serta kerjasama berkelompok dalam membangun dan menjaga lingkungan dengan baik,” imbuhnya.
Pada kesempatan ini juga, Akerina berterima kasih kepada MPH Sinode terlebih khusus kepada PARPEM GPM. Ia bahkan mengungkapkan keinginan Pemerintah Daerah untuk bermitra dengan GPM dalam rangka pelaksanaan kegiatan—kegiatan lainnya.
“Kami yakin dengan sungguh kebersamaan dan kerjasama yang baik akan menumbuhkan kehidupan yang baik dan juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat di bumi Saka Mese Nusa,” tuturnya.
Kemudian, Bupati juga mengatakan bahwa menanam, melaut dan pasar sebenarnya menjadi tangugjawab Pemerintah Daerah namun GPM cukup cakap melihat potensi alam yang di miliki oleh kita ini dan telah mewujudkannya melalui kegiatan Gerakan GPM Menanam di saat ini.