Sangiran: Situs Manusia Purba yang Menyimpan Jejak Peradaban Manusia Tertua di Dunia

: Menteri Kebudayaan Fadli Zon (Foto: Dok Kemenbud)


Oleh Pasha Yudha Ernowo, Senin, 10 Februari 2025 | 16:00 WIB - Redaktur: Untung S - 250


Jakarta, InfoPublik – Situs Manusia Purba Sangiran, yang terletak di Kabupaten Sragen dan Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah, menyimpan segudang cerita tentang jejak peradaban manusia dari masa awal sejarah.

Kawasan itu, yang dikenal sebagai Homeland of Java Man, telah menjadi saksi bisu dari evolusi manusia, fauna, dan budaya selama lebih dari 2,4 juta tahun. Terdiri dari lima klaster utama—Bukuran, Krikilan, Manyarejo, Ngebung, dan Dayu—Sangiran menjadi salah satu situs arkeologi terpenting di dunia.

Kawasan Sangiran, yang memiliki urutan geologi dari Pliosen atas hingga Pleistosen Tengah, menyimpan bukti penting tentang kehidupan manusia purba. Beberapa temuan signifikan, seperti Homo erectus Sangiran 17 (S17)—temuan Homo erectus paling lengkap di Asia Tenggara—menunjukkan betapa tuanya peradaban manusia di Indonesia.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon, menegaskan bahwa temuan-temuan ini menjadi bukti kuat bahwa Indonesia memainkan peran besar dalam evolusi manusia dan sejarah peradaban dunia.

"Sangiran menyimpan jejak peradaban manusia yang sangat tua, dengan berbagai temuan seperti Homo erectus dan fosil lainnya yang berasal dari 1,5 juta tahun yang lalu. Ini menjadi bukti penting bahwa Indonesia adalah bagian integral dari sejarah peradaban manusia," ujar Fadli Zon, dalam keterangan tertulis yang diterima InfoPublik, Senin (10/2/2025).

Di antara lima klaster, Klaster Bukuran menjadi situs pertama yang ditemukan, menampilkan fosil-fosil manusia purba dan artefak dari berbagai situs paleoantropologi dunia. Di sini, pengunjung dapat melihat diorama yang menggambarkan kehidupan flora dan fauna purba serta tiga tipe Homo erectus yang pernah hidup di Jawa—Arkaik, Tipik, dan Progresif.

Klaster Krikilan, yang merupakan titik kedua, menampilkan temuan spektakuler seperti rekonstruksi Homo erectus dari fosil Sangiran 17, tengkorak Homo erectus paling lengkap di Asia, serta fosil fauna purba seperti gajah, kerbau, banteng, rusa, dan kuda sungai.

Museum Lapangan Manyarejo menjadi contoh kolaborasi antara pengetahuan ilmiah dan tradisi lokal dalam mencari jejak purba. Di sini, pengunjung dapat melihat fragmen tulang rusuk dan panggul gajah serta tengkorak banteng yang menunjukkan jejak fauna purba di kawasan ini.

Klaster Ngebung, yang merupakan titik keempat, menampilkan artefak budaya dan fosil binatang yang merepresentasikan budaya manusia purba di Sangiran. Sementara itu, Museum Dayu di Klaster Dayu menggambarkan evolusi lingkungan Sangiran, dari rawa, pengangkatan daratan, hingga menjadi daratan yang meliputi lima lapisan geologi.

Pada 1996, UNESCO menetapkan Sangiran sebagai Warisan Budaya Dunia. Situs ini menjadi lokasi ditemukannya lebih dari 50% temuan Homo erectus dunia serta berbagai fosil manusia purba lainnya, termasuk Meganthropus paleojavanicus.

Fadli Zon menerangkan, Sangiran adalah laboratorium alam yang sangat lengkap dan langka, yang menyimpan berbagai kisah sejarah peradaban manusia yang sangat penting bagi ilmu pengetahuan dan budaya. "Melalui pemahaman tentang sejarah ini, kita dapat menanamkan rasa cinta dan bangga terhadap peradaban bangsa Indonesia yang kaya," paparnya.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon menekankan bahwa pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan berkomitmen untuk memperkuat literasi sejarah, terutama bagi generasi muda. "Upaya ini sangat penting untuk menanamkan rasa bangga atas peradaban bangsa Indonesia dan untuk memperkenalkan Indonesia sebagai salah satu pusat peradaban tertua di dunia," jelas Fadli Zon.

Dengan berbagai temuan yang terus menggali kedalaman sejarah peradaban manusia, Sangiran bukan hanya menjadi situs arkeologi yang penting, tetapi juga menjadi simbol pentingnya melestarikan dan memperkenalkan warisan budaya Indonesia kepada dunia.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Senin, 17 Maret 2025 | 06:21 WIB
KPK Soroti Peran Perempuan sebagai Kunci Pencegahan Korupsi di Indonesia
  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Jumat, 14 Maret 2025 | 18:00 WIB
Kemenbud dan Kemenkum Perkuat Kerja Aama Perlindungan Kekayaan Intelektual Budaya
  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Jumat, 14 Maret 2025 | 11:43 WIB
Menbud: Kartu Pos dan Perangko sebagai Alat Diplomasi Budaya Indonesia
  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Selasa, 11 Maret 2025 | 04:53 WIB
Menbud Kunjungi Kepulauan Riau untuk Pelestarian Cagar Budaya
  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Senin, 10 Maret 2025 | 00:32 WIB
Menbud Soroti Peran Budaya dalam Perayaan 70 Tahun Hubungan Indonesia-Vietnam