Kemen PPPA Apresiasi Kehadiran Sosok Ulama Berperspektif Gender

: Menteri PPPA Arifah Fauzi memberikan sambutan pada kegiatan Studium Generale Pendidikan Kader Ulama Mesjid Istiqlal (PKUMI) di Aula VIP Masjid Istiqlal, Jakarta. Foto : Kemen PPPA


Oleh Dian Thenniarti, Kamis, 6 Februari 2025 | 21:22 WIB - Redaktur: Untung S - 255


Jakarta, InfoPublik - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, mengatakan dinamika sosial yang begitu kompleks saat ini membutuhkan sosok ulama yang memiliki perspektif gender.

Untuk itu, dirinya menyambut baik kehadiran Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI) yang diikuti bukan hanya calon ulama laki-laki, tetapi juga calon ulama perempuan.

"Kita memerlukan kader ulama atau pemimpin masa depan yang tidak hanya memegang teguh ajaran agama, tetapi juga berperan dalam kepemimpinan progresif yang berperspektif gender, memberdayakan perempuan dan melindungi anak Indonesia," tuturnya sebagaimana dikutip InfoPublik pada Kamis (6/2/2025).

Menteri PPPA juga menyampaikan masih banyak tantangan besar yang harus dihadapi untuk mewujudkan kesetaraan gender di Indonesia, salah satunya kekerasan yang masih banyak dialami perempuan dan anak.

Berdasarkan Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) 2024, sekitar satu dari empat perempuan usia 15-64 tahun di Indonesia pernah mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual dari pasangan dan/atau selain pasangan sepanjang hidupnya.

Sementara itu, Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) 2024 menunjukkan, sekitar 50,78 persen anak usia 13-17 tahun pernah mengalami kekerasan sepanjang hidup mereka. Persentase anak laki-laki sebesar 49,83 persen sedangkan untuk anak perempuan sebesar 51,78 persen.

"Angka-angka ini mengingatkan kita bahwa perjuangan untuk mengakhiri ketimpangan gender dan kekerasan terhadap perempuan dan anak masih menjadi pekerjaan rumah besar yang harus kita selesaikan bersama-sama," kata Menteri PPPA.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Agama, Nasaruddin Umar turut berpesan kepada para calon ulama agar mampu berpikir kritis dan berani memperbarui pemikiran. "Ulama besar lahir dari mereka yang berani memperbaharui pemikiran dengan tetap berpegang pada kaidah-kaidah yang kuat," ucapnya.

Ia menambahkan, dengan berfikir kritis akan mendorong individu tidak bias gender dalam memandang dan memahami tafsir Al-Quran. Menteri Agama mencontohkan ayat Ar-Rijaalu Qawwaamuuna 'ala an-nisa, yang sering diterjemahkan dan ditafsirkan sebagai laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan.

"Ada pendapat yang mengatakan makna tersebut pemahaman dan penerjemahan yang bias gender. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih luas dan mendalam sangat diperlukan agar tidak terjadi monopoli tafsir oleh satu kelompok saja," ungkap Menteri Agama.

Oleh karena itu, sambung dia, sebagai generasi penerus, kaum Muslimin dituntut untuk menguasai ilmu secara menyeluruh, tidak hanya dari aspek ritual, tetapi juga dari sudut pandang linguistik, budaya, dan sejarah.

"Dengan pemahaman yang mendalam, umat Islam dapat menjaga nilai-nilai agama dengan tetap relevan dalam perkembangan zaman," imbuhnya.

 

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh MC KAB SIAK
  • Senin, 17 Maret 2025 | 05:06 WIB
Mahasiswa Asal Siak Sabet Medali Emas di Asia World Muslim Summit 2025
  • Oleh MC KAB MANGGARAI BARAT
  • Rabu, 12 Maret 2025 | 14:47 WIB
MBG di SMPN 1 Komodo, Mendikdasmen: Kalau Kurang, Saya Sampaikan ke Presiden
  • Oleh MC KAB NAGAN RAYA
  • Rabu, 12 Maret 2025 | 14:58 WIB
FKP Digelar, Pemkab Nagan Raya Susun Strategi Pembangunan Lima Tahun Mendatang
  • Oleh MC KAB MANGGARAI BARAT
  • Rabu, 12 Maret 2025 | 14:27 WIB
Mendikdasmen Kunjungi SMPN 1 Komodo, Sampaikan Tujuh Kebiasaan Anak Hebat