Menbud Terima Dubes Inggris: Dorong Pemulangan Artefak hingga Pertukaran Budaya

: Pertemuan diplomatik antara Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, dan Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Dominic Jermey CVO OBE, bukan sekadar seremoni kenegaraan. Di balik meja pertemuan di Kantor Kementerian Kebudayaan, Jakarta, tersirat langkah nyata menuju diplomasi kebudayaan yang lebih mendalam dan bermakna (foto: Dok Kemenbud)


Oleh Pasha Yudha Ernowo, Jumat, 23 Mei 2025 | 10:22 WIB - Redaktur: Untung S - 177


Jakarta, InfoPublik — Pertemuan diplomatik antara Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, dan Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Dominic Jermey CVO OBE, bukan sekadar seremoni kenegaraan. Di balik meja pertemuan di Kantor Kementerian Kebudayaan, Jakarta, tersirat langkah nyata menuju diplomasi kebudayaan yang lebih mendalam dan bermakna.

Isu utama yang dibahas adalah pemulangan artefak budaya Indonesia yang saat ini masih berada di Inggris, sebuah agenda penting yang telah lama menjadi perhatian publik dan akademisi. Fadli Zon secara resmi kembali mengajukan permintaan pemulangan Prasasti Sangguran yang kini berada di Minto Estate, Skotlandia, serta Prasasti Sobhamerta, kumpulan lempeng kuno yang memuat informasi penting tentang struktur sosial, keagamaan, dan hukum kuno Nusantara.

“Permintaan ini kami sampaikan dengan penuh hormat dan melalui jalur diplomatik yang tepat,” tegas Menbud Fadli, dalam keterangan tertulis yang diterima InfoPublik, Jumat (23/5/2025).

Langkah ini mempertegas posisi Indonesia dalam diplomasi kultural global, selaras dengan tren internasional soal restitusi artefak kolonial. Inggris, melalui Dubes Jermey, menanggapi positif, menyatakan keterbukaan untuk membahas repatriasi secara lebih lanjut dan terstruktur.

Tidak hanya soal masa lalu, pertemuan ini juga membahas masa depan kerja sama budaya, terutama di sektor perfilman. Menbud Fadli membuka peluang kolaborasi produksi film antara sineas Indonesia dan Inggris—baik untuk film panjang maupun dokumenter bertema sejarah dan budaya.

“Kami melihat dokumenter sebagai langkah awal yang realistis dan berdampak. Produksi bersama bisa menjadi jembatan saling pengertian yang kuat,” ujar Fadli Zon, sembari menceritakan pengalamannya saat menghadiri Festival Film Cannes.

Inggris pun menyambut antusias ide ini. Jermey menegaskan bahwa British Film Institute (BFI) siap menjembatani kolaborasi ini, termasuk menghadirkan lebih banyak film Inggris di festival-festival Indonesia, dan sebaliknya. Bahkan, Menbud Fadli secara langsung mengundang Inggris untuk berpartisipasi di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF).

Kerja sama budaya tak berhenti di layar perak. Indonesia juga sedang mengembangkan ekosistem pertunjukan musikal. Fadli melihat minat generasi muda yang tinggi terhadap seni pertunjukan sebagai peluang untuk membentuk industri kreatif yang berkelanjutan.

Ramon Sevilla dari Kedubes Inggris menambahkan pentingnya co-creation dalam kerja sama kebudayaan. Menurutnya, program Connections Through Culture milik British Council bisa menjadi wadah ideal untuk mempertemukan talenta dari kedua negara.

Dalam pertemuan yang juga dihadiri para pejabat tinggi Kementerian Kebudayaan, Fadli Zon menegaskan pentingnya komunikasi yang lebih terstruktur dengan lembaga-lembaga budaya di Inggris seperti British Library dan Departemen Kebudayaan, Media, dan Olahraga (DCMS).

“Kami ingin membangun sebuah kerangka kerja sama budaya yang komprehensif, tidak hanya untuk masa kini, tapi juga untuk generasi mendatang,” tutup Fadli Zon.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Selasa, 17 Juni 2025 | 20:44 WIB
Menbud: Sejarah Mei 1998 Harus Ditulis dengan Fakta, Bukan Emosi
  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Kamis, 29 Mei 2025 | 21:04 WIB
Indonesia-Prancis Teken MoU Budaya, Menuju Visi Bersama 2050
  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Rabu, 28 Mei 2025 | 21:54 WIB
Libatkan 113 Sejarawan, Sejarah Indonesia akan Ditulis Ulang