:
Oleh MC KAB LAMPUNG TIMUR, Senin, 16 Desember 2019 | 11:06 WIB - Redaktur: Kusnadi - 4K
Braja Selebah, InfoPublik - Budidaya pertanian buah melon sepertinya mulai berpotensi menjadi hal yang menjanjikan bagi para petani khususnya di Kabupaten Lampung Timur. Deni Saputra, petani muda kelahiran Desa Brajo Harjosari, Kecamatan Braja Selebah yang lahir 34 tahun silam ini, dirasa sangat terbuka dan berkeinginan kuat untuk maju bersama demi kepentingan petani khususnya para petani buah Melon.
Saat ini, Deni bisa dikatakan adalah salah satu penampung terbesar buah Melon dari Lampung Timur yang dipasarkan ke Pulau Jawa. Selain petani, dia juga mengkoordinir para petani Melon di Kabupaten Lampung Timur bahkan di Provinsi Lampung ini.
"Untuk buah Melon golden dan Melon biasa ada sekitar 100 petani yang kami koordinir di wilayang Lampung. Dimulai dari bibit, budidaya sampai pemasaran kita yang bantu. Khususnya sharing budidaya, kita belajar bersama-sama karena kita juga punya tim khusus di bidang itu," kata Deni saat diwawancarai di kediamanya di Desa Braja Harjosari, Minggu (15/12/2019).
Jatuh bangun dalam bertani Melon, sudah dirasakannya selama bertahun tahun. Bahkan, sudah tak terhitung lagi puluhan juta yang dia korbankan untuk menimba ilmu secara autodidak. Berbekal modal keberanian dan keyakinan serta semangat untuk menimba ilmu, sepertinya jalan kesuksesan maju di bidang pertanian terbuka dihadapinya.
Pria yang mempunyai dua anak dan juga mantan TKI ini punya harapan, bahwa prospek untuk maju pertanian Melon di Lampung sangat terbuka.
"Prospek sangat bagus, asal memenuhi target kondisi dan mutu buah. Pemasaran di Pulau Jawa, khususnya buah Melon dari Lampung bisa diadu dengan daerah lain," ungkap Deni.
Menurut penjelasanya, dalam budidaya buah Melon Golden memang sangat membutuhkan modal yang besar. Perhektarnya bisa mencapai 100 juta yang harus dikeluarkan, meliputi pengolahan tanah, bibit, pupuk dan pemeliharaan yang super intensif yang harus dikerjakan secara teliti.
"Standar hasil panen Melon Golden perhektar 30-40 ton. Dengan harga 8 ribu sampai 10 ribu skala besar, 200 persen keuntungan yang kita dapatkan," kata Deni.
Bukannya tanpa resiko dan kendala dalam usaha bertani Melon Golden itu, Deni juga bersama-sama dengan komunitasnya selalu berkoordinasi dan selalu berdiskusi terkait pertanian buah Melon setiap bulan. Karena, antar sesama komunitas juga mempunyai sistem mengatur waktu dalam pembudidayaannya.
"Kalau pemasaran ke Pulau Jawa tak perlu kita khawatirkan, kita chanel pasar sudah ada. Yang penting jika ada petani yang berminat, saya persilahkan. Ayo kita belajar bersama dan maju bersama," ajaknya.
Dari pengakuanya, Deni berharap pemerintah daerah sebagai pemangku kebijakan juga bisa terlibat dengan program-programnya demi kemajuan petani.
"Sayapun siap, jikalau pemerintah membutuhkan pemikiran saya, karena sayapun berharap petani di Lampung Timur juga bisa maju," pungkas Deni.(@nd&Put)