:
Oleh MC Prov. Sulteng, Rabu, 11 April 2018 | 09:37 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 1K
Palu, InfoPublik - Mahasiswa sebagai generasi penerus, sekaligus sebagai salah satu pengontrol perubahan sosial masyarakat dituntut menjadi pribadi yang dapat bermanfaat bagi dirinya dan kepada khalayak luas.
Hal ini dikatakan staf ahli Gubernur Sulawesi Tengah, Sitti Norma Mardjanu, saat mewakili gubernur membuka EXPO STIE Panca Bhakti. Yang mengangkat tema “Peran Stakeholder Menuju Indonesia Emas”, Senin (9/4/2018) di Palu.
Semua ini guna mewujudkan Indonesia Emas 2045 yang makmur, maju dan sejahtera. Olehnya itu, kata Norma, pemerintah provinsi Sulawesi Tengah mengapresiasi acara tersebut.
“Mahasiswa sebagai generasi pelanjut sangat diperhitungkan andilnya, sebab mahasiswa adalah dinamisator perubahan masyarakat menuju perkembangan yang lebih baik, juga sekaligus kontrol terhadap perubahan sosial yang berlaku di masyarakat," katanya.
Lebih jauh ia berpesan kepada mahasiswa STIE, agar tidak menyia-nyiakan kesempatan yang dimilikinya sebagai mahasiswa, menurutnya tidak semua pemuda berkesempatan mengenyam pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi. Melalui EXPO tersebut Norma yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Kadis Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, menghimbau, agar mahasiswa dapat mendedikasikan dirinya kepada masyarakat.
Sementara Rektor STIE Panca Bhakti Prof. Dr. Andi Matulada Amir, SH., M Si, menyebut bahwa kampus yang dipimpinnya telah secara terbuka berperan aktif untuk meningkatkan pengabdiannya kepada masyarakat. Setidaknya 4 perjanjian kerjasama atau MoU telah dilakukan dengan Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi dan 14 MoU di kabupaten Poso. Kerjasama tersebut untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas badan usaha milik desa (Bumdes) juga pengelolaan alokasi dana desa.
Pengabdian yang terus digalakkan menurutnya, memang harus dirasakan oleh masyarakat yang ada di dekat sekitar kampus STIE Panca Bhakti. Ia mencermati bahwa banyak pelaku usaha menengah dan usaha kecil yang perlu dibina.
Selain itu juga, lanjutnya, sekalipun mahasiswa nantinya menjadi seorang akademisi, birokrasi atau politisi tetap harus memiliki prinsip kewirausahaan. Katanya hanya bisnis yang bisa menggandakan uang secara sah, sekaligus bisa mengakselerasi kesejahteraan masyarakat.
“Ada satu unggulan yaitu pengabdian masyarakat. 4 MOU di Palolo. 14 MOU di kabupaten Poso. Tidak pernah terlihat PTS lain mengenai pengembangan desa, kami follow up desa-desa. Di Sigi meminta pengelolaan Bumdes dan Alokasi Dana Desa. Jadi apapun kebutuhan dari desa binaan pasti kami merespon. Klinik konsultasi bisnis. Kami sadar umkm di sekitar kampus yang tidak tersentuh. Ada ketimpangan, ke desa, tapi di sekitar kampus perlu juga perhatian," katanya.
Sementara Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Rusli Guntur mengatakan bahwa EXPO STIE 2018 selain ajang pengabdian kepada masyarakat, khususnya kepada pelaku UMKM, gelaran tersebut juga bertujuan mengasah jiwa entrepreneur mahasiswa.
Menurutnya kewirausahaan bagi mahasiswa mutlak dibutuhkan ditengah persaingan dan minimnya lapangan kerja. Menurutnya sejak dini mahasiswa mau ataupun tidak setelah diwisuda, secara umum akan berkecimpung pada 4 profesi. Yakni Birokrasi, Akademisi, Politisi dan Entrepreneur.
Menurutnya tiga pilihan pertama memiliki kuota yang terbatas bagi lulusan yang belum memiliki kesempatan di ketiga tempat tersebut. Akan tetapi entrepreneur bisa menjadi tidak terbatas jumlahnya. Karena pada kenyataannya Indonesia memiliki prosentase yang sangat minim jumlah pengusaha terhadap angka seluruh warganya.
“Kita harus tentukan warna apa kita akan berjuang. Dengan membangun relasi. Ekonomi, akuntansi, kita harus bergerak untuk mengubur 3 pilihan yang sangat terbatas tersebut. Karena pada kenyataannya sangat banyak penganggur. Memang tidak mudah, kuncinya dengan semangat. Butuh perjuangan dan kerja keras," ujarnya. (MC. Sulteng/TR)