Menag Perkenalkan 'Kurikulum Cinta' untuk Bangun Generasi Toleran

: Menteri Agama Nasarudin Umar./Foto Istimewa/Humas Kemenag


Oleh Wandi, Selasa, 4 Februari 2025 | 19:10 WIB - Redaktur: Untung S - 251


Jakarta, InfoPublik – Menteri Agama Republik Indonesia (Menag RI), Nasaruddin Umar, memperkenalkan konsep "Kurikulum Cinta" dalam acara Sarasehan Ulama Nahdlatul Ulama (NU) yang diselenggarakan pada Selasa (4/2/2025).

Acara itu turut dihadiri oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Iskandar, dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf.

Dalam pidatonya, Menag Nasaruddin Umar menjelaskan bahwa tujuan utama Kurikulum Cinta adalah menciptakan generasi muda yang dibesarkan dengan nilai-nilai cinta dan toleransi, bukan kebencian. “Kami ingin menciptakan anak-anak bangsa yang tidak dicekoki dengan kebencian, tetapi dengan cinta yang dapat menyatukan perbedaan," ujarnya.

Menag menekankan bahwa pengajaran berbasis cinta akan membantu generasi penerus bangsa lebih menghargai keberagaman dengan penuh perasaan, bukan hanya sekadar di permukaan. "Kita tidak perlu menyatukan agama, tetapi yang penting adalah mengajarkan kebenaran agama masing-masing tanpa menanamkan kebencian kepada yang berbeda," tambahnya.

Toleransi Sejati sebagai Kunci Kedamaian

Nasaruddin Umar menjelaskan bahwa toleransi yang sejati adalah kunci untuk menghindari provokasi dan menjaga kedamaian masyarakat. Menurutnya, nilai-nilai agama harus diajarkan dengan cara yang membangun saling menghormati, tanpa menyebarkan kebencian terhadap pihak yang berbeda keyakinan. Ia meyakini bahwa dengan menciptakan ikatan cinta sejak dini, generasi muda akan lebih sulit dipengaruhi oleh pihak-pihak yang ingin memecah belah bangsa.

"Jika kita menciptakan ikatan cinta sejak dini, maka akan lebih sulit bagi pihak-pihak yang ingin memecah belah bangsa ini untuk mempengaruhi anak-anak kita," tegasnya.

Dukungan dari PBNU

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf, menekankan pentingnya pemahaman yang mendalam terhadap visi pemerintahan Republik Indonesia, terutama bagi para ulama dan pengurus NU. Gus Yahya, panggilan akrabnya, menyatakan bahwa Nahdlatul Ulama harus menyediakan diri untuk berkontribusi dalam mewujudkan visi pemerintahan Indonesia yang baik dan membawa hasil yang diinginkan bagi bangsa.

“Posisi Nahdlatul Ulama adalah menyediakan diri untuk berkontribusi dalam upaya menjadikan visi ini sungguh-sungguh mencapai hasil yang diinginkan,” ujar Gus Yahya. Ia juga mengingatkan agar para ulama dan pengurus NU dapat memahami visi ini dengan lebih baik agar mereka dapat berperan aktif dalam membangun bangsa sesuai dengan nilai-nilai Islam yang moderat dan toleran.

Dengan pengenalan Kurikulum Cinta ini, diharapkan Indonesia dapat mencetak generasi yang lebih toleran dan siap menghadapi tantangan global dengan sikap saling menghargai, menjaga keberagaman, dan membangun kedamaian di masyarakat. Kurikulum ini diharapkan menjadi fondasi bagi pendidikan karakter yang lebih inklusif dan humanis.

Kurikulum Cinta tidak hanya menjadi solusi untuk mencegah radikalisme dan kebencian, tetapi juga sebagai upaya membangun generasi muda yang mampu menghadapi tantangan global dengan sikap toleran dan penuh cinta. Langkah ini sejalan dengan visi pemerintah untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang harmonis dan berkeadilan.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Senin, 17 Februari 2025 | 15:29 WIB
Ribuan Siswa SD Muhammadiyah Ikuti Senam Anak Indonesia Hebat di Yogyakarta
  • Oleh MC PROV KALIMANTAN BARAT
  • Senin, 17 Februari 2025 | 12:03 WIB
Pj Gubernur Kalbar: Peran Imam dan Bilal Penting untuk Moderasi Beragama
  • Oleh Wandi
  • Senin, 17 Februari 2025 | 11:56 WIB
Menag Tegaskan Pentingnya Peran Masjid dalam Isu Lingkungan
  • Oleh MC PROV KALIMANTAN BARAT
  • Jumat, 14 Februari 2025 | 06:39 WIB
Semarak Imlek 2576 di Pontianak: Pj Sekda Kalbar Ajak Perkuat Kebersamaan