:
Oleh MC KAB PESISIR SELATAN, Rabu, 25 September 2019 | 10:57 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 2K
Painan, InfoPublik - Kecamatan IV Nagari Bayang Utara salah satu kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan tidak begitu diketahui oleh masyarakat luas, namun daerah kaya akan potensi pertanian dan pariwisata.
Pada awalnya kecamatan ini tergabung pada Kecamatan Bayang, namun pada tahun 2004 melalui perda nomor 3 tentang pembentukan kecamatan IV Nagari Bayang Utara dengan pusat pemerintahan di Asam Kumbang memisahkan diri dari Bayang.
Pada waktu itu empat nagari berada diwilayah tersebut yaitu Kenagarian Pulut -Pulut, Koto Ranah,Pancung Taba dan Kenagarinagan Muaro Air. Namun setelah dilakukan Pemekaran Nagari pada 2011 lalu maka dua nagari bertambah yaitu Kenagarian Pulut Pulut Selatan dan Kenagarian Limau Gadang Pancung Taba.
Mengadu nasib dinegeri orang banyak dilakukan masyarakatnya Warga Bayang Utara lainnya, ini terpaksa dilakukan mereka karena sulitnya mendapatkan pekerjaan, kalaupun ada pekerjaan yang ada cuma, jadi seorang petani.
Sekitar 9500 jiwa menghuni daerah ini dengan luas daerah sekitar 25.000 ha, pada jaman penjajahan dahulu Bayang utara menjadi sentral perdagangan rempah rempah,
Contoh nagari Pulut- pulut yang berpenduduk sekitar 2000 jiwa atau 800 Kepala Keluarga( KK) sebagian besar memilih pergi merantau ke berbagai daerah, kondisi ini disebabkan sempitnya ruang gerak lapangan usaha sebagai sumber pendapatan masyarakat.
Irjal (60) Anggota DPRD Pessel dari Fraksi PKS yang juga putra Bayang Utara Selasa(24/9/2019) menerangkan banyak orang tua kini terpaksa tinggal sendirian di kampung halaman karena semua anaknya sudah pergi merantau untuk mendapatkan kehidupan yang layak, kemudian di daerah ini budaya merantau sudah mengakar ditengah masyarakat.
Seperti diterangkan tadi kalau sulitnya lapangan pekerjaan disebabkan daerah tersebut dikelilingi oleh bukit yang terjal, maka tidak ada lagi lahan yang bisa digarap, hal ini yang menjadi pemicu bagi masyarakat terutama para generasi muda putus sekolah, tamatan SLTP dan SLTA terpaksa meninggalkan kampung halaman alias merantau ke berbagai daerah dan 40 % nya memilih merantau ke pulau irian jaya Papua,karena menurut mereka daerah itu mudah mendapatkan uang
"Kondisi ini juga sangat mempengaruhi terhadap pembangunan daerah sulit untuk berkembang, meskipun ada perantau yang membangun kampung dengan mengirimkan uang namun umlahnya relatif kecil, akibat sepinya generasi muda," ujarnya Irjal yamg juga Mantan Camat Bayu
Irjal juga membenarkan, warga Bayang Utara yang mayoritas sumber penghasilan masyarakat bergerak dari sektor perkebunan seperti, kemiri, casia vera, kopi, coklat dan nilam, maka lahan yang ada sudah penuh ditanam oleh pemiliknya,sedangkan pertumbuhan penduduk terus bertambah akhirnya generasi muda kesulitan mendapatkan lahan lapangan pekerjaaan
Pemerintahan kecamatan sudah mencari solusi untuk mengatasi permasalahan ini, namun agaknya belum mendapatkan respon yang baik bagi pemerintah dan masyarakat lainnya.
Buktinya mereka masih bepikir untuk merantau dari pada mengolah lahan, sehingga lahan lahan miliki masyarakat dan sudah patut dipanen dibiarkan saja membusuk diladang mereka, selain tidak ada yang memanen juga jarak yang jauh diperbukitan dan harus mengeluarkan biaya yang besar untuk bisa sampai ke pasar.
"Kita cukup prihatin dengan dengan kejadian kerusuhan di Wamena Papua dan menewaskan beberapa warga Pessel dan ada yang berasal dari Bayang Utara, Semoga masalah ini bisa segera dicarikan solusinya," ujarnya.