:
Oleh MC KOTA SEMARANG, Senin, 22 April 2019 | 12:44 WIB - Redaktur: Juli - 428
Semarang, InfoPublik - Sri Suprihatinah pengemudi Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang, di Hari Kartini menerima penghargaan Anne Avantie award di Aula Balai Kota Semarang, Jawa Tengah, Minggu (21/4/2019).
Ia merasa bangga menerima penghargaan atas dedikasinya dalam bekerja. Wanita yang akrab dipanggil Sri ini, merupakan pengemudi BRT Trans Semarang Koridor 1 jurusan Penggaron - Mangkang.
Penghargaan Anne Avantie diberikan kepada 21 Wanita di Kota Semarang yang selama ini telah memberikan kepedulian jasa terhadap masalah-masalah sosial dan kemanusiaan.
Hadir dalam kegiatan tersebut Ketua Penggerak PKK Kota Semarang Tia Hendi, bersama Anna Avantie menyerahkan penghargaan kepada pemenang.
Wanita asli Mayong Jepara yang lahir di Jakarta 6 Juni 1973, mulai mengemudi sejak 1995 dimana ia telah terbiasa membawa kendaraan roda empat. Selanjutnya pada 2007, Ia bergabung dengan Trans Jakarta mengemudikan armada jurusan Kampung Melayu - Ancol hingga 2016. Kemudian mengemudikan armada Damri koridor 5 jurusan Harmoni - Lebak Bulus 2016 - 2018.
Sri kemudian bergabung dengan Trans Semarang Koridor 1 jurusan Mangkang - Penggaron sejak Maret 2019. Bekerja secara sift. Pada saat bertugas sift pagi, sejak pukul 05.00 dia telah memulai aktivitas berupa menyalakan armada untuk melakukan pemanasan mesin, dan jika shift siang pukul 11.00.
Ketua penyelenggara acara Anne Avanti menjelaskan, sebenarnya Pemerintah Kota Semarang tiap tahunnya juga memberikan penghargaan serupa untuk perempuan hebat, namun, biasanya hanya satu atau dua orang.
"Namun dalam event ini ada banyak yang diapresiasi. Mereka itu adalah perempuan yang selama ini mendedikasikan hidupnya untuk kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. Maka patut untuk diapresiasi," ujarnya.
Selain Sri Suprihatinah, ada 20 perempuan lain yang menerima penghargaan tersebut yakni, Arsiati Kerstiani selaku Kepala Lapas Kelas II A Wanita Semarang, Trimah selaku pembatik difabel, Florentia Hertinawati pekerja sosial difabel, aktivis kemanusiaan Trimah Rahayu, pekerja sosial di Panti Sosial Margowidodo atas nama Sofiana Rosa.
Selain itu, ada pula aktivis kaum difabel Sri Murtiningsih Dimulyo, pelatih musik rebana Nur Hidayat, aktivis kemanusiaan Reni Fararis, pendiri SLB Swadaya Etty Sumianah, pekerja sosial Panti Sosial Amongjiwo Murni Lestari, aktivis kemanusiaan Yonita Herlambang, aktivis kemanusiaan juga Elisabet Philip.
Ada lagi Probowatie selaku Humas RS St Elisabeth, pekerja sosial kemanusiaan Pratiwi, petugas kebersihan Kota Semarang Binah, pekerja sosial Sekolah Kuncup Melati Agustin Indrawati Dharmawan, perias jenazah Sri Sumiarti dan Indah Murti, pengemudi ojek online Kartini, serta pembatik Hetty.
"Dari 21 orang tersebut tidak semuanya hadir, sebab ada yang memang berhalangan, sehingga hanya 17 perempuan yang menerima penghargaan secara langsung," katanya.
Dia menjelaskan, penetapan predikat Perempuan Tangguh tersebut didasarkan pada peran dan perjuangannya yang telah dilakukan dalam masyarakat.
"Yang kami pilih tidak perlu terkenal, tetapi kami melihat yang melakukan kegiatan sosial secara terus-menerus, tidak hanya yang satu dua bulan. Minimal 2 tahun mereka berkarya secara konsisten," tandasnya.